Istilah bajak laut mungkin tidak asing bagi pembaca. Istilah itu mungkin banyak dipopulerkan oleh film-film/novel yang sering dijumpai pada era sekarang. Namun, di balik kisah bajak laut di era modern, tersimpan sejarah kelam di dalamnya. Bajak laut di dunia nyata sangat erat dengan kekejaman dan kekerasan. Mereka tidak segan membunuh untuk memperoleh harta. Sehingga ketika bajak laut berjaya, lautan seakan menjadi tempat yang mengerikan dMan penuh teror.
Kemunculan Bajak Laut
Tidak lama setelah koloni Spanyol di Amerika mulai menghasilkan kekayaan besar, bajak laut mulai menjarah kapal-kapal Spanyol yang membawa emas dari Amerika atau kapal-kapal Portugis dari Brasil. Selain menyerang kapal, beberapa bajak laut yang lebih berani seperti Francis Drake juga menyerang dan menjarah pelabuhan.
Selain sebagai bajak laut lepas, beberapa bajak laut awal berprofesi juga sebagai privateers. Privateers adalah pelaut Prancis, Belanda, dan terutama pelaut Inggris yang beroperasi di Karibia dan di Atlantik atas nama pemerintah mereka, yang telah mengeluarkan mereka sebuah surat kewenangan (letter of marquee) untuk menyerang pelayaran musuh pada masa perang.
Beberapa bajak laut juga secara teratur melampaui surat wewenang mereka dan menyerang setiap kapal yang mereka temui. Meskipun privateers dapat menggunakan alasan untuk menyerang kapal musuh pada masa perang, banyak sejarawan modern lebih memahami tindakan mereka ditentukan oleh perlakuan mengerikan Spanyol terhadap penduduk asli Amerika, yang darinya mereka mendapatkan sebagian besar emas dan perak mereka.
Serangan awal terhadap kapal-kapal Spanyol yang berlayar melintasi Atlantik menyebabkan Spanyol membangun armada harta karun dari tahun 1560an. Armada harta karun ini melibatkan sejumlah besar kapal, termasuk banyak kapal perang, yang berlayar bersama membawa barang-barang manufaktur ke Amerika dan kembali dengan emas atau perak.
Pada paruh kedua abad ke-16, Inggris, Prancis, dan Belanda telah mendirikan permukiman di Karibia, yang digunakan privateers mereka sebagai basis serangan mereka terhadap Spanyol.
Bajak laut Inggris, Francis Drake berhasil menangkap beberapa armada harta karun Spanyol pada tahun 1580 dan menjarah pelabuhan Santo Domingo dan Cartagena di Karibia pada tahun 1585, dan kemudian di tahun yang sama menyerang dan merampok pelabuhan Cádiz di Spanyol. Hal ini menyebabkan Perang Anglo-Spanyol tahun 1585-1604, yang mengubah banyak perompak Inggris menjadi privateers, melemahkan angkatan laut perdagangan Spanyol dan memberikan banyak sumber keuntungan bagi pedagang Inggris dan Belanda.
Sementara Francis Drake beroperasi seolah-olah untuk alasan patriotik, orang Spanyol mencela dia sebagai bajak laut. Pada awal abad ke-17, sejumlah besar bajak laut yang beroperasi di Karibia. Mereka menggunakan pemukiman Eropa yang terisolasi di sekitar Hindia Barat, dengan beberapa beroperasi dari basis mereka sendiri di teluk yang terisolasi. Beberapa tempat, seperti Port Royal di Jamaika, menjadi tempat terkenal para perompak. Kota itu mendapatkan reputasi sebagai salah satu kota “terkaya dan paling jahat” di dunia. Tempat lain yang digunakan oleh bajak laut termasuk pulau Antigua dan Barbados.
Perang Tiga Puluh Tahun, yang berlangsung dari tahun 1618 sampai 1648, menyebabkan konflik Protestan-Katolik yang baru dimulai kembali di Eropa. Pertempuran di Hindia Barat pun tidak terhindarkan. Pada periode inilah kapal-kapal Inggris dan Belanda semakin aktif menyerang orang-orang yang berpihak pada Spanyol dan Prancis. Selama periode inilah privateers dan perompak Inggris mulai menggunakan Pantai Nyamuk Nikaragua untuk mendirikan pangkalan, yang memungkinkan mereka menyerang pelabuhan Spanyol dan kapal-kapal Spanyol dengan mudah.
Era Keemasan
Mulai tahun 1660 sampai 1720 atau sering disebut zaman keemasan pembajakan, perompak sekali lagi dioperasikan sebagai privateers. Di Periode dapat dijumpai beberapa kapal berlayar di bawah bendera “Jolly Roger” yang terkenal. Selain itu para bajak laut Inggris mengincar untuk menyerang kapal Spanyol dan Prancis.
Ada pula serangan Inggris terhadap Belanda; Pulau Saint Eustatius, sebuah pulau gula Belanda, diserang oleh bajak laut dan tentara Inggris dalam banyak kesempatan. Pulau ini diperebutkan hingga berpindah penguasa sebanyak 10 kali pada tahun 1660an dan awal 1670-an. Bajak laut Prancis juga mulai beroperasi bebas dari pelabuhan mereka di pulau Hispaniola (Haiti modern dan Republik Dominika).
Salah satu bajak laut paling terkenal pada masa keemasan itu adalah Sir Henry Morgan, seorang bajak laut Wales. Ia menjarah kota Portobelo di Panama, yang telah dijaga dengan ketat. Morgan kemudian menghancurkan kota Panama pada tahun 1671 namun kemudian ditangkap oleh Inggris, karena serangan tersebut melanggar sebuah perjanjian antara Inggris dan Spanyol.
Pada persidangannya di London, Morgan mampu membuktikan bahwa ia tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang perjanjian tersebut dan akhirnya dibebaskan, diberi gelar ksatria, dan diangkat menjadi letnan gubernur Jamaika.
Bajak laut lainnya seperti Edward Teach, “Blackbeard,” menjadi terkenal bukan hanya karena kebiadabannya tapi juga karena penampilannya yang aneh. Ia terbunuh dalam pertempuran melawan Letnan Maynard pada tahun 1718.
Ada juga bajak laut wanita seperti Anne Bonny, yang berasal dari Irlandia, dan Mary Read dari London, yang ditangkap dan diadili pada tahun 1720 di Jamaika. Karir kedua bajak laut wanita ini, yang dimulai saat mantan bergabung dengan awak “Calico Jack” Rackham, namun karir mereka berakhir setelah ditangkap dan dipenjara pada tahun 1720. Read meninggal di penjara, sementara nasib Bonny tidak jelas.
Akhir Era Bajak Laut
Setelah 1720, armada Eropa yang lebih kuat di seluruh Karibia menyebabkan penurunan besar jumlah bajak laut yang beroperasi di wilayah ini. Pada akhir Perang Suksesi Spanyol, Perjanjian 1714 Utrecht mengizinkan orang Inggris menjual budak Afrika di Amerika, dan banyak mantan kru bajak laut beralih profesi sebagai pedagang budak.
Negara-negara yang terlibat dalam perdagangan Karibia memutuskan untuk menghilangkan ancaman bajak laut terhadap rute perdagangan mereka yang menguntungkan. Pada tahun 1720, dua perompak terkenal, Charles Vane dan “Calico Jack” Rackham, digantung di Port Royal, dan dua tahun kemudian sekitar 41 bajak laut digantung di sana dalam satu bulan.
Tanpa kemampuan untuk mencari perlindungan di tempat-tempat seperti Port Royal, meskipun beberapa bajak laut terus beroperasi sampai tahun 1750-an,akses mereka ke pelabuhan semakin sulit. Kondisi ini dibarengi dengan kekuatan Eropa yang secara besar-besaran memperkuat penjagaan mereka atas barang-barang India Barat mereka, sehingga resiko bajal laut untuk tertangkap pun semakin besar.. Akibatnya terjadi penurunan pembajakan dan mantan bajak laut sendiri harus mencari pekerjaan baru di perdagangan budak, pengiriman barang dagang yang sah, atau industri kayu.
Citra romantik bajak laut dipelihara oleh banyak penulis, seperti Daniel Defoe, yang menulis Sejarah Umum Bajak Laut (1724), yang menggambarkan kehidupan banyak individu bajak laut terkenal, dan kemudian Robert Louis Stevenson di Treasure Island (1883). Di era sekarang subjek bajak laut dan pembajakan tetap populer di novel, drama, dan film masa kini.
BIBLIOGRAFI
Botting, Douglas. 1978. The Pirates. New York: Time-Life.
Marx, Jenifer. 1992. Pirates and Privateers of the Caribbean. Malabar, FL: Krieger Publishing Company.
Starkey, David J., E. S. van Eyck van Heslinga, and J. A. de Moor. 1997. Pirates and Privateers: New Perspectives on the War on Trade in the Eighteenth and Nineteenth Centuries. Exeter: University of Exeter Press.