Sejarah dan Isi Kitab Taj al-Salatin

Share your love

Kebudayaan Melayu adalah kebudayaan tertua di wilayah Asia Tenggara di mana seni tulis-menulis mendapat tempat yang terhormat dari masyarakatnya. Hal ini terlihat dengan banyaknya jumlah naskah Melayu yang ada pada saat itu. Melalui seni tulis-menulis itulah rekam jejak kebudayaan Melayu dapat dipelajari dan diteliti dimasa kini. Tradisi tulis-menulis ini mencapai puncaknya antara akhir abad ke-13 sampai abad ke-16. Tulisan-tulisan tesebut mengandung pemikiran, pengetahuan, adat-istiadat, serta perilaku masyarakat Melayu pada saat itu.

Salah satu dari naskah-naskah Melayu yang muncul pada saat itu adalah kitab Taj al-Salatin. Kitab ini merupakan kitab yang dirancang khusus untuk membicarakan masalah struktur politik dan kenegaraan, khususnya kerajaan-kerajaan islam. Pada pembahasan kali ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai sejarah kitab Taj al-Salatin beserta isinya.

 Sejarah Kitab Taj al-Salatin

Kitab Taj al-Salatin
Kitab Taj al-Salatin

Kitab Taj al-Salatin merupakan kitab yang bersifat ketatanegaraan. Taj dalam bahasa Arab berarti Mahkota, salatin merupakan bentuk jamak dari sultan, jadi dapat diartikan bahwa Taj al-salatin adalah mahkota raja-raja. Kitab ini dikarang oleh Buchari al-Jauhari.Menurut Winstedt, Bukhari al-Jauhari adalah seorang penulis parsi yang juga merupakan ahli permata (al-jauhari) dari Bukhara. Ada juga yang menerangkan Buchari berasal dari Djohor yang tiggal di Aceh pada zaman sultan Iskandar.

Kitab Taj al-Salatin selesai ditulis pada tahun 1603 M, ketika Kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Sayyidil al-Mukammil (1588-1604). Kitab ini berbahasa melayu yang bernama Mahkota Segala Raja-Raja. Kitab Taj al-Salatin mempunyai nilai-nilai keagamaan dan merupakan pedoman untuk raja-raja yang memerintah kerajaan pada waktu itu. Kitab ini demikian besar pengaruhnya di Kepulauan Nusantara, sehingga sampai abad XIX di kalangan kraton-kraton Jawa Tengah dan Semenanjung Tanah Melayu masih digunakan. Kitab ini di lestarikan sekitar 20 naskah, selain itu telah diterjemahkan juga kedalam bahasa jawa.

Kitab ini berisi tentang ajaran moral dan tanggung jawab seorang raja, pejabat pemerintah, dan masyarakat umum.Kandungan filosofis kitab Taj al-Salatin banyak dikenal dilingkungan masyarakat mulai Sumatra dan Jawa. Serat Taj al-Salatin karya Yasadipura itu telah dicetak di Semarang tahun 1873 dan 1875, di Surakarta tahun 1905 dan 1922. Serat Tajussalatin mengandung filosofis yang dapat digunakan sebagai perekat nasionalisme yang ada dikepulauan nusantara.

Kitab Taj al-Salatin merupakan sebuah persembahan untuk raja yang berkuasa masa itu (Sultan Alaudin Riayat Syah), dengan tujuan untuk dijadikan pedoman dalam menjalankan roda pemerintahan. Selain persoalan ketatanegaraan kitab ini juga membahas tentang topik-topik lain yang berkaitan dengan tasawuf, Tarikh(sejarah), ibadah dan ilmu firasat (fisiognomi).

Tasawuf dibicarakan secara sekilas pada bagian pertama yaitu pasal satu sampai dengan empat. Persinggungan dengan ilmu tasawuf sengaja dilakukan oleh pengarangnya untuk memperkokoh teorinya tentang persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang raja. Sehingga dengan bekal ilmu tasawuf seorang raja akan dapat memerintah secara adil dan bijaksana.

