Sayyid Ahmad Khan (1817-1898) – Biografi Tokoh

Pasca pemberontakan Mutiny pada tahun 1857, pemerintahan Inggris menjadi semakin kejam dalam memperlakukan muslim di India, mereka menuduh muslim sebagai penggagas utama pemberontakan tersebut. Ketika Inggris melakukan aksi penindasan terhadap muslim ini, munculah seorang tokoh penengah yang bernama Sayyid Ahmad Khan. Ahmad Khan mampu menengahi konflik yang terjadi antara muslim dan pemerintahan kolonial Inggris. Selain itu dia juga banyak memberikan sumbangan pemikiran modern bagi kebangkitan muslim di India. Untuk itu pada pembahasan kali ini akan dibahas lebih jauh mengenai Biografi Sayyid Ahmad Khan beserta pemikirannya.

Biografi Sayyid Ahmad Khan

Sayyid Ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan

Sayyid Ahmad Khan lahir di Delhi pada 17 Oktober 1817 dan meninggal pada 27 Maret 1898. Menurut, keterangan nasabnya  berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad. Neneknya, Sayyid Hadi, merupakan salah satu pembesar istana Mughal pada masa pemerintaan Alamghir II (1754-1759). Sedangkan, kakek dan ayah dari Sayyid Ahmad Khan bekerja di East India Company, dengan posisi cukup penting. Singkatnyam Sayyid Ahmad Khan berasal dari keluarga berstatus tinggi, modernis, berorientasi Barat, dan cukup mengenal kehidupan orang Inggris.

Meskipun keluarganya banyak yang berkecimpung dengan pengaruh Barat, namun Ibu dari Ahmad Khan adalah sosok muslim yang religius. Dia merupakan wanita yang dihormati karena pengetahuan agamanya. Dia memasukkan Ahmad Khan ke dalam madrasah dan memberikan pengaruh yang sepadan dengan pengaruh yang diberikan kakek Ahmad Khan. Sehingga Ahmad Khan tumbuh dewasa dengan dua pengaruh yang berlawanan: kesetiaan dengan sepenuh hati kepada komunitas muslim dan penghormatan yang tinggi terhadap budaya Inggris.

Namun, pendidikan Ahmad Khan harus terhenti di tengah jalan, krisis ekonomi keluarganya pasca kematian ayahnya adalah penyebab utamanya. Untuk membantu perekonomian keluarga Sayyid Ahmad Khan memutuskan untuk bekerja. Ketika umurnya baru delapan belas tahun dia melamar kerja ke East India Company, dan dia diterima sebagai panitera. Panitera merupakan jabatan rendah dalam serikat dagang tersebut, dia tidak bisa naik lebih tinggi karena dia tidak menyelesaikan pendidikan formalnya.

Tidak lama setelah bekerja di East Indian Company, dia memutuskan berpindah pekerjaan dengan menjadi hakim. Tetapi pada tahun 1846, dia pkembali ke Delhi untuk meneruskan studi. Sayyid Ahmad Khan banyak menghabiskan waktunya untuk belajar secara otodidak. Dia banyak membaca literatu ilmu pengetahuan baik yang berhasa lokal ataupun Inggris. Dia membentuk kelompok diskusi bersama teman-teman muslim India dan mengadakan serial kuliah dengan topik-topik ilmiah.

Ketika pemberontakan Mutiny pecah pada 1857, ia berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan dan banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan. Pihak Inggris menganggap Ahmad Khan banyak berjasa bagi mereka dan ingin membalas jasanya. Tetapi, hadiah yang diberikan Inggris kepadanya ditolak, dan hanya gelar Sir yang diterimanya.

 

Pandangan Sayyid Ahmad Khan terhadap Pemerintahan Inggris

Menurut Ahmad Khan, satu-satunya respon yang layak terhadap realitas India pasca pemberontakan Mutiny adalah menerima pemerintahan Inggris. Ia berusaha meyakinkan pemerintahan Inggris bahwa dalam pemberontakan 1857, muslim tidak memainkan peranan utama. Untuk itu ia mengeluarkan pamflet yang mengandung penjelasan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan pemberontakan Mutiny. Faktor-faktor tersebut antara lain:

  1. Intervensi Inggris dalam bidang keagamaan, seperti pendidikan agama Kristen yang diberikan kepada yatim piatu di panti-panti yang diasuh oleh orang Inggris, pembetukan sekolah-sekolah yang membawa misi Kristenisasi, dan penghapusan pendidikan agama dari perguruan-perguruan tinggi
  2. Tidak turut sertanya orang-orang India, baik Islam atau Hindu, dalam lembaga-lembaga legislatif. Dengan tidak adanya kesempatan untuk turut ikut serta dalam pemerintahan, menyebabkan rakyat India tidak mengetahui tujuan dan niat Inggris, sehingga mereka menganggap kedatangan Inggris hanya untuk melakukan Kristenisasi. Selain itu Pemerintahan Inggris tidak mengetahui keluhan rakyat India, dan tidak berusaha mengikat tali persahabatan dengan rakyat India.

Dalam pandangan Ahmad Khan, pemerintahan Inggris adalah pemerintahan yang sah. Ia berpikir, jika muslim di bawah pemerintahan Inggris maka muslim dapat hidup damai, hukum syari’at diberlakukan, dan dalam banyak hal umat muslim bergantung kepada kebijakan pemerintahan Inggris. Ahmad Khan juga berpendapat bahwa peningkatan kedudukan muslim India, dapat diwujudkan dengan bekerja sama dengan Inggris.

Jika muslim India menentang pemerintah Inggris hanya akan menimbulkan kerugian, dan akhirnya akan jauh tertinggal dari masyarakat Hindu. Atas usaha-usaha, dan sikap setia Ahmad Khan terhadap pemerintahan Inggris, akhirnya berhasil merubah pandangan Inggris terhadap umat Islam India. Jika sebelumnya Inggris begitu curiga terhadap muslim, perlahan-lahan muncul kepercayaan.

Dalam kehidupan publiknya, Ahmad Khan menentang sentimen Pan-Islamisme, dan Partisipasi muslim dalam Kongres Nasional India. Perlu diketahui Kongres Nasional merupakan kongres yang bertujuan untuk merebut kekuasaan politik dari Inggris bukan sekedar berkolaborasi dengan mereka. Karena perbedaan pandangannya dengan kaum nasionalis, Sayyid Ahmad Khan memilih untuk menjauhkan diri dengan gerakan ini, dengan alasan bahwa bahasa yang dipakai Kongres terhadap pemerintah Inggris kurang sopan.

Reformasi Kultural, dan Pendidikan Sayyid Ahmad Khan

Pusat perhatian Ahmad Khan, dan para pendukungnya adalah kebutuhan terhadap pola pendidikan Barat, di bawah bantuan muslim unuk mendidik generasi baru untuk tugas-tugas politik. Usaha-usaha Ahmad Khan untuk mereformasi pendidikan India antara lain dengan mendirikan National Muhammadan Association pada tahun 1856, dan Mohammadan Literary Society pada tahun 1863.

Ahmad terus melanjutkan proyek utamanya, dengan membentuk Anjuman-i Islam di Bommbay, dan pendirian beberapa madrasah baru di Dacca, dan Chittagong. Dia juga mensponsori penerjemahan literatur ilmiah berbahasa Inggris ke bahasa Urdu, mendirikan Ghazipur Scientific Society tahun 1864, dan menganjurkan penyampaian pelajaran dengan bahasa Urdu di Universitas Calcutta.

Setelah Ahmad Khan berkunjung ke Inggris pada tahun 1869-1870, ia menerbitkan jurnal Tahdid al-Akhlaq (pemurnian moral) untuk mendidik muslim India dengan cara-cara modern. Tahun 1875, dapat disebut sebagai puncak dari upaya reformasi Ahmad Khan, ia berhasil mendirikan Mohammadan Anglo-Oriental College di Aligarh, yang menjadi basis pelatihan bagi tokoh-tokoh politik muslim abad ke-20. Pada perkembangannya nanti berubah nama menjadi Aligarh Muslim University.

Perguruan di Aligarh berusaha untuk memadukan studi keIslaman, dan bahasa Inggris. Pada awal pendirian perguruan tinggi ini, Ahmad Khan lebih condong kepada versi Islam modern, namun dalam perjalanannya universitas tersebut membentengi pandangan-pandangannya yang radikal, dan berusaha mempertahankan sebuah posisi yang lebih konservatif, akibat kecemasa terlibat skandal dan kehilangan dukungan publik.

Keberhasilan perguruan di Aligarh tidak berdasarkan aspek kurikulum, tetapi bersandar pada aspek moral, dan sosial yang disampaikan kepada para mahasiswanya. Aligarh mengembangkan beberapa kemampuan verbal, rasa percaya diri, solidaritas, dan daya bersain yang fair. Selain itu, Universitas tersebut juga mengajarkan nilai-nilai kewajiban, loyalitas, dan kepemimpinan. Ajaran-ajaran tersebut bertujuan untuk menghasilkan tokoh-tokoh muda yang mampu bekerja sama dengan pihak lain (pemerintah Inggris).

Agar reformasi kultural, dan pendidikan Ahmad Khan dapat diterima oleh masyarakat muslim, ia berusaha membujuk mereka bahwa ilmu pengetahuan modern, sama sekali tidak bertentangan dengan Islam. untuk memperkuat pandangannya ini, ia dan para pendukungnya berusaha menafsirkan kembali al-Qur’an. Ia berdalih al-Qur’an sebagai sumber keyakinan rasional yang serasi dengna kepentingan ilmiah manusia modern.

Selain usahanya untuk mendapat dukungan umat Islam, ia juga berusaha meyakinkan kepada bangsa Eropa bahwa Islam adalah agama yang sesuai dengna akal. Ia dan para pendukungnya berusaha menjelaskan pengertian poligami, perbudakan, dan posisi non-Islam, dan kedudukan wanita dalam masyakarakat muslim. dengan cara demikian memungkinkan sejumlah intitusi sosial muslim dapat diterima oleh masyarakat Eropa.

Demikianlah pemikiran-pemikiran yang dicetuskan oleh Sayyid Ahmad Khan. Tidak dapat dipungkiri jika ia merupakan tokoh pendukung modernisme Islam. Ia selalu berusaha agar umat Islam, dan Inggris dapat berkolaborasi di dalam pemerintahan India. Dari pemikiran-pemikiran yang dihasilkannya ia dianggap sebagai rekan yang setia bagi Inggris, dan musuh bagi golongan nasionalis India.

BIBLIOGRAFI

Ansary, Tamim. 2012. Dari Puncak Baghdad: Sejarah Dunia Versi Islam. Jakarta: Zaman.
Lapidus, Ira. M. 2000. Sejarah Sosial Ummat Islam Bagian Ketiga. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Nasution, Harun. 1988. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang.

Rifai Shodiq Fathoni

Rifai Shodiq Fathoni

I explore disability and medical history as a history buff. I examine how society and medicine have treated and changed for people with disabilities over time.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *