Sejarah Asia Tenggara telah dimulai sejak zaman pra-sejarah. Masyarakat dan kebudayaan di Asia Tenggara, di kemudian hari berkembang menjadi beragam budaya dan bangsa yang berbeda-beda dan spesifik, dengan pengaruh dari budaya India dan budaya Tiongkok. Pada masa pra kolonialisme, budaya Arab juga turut mempunyai pengaruh yang besar bagi masyarakat Asia Tenggara pada umumnya, yang ditandai masuknya Islam di Asia Tenggara.
Masuknya Islam di Asia Tenggara sampai saat ini merupakan polemik panjang yang menimbulkan pro dan kontra antara sejarawan, agamawan, arkeolog, dan intelektual. Namun, berdasarkan referensi umum, masuknya Islam di Asia Tenggara adalah melalui proses perdagangan internasional yang berpusat di Selat Malaka melalui para pedagang muslim Persia dan Arab.
Sesuai dengan perkembangannya, Islam kemudian berafiliasi dari satu negara ke negara lain di Asia Tenggara. Dengan demikian, Islam tidak hanya menjadi agama pedagang, tetapi agama yang mulai dipeluk oleh masyarakat pada umumnya. Bahkan, Islam bisa dikatakan sudah menjadi salah satu agama terbesar di Asia Tenggara.
Secara signifikan, Islam telah memberikan pandangan hidup (way of life) baru bagi penduduk Asia Tenggara. Dapat dikatakan demikian, karena penduduk yang pada mulanya tidak mempunyai embel-embel agama, sejak datangnya Islam, mereka kemudian mempunyai agama dan berketuhanan. Salah satu keunikan Islam di Asia Tenggara adalah ketika Islam datang di Asia Tenggara tidak serta merta menghilangkan budaya atau lokalitas penduduk. Islam justru menjadi bingkai dan turut mewarnai jalannya tradisi penduduk.
Story Guide
Gambaran Umum Asia Tenggara
Asia Tenggara adalah wilayah yang terletak di sebelah tenggara Benua Asia. Secara Geologis Asia Tenggara menjadi pertemuan gugusan utama pegunungan muda Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediteran. Dalam lingkungan Sirkum Pasifik maupun Sirkum Mediteran, bermunculan gunung-gunung aktif, khususnya di Filipina dan Indonesia.
Deretan pegunungan yang sudah tidak menunjukkan aktivitasnya lagi terdapat di Semenanjung Malaka, Kalimantan (baik utara, Malaysia ataupun Kalimantan Indonesia) pegunungan Arakan Yoma di Myanmar, pegunungan di Thailand, pegunungan Annam di Semenanjung Indochina. Secara Geo-politik, Asia Tenggara terdiri dari: Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, Brunei Darusalam, Myanmar, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Timor Leste.
Sejak Abad 1 M, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka, telah memiliki kedudukan yang penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional karena posisinya yang strategis. Wilayah ini menghubungkan negeri-negeri Asia Timur Jauh, Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Asia Barat. Pelayaran dan perdagangan membentang dari Teluk Persia hingga China melalui Selat Malaka.
Sementara sejak Abad ke-7 M, agama Islam telah merambah bagian timur Asia (China selatan). Karena itu terdapat kemungkinan bahwa para pedagang Muslim, dan kemudian Mubaligh-Mubaligh baik Arab maupun Persia yang sampai ke China Selatan, telah terlebih dahulu melewati Selat Malaka. Hal itu sejalan pula dengan masa muncul dan berkembangnya tiga kekuatan besar pada masa selanjutnya, yaitu China masa Dinasti Tang (618-907 M), Sriwijaya (Abad 7-14 M) dan Dinasti Abbasiyah (750-870 M).
Masuknya Islam di Asia Tenggara
Masuknya Islam antara Abad ke-7-12 M di Asia Tenggara dapat dikatakan baru sebagai tahap pembentukan komunitas muslim yang mayoritas terdiri dari para pedagang. Sementara pada Abad ke-13-16 M, dengan munculnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam, merupakan kelanjutan dari penyebaran Islam. Perlu dibedakan antara tiap tahapan tersebut. Semua tahap tersebut memerlukan waktu dan proses yang panjang, tergantung pada situasi dan kondisi masyarakat yang dihadapi Islam.
Pada gelombang pertama, penyebaran Islam menghadapi masyarakat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yang masyarakatnya memiliki struktur pemerintahan semacam desa atau kesatuan desa dengan kepercayaan dinamisme dan animisme. Gelombang pertama hanya menghasilkan komunitas muslim yang terdiri dari pedagang muslim dan penyebaran Islam saat itu juga sangat terbatas. Kemudian pada gelombang kedua, yang dimulai sejak Abad 13 M, penyebaran Islam lebih mantap dan meluas.
Beberapa pendapat dari para ahli sejarah mengenai masuknya Islam ke Asia Tenggara antara lain :
- Menurut Hamka, Agama Islam masuk ke Indonesia pada tahun 674 M. Berdasarkan catatan Tiongkok, saat itu datang seorang utusan raja Arab Ta Cheh (kemungkinan utusan Muawiyah bin Abu Sufyan) ke Kerajaan Ho Ling (Kaling/Kalingga) untuk membuktikan keadilan, kemakmuran dan keamanan pemerintah Ratu Shima di Jawa.
- Menurut Snouck Hurgronje, ia berpendapat Islam masuk dari Gujarat, India pada Abad 13 (berdirinya Samudera Pasai). Hal ini dibuktikan dengan besarnya pengaruh ajaran Tasawuf di Indonesia, keadaan ini sama seperti kebiasaan yang berkembang di India.
- Menurut Abu Bakar Aceh dan Hoesein Djajadiningrat, Islam pertamakali masuk adalah melalui Persia. Hal ini didasarkan pada cara membaca (mengeja) Al-Qur’an yang sama dengan cara/ gaya Persia, terutama di daerah Jawa Barat.
- Seminar tentang masuknya Islam ke Nusantara di Medan tanggal 17-20 Maret 1963, mengambil kesimpulan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada Abad I H/Abad 7 M langsung dari Arab. Daerah pertama yang didatangi ialah pasisir Sumatera.
Kedatangan Islam dibagi menjadi tiga fase, antara lain :
- Singgahnya pedagang-pedagang Islam di pelabuhan-pelabuhan. Sumbernya adalah berita luar negeri, terutama Cina.
- Adanya komunitas-komunitas Islam di beberapa daerah kepulauan Nusantara. Sumbernya di samping berita-berita asing juga makam-makam Islam.
- Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.
Bukti-Bukti Kedatangan Islam di Asia Tenggara
Islam masuk di Asia Tenggara sejak Abad 7-11 M, para sejarawan banyak mendasarkan teori tersebut pada berita-berita China. Selain itu banyak juga bukti-bukti arkeologis mengenai hal yang sama yaitu penemuan beberapa Artefak (batu nisan) yang diperkirakan berasal dari Abad XI. Masuknya Islam di Asia Tenggara dapat dihubungkan dengan pemberitaan I-Ching, seorang musafir Buddha yang melakukan perjalanan dengan kapal yang disebutnya Po-Sse di Canton pada 671 M. Ia kemudian berlayar menuju arah selatan ke Vhoga (diperkirakan Palembang, Sumatra Selatan).
Selain pemberitaan tersebut dalam Hsin-Tang-Shu dari masa Dinasti Tang, terdapat laporan yang berisi cerita seorang Ta-Shih mempunyai niat untuk menyerang Ho-Ling dibawah pemerintahan Ratu Sima (674 M). oleh karena pemerintahan Ratu Sima itu kuat dan adil, konon orang Ta-Shih mengurungkan niatnya untuk menyerang kerajaan Ho-Ling.
Dari sumber tersebut, ada dua sebutan yang harus diperhatikan, yaitu Po-See dan Ta-shih. Menurut beberapa ahli, yang dimaksut dengan Po-See adalah Persia, sedangkan Ta-Shih adalah Arab. Jika penafsiran ini benar maka orang Persia dan Arab telah hadir di Asia tenggara sejak Abad 7 M dengan membawa ajaran Islam.
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahli tentang tempat tinggal orang Ta-shih. Ada yang menyebut bahwa mereka ada dipesisir barat Sumatra atau di Palembang, namun adapula yang memperkirakanya di Kuala Barang, Trengganu. Terlepas dari perbedaan ini, jelas bahwa tempat tersebut berada di bagian barat Asia Tenggara.
Dua nisan ditemukan di Pha Rang, Campa Selatan, yang kini masuk wilayah Vietnam. Pada nisan pertama yang bertuliskan huruf arab jenis Kufi tertulis nama Ahmad bin Abu Ibrahim bin Arradar Rahdar alias Abu Kamil (w 1039). Pada batu nisan kedua yang rusak dan tulisannya mirip tulisan Jawi (Arab-Melayu) isinya menceritakan pembayaran pajak, utang-piutang, dan tempat tinggal. Dari bukti arkeologis itu terlihat bahwa Islam telah datang di daerah Campa dan membentuk suatu komunitas muslim sekitar Abad XI M.
Artefak berupa batu nisan juga ditemukan di pekuburan dekat jalan Residency Bandar Seri Begawan, yang memuat tulisan seperti di Campa. Pada nisan ini, tertulis nama seorang perempuan, Makhdarah, yang wafat pada 440 H/ 1048 M. Pada Abad XI M, di pesisir utara Jawa Timur, yaitu di Leran dan Gersik, juga ditemukan sebuah nisan dengan huruf Kufinya mirip dengan nisan di Pha Rang, Campa. Nisan di Leran ini juga menyebutkan perempuan, Fatimah binti Maimun bin Hibatullah (w 1082 M).
Berdasarkan peninggalan ini, diperkirakan sekelompok Muslim telah sampai di Jawa Timur khususnya di Leran sebagaimana mereka yang datang pada abad tersebut di Campa dan Bandar Seri Begawan. Hal itu didasarkan pada jenis huruf Kufi yang menyerupai huruf Kufi corak Timur Tengah, yaitu dengan tanda hiasan bentuk kail atau lengkung pada bagian ujungnya yang tegak. Gaya huruf Kufi semacam itu mulai berkembang di Persia pada akhir Abad X.
Kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara berdiri pada Abad 13 M di pesisir utara Aceh Utara. Tepatnya di daerah Lhokseumawe. Di dalam, kitab Izhar Al-Haqq fi Silsilah Raja Ferlak yang ditulis oleh Abu Ishaq Al-Makrani Al-Fasi dinyatakan kerajaan Perlak didirikan pada 225 H/847 M dan diperintah berturut-turut oleh delapan sultan. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Amin Syah (1225-1263 M), terjadi pernikahan antara putri dari Perlak dan Merah Silu dari Samudra Pasai. Setelah menjadi penguasa kerajaan itu, Merah Silu dikenal sebagai Sultan Malikul Shaleh.
Keberadaan Sultan Malik Al-Shaleh sebagai tokoh legendaris kerajaan Samudera Pasai, bukan hanya berdasar pada berita dalam Hikayat Raja-Raja Pasai Dan Sejarah Melayu, tetapi pada data arkeologis berupa nisan kuburnya dengan tahun wafat 696 H/1297 M. Sejak kerajaan Samudera Pasai berdiri dan berkembang (umumnya diterima para ahli sejarah sebagai kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara) yaitu sejak Abad 13 akhir sampai abad 16 M. Pelayaran dan perdagangan antara Muslim dari Arab, Persia, Irak, India selatan, dan Sri Langka semakin ramai. Mereka bukan hanya mendatangi ibu kota kerajaan Samudera Pasai, tetapi juga meneruskan pelayaran dan perdagangannya ke negeri-negeri lain di kawasan Asia Tenggara.
Hubungan antara Samudera Pasai dan Semenanjung Malaka bertambah ramai dengan kedatangan Islam di Kedah dan berkembangnya komunitas muslim di daerah Terengganu. Hal ini dapat dibuktikan dengan temuan batu bertulis huruf Jawi dalam bahasa campuran antara Melayu dan Sanskerta. Isinya antara lain menyatakan bahwa Prasasti Tamra ini ditetapkan di benua Terengganu atas perintah Seri Paduka.
Perkembangan Islam di Berbagai Wilayah Asia Tenggara
- Indonesia
Sama halnya dengan perkembangan Islam di Asia Tenggara secara umum, terdapat perbedaan di antara para ahli mengenai kedatangan Islam di Indonesia. Mulai dari Teori Arab (abad 7), hingga Teori Gujarat/India (abad 13 M). Akan tetapi jika memilih pendapat Snuck Hugronje yaitu Teori India/ abad 13 dengan bukti berdirinya Kesultanan Samudra Pasai yang berdiri Tahun 1275 M, maka dapat diduga kuat hal itu bukanlah awal masuknya Islam, melainkan masa setelah Islam berkembang.
Dibandingkan dengan perkembangan Islam di wilayah lainya, Nusantara menjadi salah satu tempat perkembangan agam Islam yang paling pesat karena memiliki pusat-pusat perdagangan. Islam dibawa oleh para pedagang-pedagang Muslim, para Muballigh, dll. Faktor tersebut menjadikan Islam menyebar dengan cepat dikalangan masyarakat, kemudian diikuti para raja dan bangsawan, sehingga oleh J.C Van Leur hal ini terjadi karena Politic Motive.
- Malaysia
Tidak jauh berbeda dengan Indonesia dalam sejarak masuknya Islam di Malaysia, kekuatan politik Islam muncul di sekitar Semenanjung Malaka. Menurut Marco polo, Islam muncul di Tanah Melayu ketika Parameshwara memeluk agama Islam pada 1414 M, sehingga wilayah Perlak menjadi yang pertama memeluk Islam, kemudian daerah Pangsir, Lamri, dan Aru. Islamisasi ini adalah peran seorang Nahkoda Ismail dan Sultan Muhammad atau Faqir Muhammad.
Sejarah Islam di Malaysia juga memiliki keterkaitan dengan kedatangan muslim yang mengungsi dari China dan Campa (Vietnam), akibat kebijakan Kaisar Dinasti Tang yang mengusir pemukim-pemukim asing pasca pemberontakan (879 M). Beberapa kesultanan yang pernah berdiri antara lain :Kesultanan Malaka, Kampar, Trengganu, Johor, dll.
- Thailand (Muangthai)
Terletak di Sumatra Malaysia, merupakan salah satu negara yang secara resmi tidak pernah dijajah. Islam di wilayah ini dalam sejarah disimbolkan dengan keberadaan Kesultanan Patani yang berdiri Abad 14 M di pantai timur semenanjung Melayu atau Thailand bagian selatan. Kerajaan ini mundur dan jatuh pada masa raja terakhir (Kuning), dan pada tahun 1785 M Kerajaan Siam berhasil menaklukan daerah ini. Pada masa selanjutnya pemerintahan Patani tunduk pada Raja Siam, meski berkali-berkali memberontak dan gagal seperti pada tahun 1791 dan 1808. Pengaruh bangsa kulit putih masuk oleh Inggris dan Prancis sekitar 1890-an.
- Filipina
Kekuatan Islam mulai nampak di Filipina dengan berdirinya Kesultanan Sulu. Diawali dengan keislaman seorang pengusa Pulau Jolo yang dijuluki Rapa Sipad (Raja Seri Baginda) oleh kedatangan seorang muslim bernama Masha’ika, yang kemudian dinikahkan dengan anaknya sendiri. Dari keturunan kedua orang inilah penerus mereka menyebarkan Islam.
Sebagaimana di Nusantara dan Semenanjung Melayu, berdatangan pula para pendakwah-pendakwah Islam dari negeri Arab, selain itu turut berperan pula orang-orang Islam dari Nusantara, salah satunya adalah Raja Baguinda, seorang bangsawan asal Minangkabau.
Para pendakwah ini kemudian cukup berpengaruh, sehingga dalam sejarahnya para bangsawan Kesultanan Sulu adalah percampuran antara pribumi, pendatang Arab dan pendatang dari Minangkabau. Kesultanan Sulu berdiri sekitar tahun 1500-an. Selain kesultanan Sulu, berdri pula Kesultanan Maguindanau, dan Kesultanan Manila. Dan Pada 1563 datang pasukan Spanyol ke beberapa pelabuhan Filipina.
- Brunei Darussalam
Dalam catatan sejarah, Islam sudah ada di Brunei pada masa raja Muhammad Syah (1368 M), meski diperkirakan Islam sudah hadir jauh sebelum itu. Namun menurut sumber lain, baru pada pemerintahan Sultan Syarif Ali-lah (sultan ke III) Islam diajarkan secara murni terlepas dari ajaran Hindu-Buddha, dengan ajaran Ahlu Sunnah wal Jama’ah dan madzhab Syafi’i. Islam terus berkembang dengan dukungan dari Kesultanan, mereka juga menjalin hubungan baik dengan kesultanan Melayu lainya. Brunei juga ikut berperan dalam dakwah Islam di Filipina, hingga pada 1578 datang pasukan Spanyol.
- Myanmar
Islam dibawa dibawa oleh para pedagang Arab yang kemudian menetap di garis pantai negeri ini selama Abad I H/VII M, terutama di daerah Arakan. Selain pedagang Arab, berdatangan pula pedagang muslim Melayu dan India. Kemudian disusul datangnya pasukan Kubilai Khan pada Abad XIII yang didominasi oleh tentara Muslim.
Suatu negara Islam didirikan di Arakan oleh Nasaruddin Mahmud Syah dan Raja Sulayman Naramitha hingga dapat berkembang dan bertahan beberapa abad. Kerajaan ini pernah mencapai puncaknya dikrenakan majunya perdagangan. Hingga pada 1784 kerajaan ini ditaklukan oleh orang-orang Buddha Burma (Myanmar)
- Vietnam
Vietnam berarti negeri selatan, negeri ini termasuk di antara 3 negara Indochina. Islam di Vietnam terkait kuat dengan keberadaan Kerajaan dan etnis Campa. Islam masuk melalui perdagangan yang dilakukan dengan pedagang-pedagang Muslim. Islam terus berkembang meski mayoritas masyarakat masih menganut Hindu-Buddha. Bahkan dikabarkan seorang raja Campa bernma Po Klau Hulu (1579- 1603 M) sudah memeluk Islam dan membantu Raja Johor melawan Portugis. Selanjutnya pengaruh Campa semakin melemah setelah kalah oleh raja Nguyen (Nam Tien) dari Vietnam sekitar abad ke-17 M.
- Laos
Tidak banyak catatan sejarah mengenai Islam Laos, Islam di sana terdiri dari keturunan Arab, Asia Selatan, Melayu, dan Campa. Dalam catatan sejarah, Islam masuk dibawa oleh para pengungsi Campa, yang mengungsi akibat penaklukan Vietnam. Selain itu banyak terdapat pula muslim Hui-hui atau Cina Muslim. Prancis datang pada tahun 1820 M.
- Kamboja
Kedatangan Islam di negeri ini juga tak terlepas dari kedatangan Muslim Campa (Vietnam Tengah). Sama halnya dengan Laos, Muslim Campa adalah para pengungsi. Ketika mereka pindah ke Kamboja mereka menemukan kelompok Melayu asal Nusantara yang datang beberapa abad sebelumnya. Kehadiran masyarakat Melayu diperkirakan sejak abad ke-7 M (jawa) sebagai pedagang dan pelaut. Kelompok Muslim dan Campa ini kemudian bergabung menjadi Melayu-Campa atau Jva-Cam.
BIBLIOGRAFI
Abdullah, Taufik. 2002. Ensiklopedia Tematis Dunia Islam Jilid 5: Asia Tenggara. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Ahmad Ibrahim, Sharon Shiddique, dan Yasmin Husain. 1989. Islam di Asia Tenggara:Perspektif Sejarah. Jakarta: LPS3ES.
Mansur Suryanegara, Ahmad. 2010. Api Sejarah. Bandung: PT Salam Madani Pustaka Semesta.
Saifullah. 2006. Sejarah & Kebudayaan Islam Di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka pelajar.