Tarikh (sejarah) diungkapkan hampir pada seluruh pasal.Sejarah yang dikemukakan sangat bervariasi mulai dari sejarah nabi-nabi, raja yang adil, raja yang dzalim, para tokoh agama dan lain-lain.  Sejarah ini di ungkapkan untuk memberi perbandingan kepada para raja  bahwa tugas kenegaraan telah ada sejak zaman dahulu. Selain itu, sejarah juga sebagai alat untuk merefleksikan kejadian masa lalu agar prediksi dan langkah-langkah berikutnya dapat dilakukan secara benar dan tidak melakukan kesalahan yang pernah ada di masa lalu.

Persoalan ibadah juga banyak disinggung dalam setiap pasal. Uraian tentang ibadah dimaksudkan agar seorang raja yang berkuasa senantiasa mengimbangi perilakunya dengan amal perbuatan yang baik sesuai dengan ketentuan dan ajaran agama. Dengan ibadah seorang raja diharapkan mempunyai visi ynag jauh kedepan sehingga tidak hanya memikirkan urusan duniawi tetapi juga akhirat.

Mengenai ilmu firasat (fisiognomi) diungkapkan secara eksplisit pada pasal ke-18 dan ke-19. Ilmu firasat adalah ilmu yang mempelajari tabiat dan perilaku orang lain dari ciri-ciri fisik yang ada dalam dirinya. Dengan ilmu firasat ini seorang raja dapat menentukan siapa yang harus bisa di jadikan teman dan siapa yang harus dihindari untuk menghidari keburukan. Selain tu ilmu firasat ini juga digunakan untuk memilih putra mahkota yang akan menggantikan sang raja.

Inti pokok pembahasan dalam kitab ini adalah tentang keadilan.Taj al-Salatin tidak lebih dari sebuah kitab yang mengembangkan dan menjelaskan bagaimana sebuah masyarakat dibangun atas dasar keadilan. Al-jauhari meyakini bahwa keadilan dapat membawa kemakmuran, kedamaian dan kesejahteraan di dunia dan akhirat.

Isi Kitab Taj al-Salatin

Kitab Tajal-Salatin terdiri dari 24 pasal yaitu: Dalam pasal pertama, diterangkan bagaimana harus mengenal dirinya dan berisi filsafat hidup yang tinggi. Pasal kedua, diterangkan bagaimana manusia harus mengenal tuhannya.Sesudah manusia mengenal dirinya kemudian baru disuruh mengenal Tuhan. Dalam Islam ada ajaran “bila orang mengenal dirinya ia akan mengenal Tuhannya pula.

Pasal ketiga, diajarkan bagaimana caranya manusia mengenal dunia dan mempelajari masyarakat atau pergaulan manusia.Manusia diumpamakan hidup di dunia ini sebagai perantau atau tamu buat sebentar waktu saja dan dunia diumapamakan tempat singgah sementara dalam menuju tempat yang abadi yaitu akhirat.Pasal keempat, diterangkan bagaimana ketika manusia sakaratul maut.Bagaimana pahit getirnya melepaskan nafas yang penghabisan waktu manusia berhadapan dengan maut. Manusia harus ingat bahwa dia tiada akan terlepas dari bahaya sakaratulmaut. Pada bagian awal kitab Taj al-Salatin ini pada dasarnya adalah filsafat hidup menurut ajaran islam yaitu menagajarkan bagaimana manusia untuk mengenal dirinya, dari mana asalnya, siapa yang menjadikanya, mengapa ia dijadikan dan apa kewajiban hidup didunia.

Pasal Kelima menerangkan bagaimana kebesaran atau kemuliaan seorang raja, kekuasaan dan kedaulatan kerajaanya.dalam pasal ini juga dijelaskan tentang syarat syarat menjadi raja yaitu:

  1. Seorang raja harusnya aqil baligh supaya ia dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk untuk kerajaaanya
  2. Seorang pemimpin hendaknya memiliki ilmu pengetahuan yang memadai mengenai masalah etika, pemerintahan politik, dan agama.
  3. Pembantu raja harus dewasa dan berilmu, serta menguasai bidang pekerjaannya.
  4. Seorang raja hendaknya memiliki wajah yang baik dan menarik sehingga orang mencintainya, tidak cacat mental dan fisik.
  5. Hendaknya seirang raja dermawan, pemurah, tidak kikir dan bakhil.
  6. Pemimpin yang baik harus senantiasa ingat pada orang-orang yang berbuat baik dan membantu dia keluar dari kesukaran serta membalas kebaikan dengan kebaikan.
  7. Pemimpin yang baik harus tegas dan berani, terutama dalam menghadapi orang jahat dan negara lain yang mengancam kedaulatan negara.
  8. Tidak banyak makan dan tidur, tidak gemar bersenang-senang, dan berfoya-foya.
  9. Tidak senang bermain perempuan
  10. Seorang pemimpin yang dipilih sebaiknya dari kalangan lelaki yang memenuhi syarat dalam memimpin negara.

Pasal keenam, dijelaskan bagaimana caranya menjalankan keadilan.Dimana keadilan adalah pangkal dari kedamaian dan keselamatan dunia.

Pasal ketujuh, menerangkan bagaimana akhlak atau pekerti serta tindakan seorang raja.Raja harus bersifat bijaksana, ia harus selalu menjaga supaya rakyatnya jangan ditekan dan diperas oleh pembesar-pembesarnya yang jahat  pekertinya. Pada zaman dahulu raja-raja sering membagi  waktunya untuk melakukan kewajibannya terhadap agama, terhadap pemerintahan, untuk makan dan tidur, serta untuk beristirahat.

Pasal kedelapan, menceritakan raja yang tidak beriman (bukan mukmin) tetapi bersifat adil.Diantaranya diceritakan tentang raja Nusyirwan yang terkenal sangat adil.karena itu dia dinamai Nusyirwan Adil dengan patihnya yang bijaksana Burzurdjmihr

Pasal kesembilan, menceritakan raja-raja yang dzalim dan kepada orang-orang yang menambahkan peraturan yang telah ditentukan.Nabi Muhammad tidak akan memberikan syafaat, perlindungan, pertama kepada raja-raja yang lalim dan kepada orang-orang yang menambah-nambah akan peraturan yang telah ditentukan

Pasal kesepuluh, menjelaskan bagaimana hubungan raja dengan penasehat raja. Bila seorang raja memiliki penasehat yang ahli dan jujur maka raja itu akan dapat memerintah dengan baik.

Pasal kesebelas, tentang pekerjaan seorang penulis.Dalam zaman kemajuan pemerintah Islam jasa penulis sangat dihargai sekali. Ada khalifah yang memberi uang jasa kepada seorang penulis, berat naskah itu ditimbang dengan emas.

Pasal kedua belas, kewajiban utusan-utusan.Seorang utusan menjalankan sebagian dari pekerjaan seorang nabi. Sekiranya mereka menghilangkan beberapa kepercayaan maka sesudah diadakan penyelidikan merekapun tidak luput dari hukum

Pasalketigabelas, tentang sifat-sifat pegawai pemerintah. Dalam kitab tersebut dijelaskan syarat-syarat seorang pegawai pemerintah diantaranyayaitu :

  1. Seorang pegawai raja harsu mengakui bahwa hak allah berlaku untuk raja, dan mengetahui bahwa rajanya adalah hamba allah.
  2. Seorang pegawai raja harus menyukai rajanya.
  3. Harus jujur dan setiap perkaaanya atas ridho allah dan ridho rajanya.
  4. Harus lebih takut kepada allah dari pada rajanya
  5. Harus menyempurnakan pekerjaan rajanya.
  6. Harus mengingatkan rajanya ketika rajanya berbuat aniaya
  7. Harus patuh kepada raja dalam kebaikan dan menolak perintah yang buruk
  8. Harus sopan dan bertatakrama ketika menghadap kepada raja, dan lain-lain.

Pasal keempatbelas, diterangkan bagaimana mendidik anak.Pertama seorang anak sudah lahir kedunia hendaklah dimandikan dengan air yang bersih lalu dipakaikan baju. Pada telinga yang sebelah kanan hendaklah dijabatkan azan dan pada telinga bagian kiri diperdengarkan iqomah.kedua pada hari yang ketujuh sesudah kelahirannya diadakan perhelatan (selamatan) untuk menyukur rambutnya. Ketiga bila ia berumur  7 tahun tempat tidurnya hendaklah dipisahkan dan mulai pula dibiasakan mengerjakan sembahyang. Kelima anak itu telah berumur 13 tahun hendaklah ia dibiasakan turut melakukan upacara yang berhubungan dengan agama. Keenam bila telah berumur 16 atau 17 tahun untuk dicarika seorang istri atau suami.

Pasal kelimabelas, menerangkan tentang pemimpin yang bijaksana.yang terpenting dalam pasal ini ialah pendidikan ketinggian budi yang menuju kepada kepuasan batin

Pasal keenambelas, tentang akal dan budi pada diri manusia.Antara yang buruk dan yang baik hanya dapat dibedakan dengan yang berakal.

Pasal ketujuh belas, tentag undang-undang dasar suatu Negara (kerajaan).

Pasal kedelapanbelas, tentang ilmu firasat dan ilmu gerak.Untuk mengenali manusia ada empat sebab (jalan) yaitu kenabian, kesucian, kecerdasan, dan karena ilmu firasat.

Pasal kesembilanbelas, tentang tanda-tanda ilmu firasat.

Pasal keduapuluh, tentang hubungan rakyat yang beragama islam dengan dengan raja.

Pasal keduapuluh satu, hubungan rakyat yang tidak beragama islam dengan raja.

Pasalkeduapuluh dua,  mengenai kedermawanan dan kemurahan hati.

Pasal keduapuluh tiga, tentang menepati janji dan perjanjian.Yang sangat terpuji adalah raja yang dapat memenuhi janjinya.Maka rakyatnyapun akan tetap terikat dan pertjaja kepadanya.

Pasal keduapuluh empat berisi penutup.Sesungguhnya buku Tajussalatina itu dipandang sebagai cermin raja-raja, banyaklah mengandung nasihat dan petunjuk yang berharga bagi raja dizaman itu.

Pengaruh Dari Isi Kitab Taj Al-Salatin

Gagasan dan kisah-kisah yang dikandung dalam Tajussalatin memberikan pengaruh besar pada pemikiran politik dan tradisi intelektual di dunia Melayu, tidak hanya di Nusantara, melainkan juga di kawasan Asia Tenggara. Bahasan dalam kitab tersebut selalu ditopang oleh ayat Alquran dan hadits. Begitu pula kisah-kisah yang digunakan sebagian berasal dari buku-buku sejarah dan cerita rakyat, seperti kisah Seribu Satu Malam.

Pengaruh gemilang Taj al-Salatin bertahan lama.Refless misalnya, menyatakan bahwa pemerintahan zaman sultan, Singapura mengacu kepada asas-asas di dalam Taj al-Salatin.Sementara Abdullah Munsyi berusaha mengetahui watak gubernur Inggris berdasarkan asas-asas ilmu firasat yang ditemukan dalam kitab Taj al-Salatin. Pada abad ke-19, adaptasi-adaptasi masih dibaca di kraton Yogyakarta dan Surakarta dalam versi Jawa yang disebut Serat Tajus Salatin.

DAFTAR PUSTAKA

Daulay, Saleh Partaonan. Taj Al-Salatin Karya Buchori Al-Jauhari : Filologi Dan Refleksi Filosofis. 2011. Pamulang : Publishing Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.

Usman, Zuber. 1963. Kesusasteraan Lama Indonesia. Jakarta:  gunung agung.

Rifai Shodiq Fathoni

Rifai Shodiq Fathoni

I explore disability and medical history as a history buff. I examine how society and medicine have treated and changed for people with disabilities over time.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *