Bangsa Mongol terkenal sebagai bangsa yang berwatak keras dan sangat menyukai peperangan. Keturunan dari Chengis Khan, menebar ketakutan dengan menginvasi setiap daerah yang mereka lalui pada awal periode pertengahan. Beberapa cabang dinasti Mongol berdiri di daerah-daerah taklukkan tersebut. Salah satu dinasti yang terbesar dan terlama keberadaannya adalah dinasti Golden Horde.
Sejarah dinasti ini diawali oleh salah satu putra Chengis Khan, yaitu Jochi, yang berhasil menjadi penguasa di Siberia Barat dan Stepa Kipcak. Setelah Jochi meninggal, bagian timur dari kekuasaannya, yaitu Siberia Barat, diberikan ke tangan putra sulungnya bernama Orda. Sementara itu, separuh dari kekuasaan Jochi yang berada di bagian barat, Khawarizm dan Kipcak di Rusia Selatan, beralih ke tangan putra keduanya, Batu Khan. Batu ini lah yang akan meneruskan kampanye penaklukkan di Eropa Timur dan membentuk imperium Golden Horde.
Dinasti Golden Horde menjadi semakin menarik untuk dibahas selain karena mempunyai waktu eksistensi terlama dibandingkan dinasti Mongol lain. Dinasti ini juga berjaya dalam perdagangan di Asia dan Eropa.
Sejarah Berdirinya Dinasti Golden Horde
Daerah padang rumput (Sungai Volga dan Siberia) yang gersang di sebelah utara dari sebuah garis yang memisahkan antara laut Caspia, laut Aral, dan Danau Balkhash pada umumnya dihuni warga pastoral. mereka hidup dengan mengandalkan sektor peternakan. Warga padang rumput tersebut terorganisisir menjadi keluarga, klan, dan konfederasi, di mana klan menjadi unit dasar dalam mengatur masyarakat.
Pada tahun 1236 di bawah kepemimpunan Batu, warga Nomad Mongol dan Turki menaklukkan beberapa daerah di bagian utara Laut Aral dan Caspia, sekaligus mendirikan ibu kota mereka yang bernama “Sarai” di tepi Sungai Itli anak Sungai Volga. Serangkaian penaklukkan bangsa Mongol tersebut sekaligus menandai berdirinya sebuah imperium baru di daerah tersebut.
Menurut Bertold Spuler, nama Golden Horde berasal dari kata Sira Wardu. Kata Sira berarti emas, sedangkan wardu berarti kemah, sehingga dinasti ini diberi nama Golden Horde karena perkemahan berwarna emas mereka. Warna kulit mereka juga berwarna kuning keemasan.
Ibu kota baru, Sarai, merupakan ibu kota pertama dinasti Golden Horde. Istana baru yang dibangun oleh Batu di Sarai dilapisi dengan warna emas, yang semakin mengidentikkan dengan nama dinasti tersebut.
Batu dikenal sebagai ahli strategi perang dan seorang negarawan. Pada awal kekuasaanya, ia berhasil menaklukkan kerajaan Khawarizam yang pernah ditaklukkan oleh pamannya, Changtai. Sebelum meninggal, Batu berhasil memperluas kekuasaannya, setelah berhasil menguasai Stepa Don, Dniepar, Semenanjung Crime, dan Kaukasus Utara. Batu meninggal dunia pada tahun 1256.
Perkembangan Dinasti Golden Horde
Batu meninggal, saat putranya yang bernama Sartak berada di Karakuram. Sartak segera menuju Sarai dengan maksud menggantikan kedudukan ayahnya sebagai pemimpin, namun dalam perjalanannya ia meninggal. Dengan meninggalnya keturunan Batu, maka saudara Batu, Berke Khan (1256-1267 M), menjadi penggantinya.
Berke Khan adalah seorang muslim, dia terang-terangan menyatakan masuk Islam. keterbukaannya dalam mengakui sebagai muslim membuat banyak orang dan rakyat tertarik mengikuti jejaknya, yaitu masuk agama Islam.
Sejarah mencatat Berke masuk Islam saat Mongu menjadi Khan Agung. Berke merasa sedih ketika melihat orang-orang ateis Mongol menghancurkan gereja dan menekan orang-orang Nasrani di Bukhara. Hal ini sebagai akibat sikap kasar dan permusuhan terhadap orang-orang muslim di sana. Saat itu keyakinannya untuk mengikut agama Islam mulai muncul. Kemudian dalam perjalanan pulangnya dia bertemu dua pedagang muslim, dia banyak bertanya tentang Islam. Penjelasan-penjelasan dua pedagang tersebut membuatnnya sadar, dan memutuskan untuk masuk Islam.
Sebagai seorang muslim, Berke Khan termasuk seorang orthodox yang Saleh. Seluruh anggota pasukannya adalah muslim. Di kalangan tentara Berke ditetapkan berlakunya suatu etiket bahwa setiap prajurit harus memiliki sajadah, sehingga semuanya melakukan sholat tepat pada waktunya. Selain itu tidak seorang pun dibolehkan meminum minuman keras.
Berke memindahkan ibu kota dinasti Golden Horde ke Sarai Baru, yang berjarak 65 mil sebalah Timur laut kota modern, Astrakhan. Selain itu, dia menghias kota tersebut dengan sangat indah, sehingga kota Sarai Baru layak dianggap sebagai pusat peradaban pada masa itu. Berke juga banyak membangun madrasah, masjid, dan monumen-monumen yang semakin memperindah kota Sarai Baru.
Atas inisitiatif sultan Mamluk, Baybars, Berke bersekutu dengan sultan Mamluk dari Mesir. Sebagai tanda persahabatan Berke mengirim tentara Golden Horde ke Mesir. Pada saat yang sama Hulagu menjadi Ilkhan yang sepak terjangnya mengancam dunia Islam.
Berke Khan beberapa kali terlibat konflik dengan Hulagu Khan, salah satunya akibat perebutan wilayah Kaukasus. Berke pernah protes keras atas kiriman tentara Ilkhan ke Irak dan meminta Hulagu segera menarik tentara dari sana sebelum masuk ke Baghdad.
Tentara Ilkhan kalah (1263) dalam peperangan di Terekh, setelah terlibat peperangan antar keluarga Mongol (Berke Golden Horde, persatuan tentara Mongol Kubilai Khan, Ariq Boge Mongolia, dan Ilkhan) yang terjadi selam 10 tahun 1257-1267. Perseteruan antar keluarga Mongol semakin meruncing, setelah dizinkannya suku Genoese di Kaffa, Crime oleh penguasa Golden Horde untuk membangun pos perdagangan.
Ketika Berke berkuasa, dia menghapus Yasaq dan menggantinya dengan syariat. Dengan penggunaan syariat Islam tersebut, ia dikenal sebagai pelindung Islam. Akan tetapi pemerintahannya tidak bertahan lama, pada tahun 1267 ia wafat setelah berperang melawan Abaga, putra Hulagu di Tiflis (1266).
Setelah Berke, penguasa Golden Horde setelahnya adalah Mongke Timur (1267-1280), Tuda Mongke (1280-1287), Tula Bugha (1287-1290), dan Tokhtuh (1290—1313). Tidak ada yang menonjol dari penguasa-penguasa tersebut, selain hanya Tuda Mongke yang muslim, jarang pula sumber sejarah mengenai mereka.
Puncak Kejayaan Dinasti Golden Horde
Angin segar perubahan datang kembali, setelah keponakan Tokhtu dan cucu Mongke Timur, putra Toghrilcha, Uzbeg Khan, naik sebagai penguasa Sarai Baru (1313-1341). Sebelum Uzbek Khan menjadi seorang muslim, para misionari Kristen sempat mencoba memberikan pengaruh pada dirinya yang seorang pagan, tetapi usaha tersebut gagal.
Akhirnya Uzbeg masuk agama Islam, dan dicatat dalam sejarah sebagai seorang muslim yang kuat dan taat. Setelah masuk Islam, Uzbeg Khan memakai nama Muhammad Ghias al-Din Uzbeg. Meskipun Berke dan Tuda Mongke merupakan pemimpin muslim, namun, banyak rakyat Golden Horde masih menjadi penganut paganisme.
Ghias al-Din tidak hanya secara pribadi memeluk Islam, tetapi juga menjadikan semua masyarakat dinasti Golden Hoder menjadi muslim. Pada dekade kedua abad ke-14 M orang-orang Mongol melakukan konversi ke agama Islam secara besar-besaran, hingga tidak ada lagi orang pagan di masyarakat.
Uzbeg Khan menerapkan administrasi kenegaraan sesuai dengan syariat islam. semua peraturan negara menggunakan hukum Islam, dan mengganti peraturan Yasaq. Selain itu, Uzbeg Khan adalah penggemar kesenian dan sastra. Pada masanya, kehidupan berbudaya mencapai puncaknya. Uzbeg banyak mendirikan bangunan yang indah, termasuk masjid dan sekolah.
Perdagangan pada masa Uzbeg maju pesat. Para pedagang dari berbagai penjuru dunia, termasuk China datang ke sana. Ibnu Batutah yang pernah singgah ke Sarai Baru menjelaskan bahwa Golden Horde menjadi negara Islam yang paling sempurna saat itu. Maksud Islam yang sempurna adalah jasa-jasa dan perhatian Uzbeg terhadap penegakan aturan Islam di kalangan Mongol, terutama di kalangan Golden Horde.
Di bidang hubungan internasional, Uzbeg merupakan penguasa yang disegani, bahkan Ibnu Batuta menilai Uzbeg adalah salah satu penguasa yang perkasa dari tujuh orang penguasa yang kuat dan hebat. Perseteruan antara keluarga Mongol nampaknya telah mendarah daging, karena setelah penguasa Ilkhan di Persia telah memeluk Islam, permusuhan masih terus terjadi.
Hal ini terkait dengan usaha Uzbeg untuk merebut kembali wilayah Kaukasus Selatan, yang sebelumnya dikalahkan oleh Ilkhan. Usaha Uzbeg untuk merebut Azerbaijan dihalangi oleh Abu Sayed, penguasa Ilkhan. Aliansi Golden Horde dan Mamluk juga mulai melemah, setelah dinasti Ilkhan membuat perjanjuan persahabatan dengan Mamluk.
Selain dikenal sebagai seorang muslim yang taat, Uzbeg juga dikenal sangat menghormati agama lain. Bahkan Uzbeg menyambung persahabatan dengan dunia Kristen, meski Paus merasa kecewa karena usaha misionari untuk mengajaknya kepada agama mereka gagal.
Uzbeg memperbolehkan orang-orang Geonese untuk membangun kembali kota Kaffa yang sebelumnya sempat dihancurkan pada masa Tokhtu. Di Thana, muara suangai Don, orang-orang Venisia diizinkan untuk mendirikan koloni mereka.
Muhammad Ghas Al-Din Uzbeg Khan memerintah selama 28 tahun periodenya dicatat sebagai periode kejayaan Golden Horde. Keturunannya semua muslim, dan mendirikan dinasti Tatar di Rusia. Dengan menggunakan namanya, negara Uzbegistan bahkan tetap eksis hingga sekarang.
Masa Disintegrasi Dinasti Golden Horde
Setelah Uzbeg meninggal, pangeran Tini Beg menggantikannya. Pada periodenya, istrinya yang Kristen sangat mempengaruhi istana, akhirnya Tini Beg sendiri menyatakan diri masuk Kristen di hadapan istrinya. Murtadnya putra dari penguasa muslim terbaik Golden Horde, menyebabkan pemberontakan pecah.
Tini beg akhirnya lengser dari tampuk kekuasaan dan dibunuh oleh saudara bungsunya, Jani Beg (1342). Penggantinya Jani Beg, merupakan seorang muslim yang taat dan penguasa yang kuat yang muncul pada masa disintegrasi dinasti Golden Horde.
Ketika berkuasa Jani Beg berusaha memperomosikan Islam di kalangan rakyat yang sudah pindah agama. Jani Beg memimpin ekspedisi melawan dinasti Ilkhan, dengan membawa 300.000 tentara dan berhasil melumpuhkan daerah selatan melalui Kaukasus dan kota Tabriz. Selanjutnya, Jani Beg berhasil menguasai kota Azerbaijan.
Jani Beg meninggal dalam perjalanan pulangnya dari penaklukkan, lantaran sakit Pes yang saat itu sedang mewabah, (1357). Dengan meninggalnya pemimpin kharismatik Mongol tersebut, usahanya untuk menaklukkan Persia dan Kaukasus secara keseluruhan tidak berhasil.
Setelah Jani Beg meninggal, terjadi kekacauan secara nasional akibat perang saudara di istana Sarai Baru untuk merebut puncak kekuasaan dalam keluarga Jochi. Revolusi dan pembunuhan terjadi di mana-mana. Kulpa, saudara kandung Birdi Beg, berkuasa selama 1359-1360M. Kemudian saudaranya yang lain, Nawroz, berkuasa pada 1360-1361M. Akibat dari konflik ini, keturunan Batu Khan tidak lagi mempunyai kuasa dalam politik Golden Horde. Kemudian muncul penguasa baru, yaitu Mamai.
Tidak banyak diketahui mengenai asal-usul Mamai, hanya diketahui ia berkuasa antara tahun 1361-1380 M. Pada tahun kedua ia berkuasa, Mamai menghadapi serangan Moldovia dan Lithuania yang muncul sebagai kekuatan pesaing baru. Selain itu, Mamai juga menghadapi kekuatan Grand Duke (Moscow) yang berbalik melawan dan melemahkan Golden Horde.
Duke mengambil keuntungan atas melemahnya Golden Horde dan membatalkan aliansinya dengan Golden Horde yang telah terjalin sejak Uzbeg Khan. Ia juga menolak membayar pajak dan upeti lagi. Pada tahun 1378, Mamai menyerang Moskow. Peperangan pecah di tepi sungai Vogh. Peperangan tersebut berakhir dengan kekalahan pihak Mamai, dan menarik tentaranya ke Sarai Baru.
Mamai membuat aliansi dengan Lithuania dan Rayzan. Namun, sebelum pasukan aliansi bergabung dengan pasukan Golden Horde. Duke terlebih dahulu menyerang pasukan Golden Horde, dan berhasil mengalahkannya di tepi Sungai Don.
Kekalahan atas Grand Duke Moskow, belum menghancurkan sepenuhnya dinasti Golden Horde. Muncul Tokhtamis, keturunan dari Wardah (saudara Batu) yang duduk di Sarai Baru, menghidupkan lilin harapan di kalangan Golden Horde. Tokhtamis berhasil mengalahkan Mamai di tepi Laut Azov, dan menandai dimulainya masa kekuasaannya.
Kehancuran Sirai Baru
Tokhtamis, penguasa Sarai Baru cabang Mongol White Horde Siberia, meminta bantuan Timur Lenk sang penakluk dan mulai mengepung Moskow. Grand Duke Moskow dipaksa membayar pajak dan tunduk kepada Islam. Tokhtamis berhasil menundukkan kembali Moskow untuk kedua kalinya.
Setelah mendapatkan kekuasaannya, Tokhtamis justru mengkhianati Timur Lenk. Tokhtamis menyerang Transoxiana, saat Timur tidak berada di sana. Alasannya, Timur telah mengambil daerah Khawarizm, yang sebelumnnya milik Golden Horde.
Timur membantahnya dengan mengatakan, “Khawarizm adalah milik dinasti Changtai yang diambili Golden Horde.” Timur Lenk sangat marah atas pengkhianatan Tokhtamis. Dia memimpin pasukannya bergerak ke Moskow untuk berhadapan dengan Tokhtamis (1390). Tentaranya masuk kota Moskow, merampas, dan membunuh secara masal. Timur yang tidak mempunya niat menguasai Rusia secara langsung, mengangkat seorang dari kalangan Golden Horde sebagai pemimpin boneka di Sarai Baru.
Setelah Timur Lenk kembali dari Rusia, Tokhtamis menyerang lagi untuk merebut kembali kotanya. Tetapi tentaranya sudah tidak memiliki kekuatan, seperti masa jayanya. Akibatnya,Tokhtamis kalah dari Timur Kutlugh, panglima Timur. Dengan bantuan sultan Mamluk, Burkuk, ia pun melarikan diri ke Mesir.
Tokhtamis mencoba kembali peruntungannya dengan menyerang Shirvanl dan tentara Golden Horde berhadapan dengan pasukan Timur (1395) di Terekh, tetapi pasukan Tokhtamis kalah telak. Tentara Timur kemudian masuk ke Sarai Baru, dan melakukan pembantaian massal di sana. Akibatnya, peradaban yang selama dua abad terakhir dibangung oleh Golden Horde menjadi hancur lebur.
Timur Lenk yang mencintai keilmuwan, kemudian membawa segala perabotan termasuk alat-alat laboratorium dan buku-buku berharga ke ibu kotanya, Herat, Samarkand. Setelah Timur pulang ke negerinya, Tokhtamis kembali mencoba menguasai Sarai Baru. Namun, lagi-lagi ia menderita kekalahan dari Timur Kutlugh. Tokhtamis terpaksa meminta suaka politik ke pangeran Vitold dari Lithuania, hingga meninggal di sana pada 1404.
Berakhirnya Eksistensi Dinasti Golden Horde
Setelah Tokhtamis mangkat, terjadilah perebutan kekuasaan berdarah antar suku Mongol, baik Islam atau non-Islam. Idikhu Khan, pengusa Noghay, berhasil menaklukkan Sarai Baru. Ia penguasa terakhir di kalangan Golden Horde yang baik.
Idikhu Khan berhasil mengalahkan pangeran Lithuania, dan berhasil merevitalisasi dinasti Golden Horde. Pada tahun 1408, Idikhu Khan menyerang Moskow dan memaksa Grand Duke membayar upeti. Kekuasaan Idikhu Khan tidak bertahan lama, karena pada tahun 1419 dia meninggal.
Setelah Idikhu Khan meninggal, wilayah kekuasaan Golden Horde yang begitu luas dan besar mulai menyempit dan pecah akibat konflik anatar pangeran Golden Horde dan Mongol lain. Mereka berlomba untuk menjadi penguasa di daerah Asia Tengah dan Rusia, terutama di Sungai Volga dan Laut Hitam. Perebutan kekuasaan tersebut melahirkan beberapa dinasti kecil di antaranya, Kazan (1437-1557), Austrakhan (1466-1556), dan Crimea (1420-1783).
Dengan lemahnya kondisi internal pemerintahan Golden Horde, maka para duke dari Moskow dan Lithuania mengambil keuntungan dan melakukan penyerangan yang melemahkan kekuatan Islam. Golden Horde bertahan sampai abad ke-16 dan terkurung di sekitar istana Sarai Baru akibat lemahnya penguasa. Akhirnya, Golden Horde yang diambang kehancuran ditaklukkan Rusia pada 1502, sekaligus mengakhiri riwayat kejayaan Islam di Eropa Timur selamanya.
BIBLIOGRAFI
Bosworth, C. E. 1993. Dinasti-Dinasti Islam. Terj. Ilyas Hasan. Bandung: Mizan.
Karim, M. Abdul. 2014. Bulan Sabit di Gurun Gobi. Yogyakarta: Suka Press.
Lapidus, Ira M. 2000. Sejarah Sosial Ummat Islam Bagian I dan II. Terj. Ghufron A. Mas’adi. Jakarta: RajaGrafindo Persada