Dinasti Timuriyah (1370-1507)

Wilayah Dinasti Timuriyah
Wilayah Dinasti Timuriyah

Pada tahun 1336 M, setelah meninggalnya Abu Sa’id penguasa dinasti Il-Khan, perpecahan terjadi dalam dinasti Il-Khan, masing-masing pecahan tersebut saling berperang untuk menjadi penguasa. Di tengah kekacauan tersebut muncul salah seorang tokoh keturunan Jenghis Khan yang terkenal akan ketangkasannya dalam berperang, tokoh tersebut adalah Timur Lenk. Tokoh tersebut yang nantinya akan menyatukan wilayah-wilayah bekas dinasti Il-Khan. Pada pembahasan kali ini kita akan masuk ke dalam pembahasan sejarah dinasti Timuriyah yang terkenal dengan ekspansinya.

Timur Lenk dan Pendirian Dinasti

Timur Lenk pendiri Dinasti Timuriyah
Timur Lenk pendiri Dinasti Timuriyah

Timur Lenk lahir di dekat Kesh (sekarang Khakhrisyabz, “kota hijau”, Uzbekistan), sebelah selatan Samarkand di Transoxiana, pada tanggal 8 April 1336 M/ 25 Sya’ban 736 H, dan meninggal di Otrar pada tahun 1405 M. Ayahnya bernama Taragai, kepala suku Barlas, keturunan Krachar Noyan yang menjadi menteri dan kerabat Jagatai, putra Jengis Khan. Suku Barlas mengikuti Jagatai mengembara ke barat dan menetap di Samarkand. Taragai menjadi gubernur Kesh. Keluarganya mengaku sebagai keturunan Jenghis Khan.

Sejak usia muda, keberanian, dan ketangkasannya yang luar biasa sudah terlihat. Ia sering diberi tugas untuk menjinakkan kuda-kuda liar. Sewaktu berumur 12 tahun, ia sudah terlibat dalam banyak peperangan dan menunjukkan kehebatan serta keberanian yang menjadikan namanya terkenal di kalangan bangsanya.

Setelah ayahnya meninggal, sejarah kehebatan Timur Lenk baru dimulai. Pasca Jagatai wafat masing-masing Amir melepaskan diri dari pemerintahan pusat. Timur Lenk pada saat itu mengabdikan dirinya kepada Gubernur Transoxiana, Amir Qazghan. Ketika Qzaghan meninggal dunia, datang serbuan dari Tughluq Temur Khan, pemimpin Mighulistan, yang menjarah dan menduduki Transoxiana. Timur Lenk bangkit memimpin perlawanan untuk membela nasib kaumnya yang tertindas. Setelah melihat kehebatan Timur dalam berperang, Tughluq Temur menawarkan jabatan gubernur di negeri kelahirannya, tawaran tersebut diterima Timur Lenk.

Setahun pasca Timur Lenk menjadi gubernur, tepatnya tahun 1361 M, Tugluq Temur mengangkat putranya Ilyas Khoja menjadi gubernur Samarkand menggeser jabatan Timur Lenk sebelumnya. Timur Lenk dijadikan wazir Ilyas Khoja, tentu saja Timur Lenk menjadi murka akibat perlakuan ini. Ia segera bergabung dengan cucu Qazaghan, Amir Husain, untuk melaksanakan pemberontakan. Timur Lenk berhasil mengalahkan Tughluq Temur dan Ilyas Khoja dalam pertempuran.

Segera setelah berhasil mengalahkan Tughluq Temur ambisi untuk menjadi raja besar muncul. Ia mempunyai suatu pandangan jika hanya Tuhan yang berkuasa di langit, maka di dunia pun hendaknya satu raja yang berkuasa, yaitu dirinya sendiri. Karena ambisinya tersebut ia berbalik melawan Amir Husain, dalam pertempuran tersebut ia berhasil mengalahkan dan membunuh Amir Husain di Balkh. Pada 10 April 1370 ia menjadikan Samarkand sebagai ibu kotanya, sehingga ia menjadi penerus dari penguasa-penguasa Mongol cabang Chaghatay di Transoxania.

Dalam memerintah Timur didukung oleh elite Muslim setempat termasuk Syaikh al-Islam (kepala dewan konsultan Islam) di Samarkand dan kalangan Sufi yang menjadi penasihat spiritualnya. Untuk memerintah imperiumnya, Timur mengangkat beberapa putra dan cucunya sebagai gubernur-gubernur popinsial, tetapi dengan penuh kewaspadaan ia membatasi kekuasaan mereka dengan terus menerus mengadakan pergantian beberapa jabatan gubernur, melantik beberapa jenderal, dan pengumpul pajak yang bertanggung jawab langsung kepadanya, dan dengan melantik waakil-wakil pribadinya (darughas) untuk mengawasi pemerintahan mereka.

Ekspansi Timur Lenk

Ekspansi dinasti Timuriyah
Ilustrasi Ekspansi Timur Lenk

Periode pemerintahan Timur Lenk banyak dihabiskan untuk menaklukkan wilayah-wilayah lain. Sepuluh tahun pertama  pemerintahannya, ia berhasil menaklukkan Jata dan Khawarizm dengan sembilan espedisi. Setelah Jata dan Khawarizm dapat ditaklukkan dengan sembilan ekspedisi. Seelah penaklukkan tersebut kekuasaan pemerintahan mulai kokoh. Setelah itu Timur Lek mulai menyusun rencana untuk mewujudkan ambisinya sebagai penguasa besar, dan berusaha menaklukkan daerah-daerah yang pernah dikuasai Jenghis Khan.

Tahun 1393 M, Timur Lenk berhasil menghancurkan dinasti Muzharfari di Fars dan membantai amir-amirnya yang masih hidup. Pada tahun yang sama ia menjarah kota Baghdad dan setahun kemudian ia berhasil menduduki Mesopotamia. Penguasa Baghdad waktu itu, sultan Ahmad Jalair lari ke Syiria, kemudia dia dijadikan Vassal dari sultan Mamluk. Sultan Barquq yang menjadi penguasa Mesir saat itu, tidak mau menyerahkan Ahmad Jalair ke Timur Lenk. Perlu diketahui Sultan Barquq merupakan satu-satunya musuh TImur Lenk yang tidak mau tunduk terhadap Timur Lenk. Ia membalas kekejaman Timur Lenk dengan kekejaman juga, bahkan utusan-utusan Timur Lenk yang dikirim ke Mesir, berakhir dengan dipermalukan (dicukur jenggotnya) atau dibunuh.

Setelah gagal membunuh Ahmad Jalair, Timur melanjutkan ekspansinya ke Asia Kecil. Sesampai di Takrit, Kurdistan, ia membantai penduduk dan memerintahkan  mendirikan “Pyramid” dari kepala penduduk yang dibunuh. Tahun 1395, dia menjarah sampai tanah Rusia dan lebih setahun dia menduduki kota Moskow. Tiga tahun setelah itu (1398 M) dia pergi menaklukkan India hingga ke pusat pemerintahannya di Delhi. Dai masuk ke India dengan membawa 400.000 tentara. Alasan dari penyerbuannya ke India, karena ia menganggap penguasa-penguasa Muslim di sana terlalu toleran terhadap penganut agama Hindu

Satu demi satu negeri India ditaklukannya sebelum masuk ke Delhi. Ketika akan masuk ke Delhi tentaranya telah menawan kurang lebih 100 orang. Karena di pandang tawanan-tawanan itu menyusahkan karena menghabiskan persediaan makanan, ia menyuruh pasukannya untuk membunuh tawanan tersebut. Setelah itu ia kembali ke pusat kekuasaannya di Samarkand dengan membawa kekayaan yang berlipat. Dalam rangka mmbangun masjid di Samarkand ia membutuhkan batu-batu besar,untuk itu ia menggunakan 90 gajah untuk mengangkut batu-batu tersebut dari Delhi ke Samarkand.

Tahun 1401, Timur Lenk beserta pasukannya masuk ke Syria bagian Utara, kota tersebut dihantam dan akhirnya kota Aleppo diduduki. Seluruh penduduk Muslim di negeri itu dibunuh dan kepalanya disusun menjadi piramida yang terdiri dari 20.000 kepala, setinggi 10 hasta, dan dengan keliling 20  hasta, wajah mayat tersebut menghadap keluar. Banyak bangunan seperti sekolah dan masjid yang berasal dari zaman Nuruddin Zanki dan Ayyubi dihancurkan. Hamah, Homs, dan Ba’labak jatuh ke tangannya. Puncaknya pasukan sultan Faraj dari Mamluk yang mempertahankan benteng di Damaskus, berhasil dikalahkan. Dari pertempuran dahsyat tersebut Masjid Umayah yang bersejarah rusak berat dan hanya tinggal puing-puing.

Setelah berhasil menaklukkan Damaskus, ia membawa para seniman dan pekerja ahli ke Samarkand. Ia memerintahkan ulama yang menyertainya untuk membenarkan tindakannya. Perlu diketahui, sejumlah penaklukan tersebut dilaksanakan atas nama memperjuangkan Syari’ah, berdasarkan dalih bahwa musuh-musuhnya merupakan pengkhianat Islam. Selanjutnya ia menyerang kota Baghdad, dan membantai 20.000 penduduk. Pembantaian ini sebagai balasan terhadap tewasnya tentara-tentaranya saat mengepung Baghdad dulu. Dari pembantainnya tersebut, ia mendirikan 120 piramida dari kepala orang-orang yang dibantainya.

Selain Dinasti Mamluk, Turki Utsmani juga dipandang sebagai musuh terberat TImur Lenk, karena mereka menguasai banyak daerah bekas imperium Jengis Khan dan Hulagu Khan. Awal perseteruan ini dipicu ketika Sultan Bayazid I, berhasil merebut daerah-daerah yang sudah ditaklukan Timur Lenk. Dalam pertempuran pertama di Sivas, Timur Lenk berhasil mengalahkan Bayazid dan mengakibatkan terbunuhnya putra Bayazid, Erthugul. Pada 21 Juli 1402, terjadi pertempuran hebat di Ankara, dapat dikatakan merupakan pertempuran terbesar antar dua dinasti ini. Pada pertempuran ini, Timur Lenk kembali menang, dan berhasil menawan Sultan Bayazid I. Dalam perjalanan ketika siang hari Bayazid diikat dengan rantai dan malamnya dimasukan ke dalam kandang. Dengan perlakuan seperti itu, Bayazid sendiri akhirnya meninggal dalam tawanan. Setelah peperangan di Ankara, Timur Lenk melanjutkan ekspansinya ke Broessa, ibu kota lama Turki, dan Smyrna.

Timur Lenk menawan Bayazid I
Ilustrasi Timur Lenk menahan Bayazid I

Setelah berhasil mengalahkan  Turki Utsmani, Timur Lenk kembali ke Samarkand untuk melanjutkan rencana ekspansi ke Cina. Mendengar Cina sebagai target berikutnya ekspansi Timur, para penguasa di sana menjadi ketakutan. Namun, di tengah perjalanannya Timur meninggal di Otrar, akibat sakit. Ia meninggal pada pada tahun  1405 M, pada usia 71 tahun. Jenazahnya kemudian dibawa ke Samarkand, dengan meninggalnya Timur Lenk maka rencana ekspansi ke Cina pun batal dilaksanakan.

Sisi positif dari Seorang Timur Lenk

Tidak adil rasanya jika kita membahas dinati TImuriyah hanya membahas kronologi penaklukan-penaklukkannya. Maka pada pembahasan ini penulis akan mencoba memaparkan sisi positif dari seorang Timur Lenk. Meskipun Timur Lenk dikenal sebagai penguasa yang bengis terhadap para penentangnya, sebagai seorang Muslim, TImur Lenk sangat memperhatikan usaha-usaha untuk pengembangan Islam.menurut riwayat, ia adalah seorang penganut Syi’ah yang taat dan menyukai tarekat Naqshabandiyah. Pada saat itu, memang banyak sufi Naqshabandiyah dan para pengikutnya yang berasal dari kalangan pedagang dan pengrajin menetap di Samarkand.

Salah satu peninggalan dinasti Timuriyah
Salah satu peninggalan dinasti Timuriyah

Dalam perjalanan ekspansinya, ia selalu membawa serta ulama-ulama, sastrawan, dan seniman. Hal tersebut dikarenakan ia sangat menghormati Ulama dan Ilmuwan. Ketika berusaha menduduki Syria bagian Utara, ia menerima dengan hormat sejarawan Islam terkenal, Ibnu Khaldun yang diutus Sultan Faraj untuk membicarakan perdamaian. Kota-kota Samarkand diperkaya dengan bangunan-bangunan dan masjid megah. Di masa hidupnya, Samarkand menjadi pasar internasional, mengambil alih kedudukan Baghdad dan Tabriz. Ia meningkatkan perdagangan dan industri di negerinya dengan membuka rute-rute perdagangan baru antara India dan Persia TImur. Ia berusaha mengatur administrasi pemerintahan dan militer dengan cara yang rasional dan berjuang menyebarkan Islam. Sekiranya penjelasan tersebut yang perlu diketahui dari sosok seorang TImur Lenk.

Dinasti Timuriyah Pasca Kematian Timur Lenk

Sebelum kematiannya TImur Lenk sempat berwasiat bahwa yang akan menggantikannya ialah putranya yang bernama Pir Muhammad Jehanekir yang keti itu menjaddi gubernur di Kandahar. Tetapi sebelum Jehanekir sampai ke Samarkand, sadaranya yang bernama Khalil Mirza telah merebut kekuasaan. Dari perebutan kekuasaan tersebutKhalil Mirza keluar sebagai pemenang. Akan tetapi Khalil Mirza tidak dapat mengatur pemerintahan dengan baik karena ia mempunyai tabiat yang buruk, ia hidup berfoya-foya menghabiskan kekayaan yang ditinggalkan ayahnya. Kerena itu, saudaranya yang lain Syah Rukh, merebut kekuasaan dari tangannya. Ia menawan Khalil, kemudian melespakannya dan memberi jabatan sebagai gubernur Khurasan, tetapi sesampai di sana Khalil meninggal.

Syah Rukh berusaha mengembalikan wibawa kerajaan. Ia seorang raja yang adil dan lemah lembut. Ia tidak lagi mempunyai keinginan untuk menjarah dan menakukkan negeri-negeri lain, seperti yang Timur Lenk lakukan. Ia hanya memerintahkan kepada penguasa-penguasa di negeri-negeri tersebut untuk setia dan mengakui kekuasaannya. Maka penguasa-penguasa tersebut patuh terhadapnya, hanya satu yang menentangnya. Ia adalah Sultan Barsbay penguasa Mamluk pada saat itu, sebab ia merasa belum pernah takluk kepada Timur Lenk.

Syah Rukh menyatakan nazarnya untuk memberi kiswah Ka’bah. Tetapi Barsbay tidak mau melepaskan haknya sebagai pemberi kiswah di Ka’bah, sebab memberi kiswah sudah menjadi tradisi penguasa Mesir sejak ratusan tahun. Lalu Sultan Barsbay menasehati Syah Rukh, supaya niat dan nazarnya itu terlaksana, maka buatlah kiswah lalu dijual, dan uang yang didapat diberikan kepada fakir-miskin di Mekah. Menjawab saran tersebut, Syah Rukh mengirim utusan ke Mesir, sambil membawakan pakaian resmi yang biasa diberikan kepada gubernur atau raja daerah-daerah taklukan dinasti Timuriyah. Sultan Barsbay merasa hal tersebut sebagai penghinaan, sehingga ia merobek-robek pakaian tersebut dan utusan yang membawanya dipukul hingga berdarah-darah, sebagai wujud tantangan terhadap Syah Rukh.

Tantangan tersebut tidak dapat dibalas oleh Sya Rukh, hal ini disebabkan kekuasaan dinasti Timuriyah mulai pecah. Syah Rukh meninggal dalam usia 72 tahun (1447). Setelah Syah Rukh meninggal, ia digantikan anaknya Ulugh Bey, seorang raja yang alim dan sarjana ilmu pasti. Namun, masa  kekuasaannya hanya sebentar. Dua tahun berkuasa, ia dibunuh oleh anaknya yang haus kekuasaan Abdul al-Latif. Raja dinasti Timuriyah yang terakhir adalah Abu Sa’id yang menjbat dari tahun 1452 hingga 1469. Pada masa inilah kerajaan mulai terpecah belah. Wilayah imperium yang luas tersebut diperebutkan oleh dua suku Turki yang baru muncul, Kara Koyunlu dan Ak Koyunlu. Abu Sa’id sendiri terbunuh ketika bertempur melawan Uzzun Hasan, penguasa Ak Koyunlu. Kematian Abu Sa’id ini sekaligus menandai keruntuhan dinasti Timuriyah. Dinasti ini berakhir sepenuhnya pada tahun 1507, ketika Muhammad Shaybani dari Uzbek menaklukkan pemerintahan Badi’ al-Zamand di Samarkand..

BIBLIOGRAFI

Hamka. 1981. Sejarah Umat Islam IV. Jakarta: Bulan Bintang.

M Lapidus, Ira. 2000. Sejarah Sosial Umat Islam I dan II. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Maryam, Siti, dkk. 2003. Sejarah Peradaban Isma dari Masa Klasik hingga Modern. Yogyakarta: Lesfi.

Yatim, Badri. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *