Perang Korea (1950-1953)

Perang Korea merupakan konflik besar pertama yang terjadi pada masa Perang Dingin. Konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan ini berlangsung antara bulan Juni 1950 hingga 27 Juli 1953. Perang yang dikenal sebagai perang yang terlupakan itu memakan jutaan korban jiwa. Seluruh Korea mengalami kehancuran yang  mengerikan dan membutuhkan waktu puluhan tahun untuk pulih kembali.

Latar Belakang Historis Perang Korea

perang Korea
Wilayah Korea

Korea merupakan sebuah wilayah yang tidak terlalu luas, karena hanya menempati dataran seluas 85.246 mil persegi. Wilayah Korea lebih merupakan wilayah kepulauan, dengan garis pantai sepanjang 5.400 mil dan sangat dipengaruhi oleh laut.

Sebelum tahun 1945, Korea adalah satu kesatuan. Kerajaan Korea kuno disatukan oleh Dinasti Tang pada 668 masehi. Korea yang bersatu ini bertahan selama 1300 tahun sebelum akhirnya pecah.

Korea pecah menjadi dua bagian setelah manuver yang dilakukan oleh Sekutu menjelang akhir Perang Dunia II. Selama perang, Korea merupakan wilayah yang dikuasai oleh Jepang. Namun, setelah kekalahan Jepang pada PD II, Korea dibagi menjadi dua bagian pada parallel ke-38. Soviet menduduki Korea Utara, sementara Amerika Serikat menduduki bagian selatan.

perang korea
Pararel 38 yang menjadi batas Korea Utara dan Selatan. Britannica

Setelah Korea dipisahkan, dua negara superpower itu saling menanamkan pengaruh mereka di daratan Korea. Dengan semakin intensifnya Perang Dunia antara Soviet  dan Amerika Serikat, garis pemisah  Korea Utara dan Selatan menjadi tirai besi baru yang memisahkan orang Korea satu dengan lainnya. Meskipun dipisahkan kedua bagian wilayah itu menjadi ajang unjuk kekuatan Uni Soviet dan Amerika Serikat. Sehingga, konflik antar keduanya pun sangat mungkin untuk terjadi.

Pemimpin Korea Utara, Kim II Sung sangat berambisi untuk menyatukan Korea. Oleh karena itu, ia meminta dukungan pemimpin Uni Soviet, Joseph Stalin pada April 1950. Stalin akhirnya setuju untuk mendukung invasi Korea Utara terhadap Korea Selatan. Ia hanya meminta Kim memastikan bahwa kemenangan itu dapat dicapai dan Soviet tidak akan melakukan intervensi secara langsung.

Setelah memperoleh dukungan Stalin, Kim kemudian mengunjungi pemimpin Partai Komunis Cina, Mao Zedong di Beijing. Mao setuju hanya kekuatan militer yang bisa menyatukan Korea.Ia juga meragukan Amerika Serikat akan memperhatikan perang di Korea.

Sementara Kim dengan percaya diri mengatakan kepada Mao bahwa tentaranya akan menguasai seluruh Korea dalam waktu tiga minggu, jauh sebelum intervensi Amerika mungkin terjadi.

Pecahnya Perang Korea

perang korea
Tentara Rakyat Korea Utara bergerak ke selatan

Perang dimulai pada hari Minggu pagi, 25 Juni 1950, setelah Tentara Rakyat Korea Utara (NKPA) melintasi paralel ketiga puluh delapan, didukung oleh tank T-34 buatan Soviet. Serangan itu tak terduga baik dalam waktu maupun intensitas.

Sementara itu, Pasukan Republik Korea (Selatan) yang belum cukup terlatih atau mempunyai persenjataan untuk memenuhi tantangan tersebut memilih mundur. NKPA bergerak cepat, mengambil alih ibukota Korea di Seoul, dan kemudian menyeberangi Sungai Han dan pergi ke barat ke Sungai Kum, lalu ke selatan menuju Taejon dan Taegu. Korea Utara di bawah dukungan Uni Soviet, berkeinginan menjadikan seluruh Korea sebagai rezim komunis.

Presiden AS, Harry S. Truman, memerintahkan pasukan darat dan udara AS untuk mengevakuasi penduduk. Ia juga memerintahkan Armada Ketujuh AS menuju Selat Taiwan untuk mencegah konfrontasi antara Komunis dan Nasionalis China.

Dalam dua hari, PBB mengadopsi sebuah resolusi yang diusulkan oleh Amerika Serikat, yang meminta pasukan Republik Rakyat Demokratik Korea untuk menarik diri.

Meskipun dihimbau untuk menarik diri, Tentara Rakyat Korea Utara justru bergerak lebih jauh ke selatan. Truman yang cemas akan kekuatan Korea Utara memberi wewenang kepada Jenderal Douglas MacArthur untuk mengirim pasukan darat. Terlepas dari kehadiran pasukan Amerika, pasukan Korea Utara terus bergerak ke selatan.

Divisi Infanteri ke-24, pimpinan Jenderal William Dean, menjadi yang pertama bereaksi untuk menghambat laju tentara Korea Utara. Divisi ini kemudian dibantu oleh Angkatan Udara Kelima yang dipindahkan ke Korea, meskipun pada akhirnya tetap  tidak bisa menghentikan kekuatan NKPA.

Pada akhir bulan Juli 1950, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengambil sebuah posisi di sepanjang Perimeter Naktong untuk mengkonsolidasikan pasukannya yang terdiri dari: Divisi Kavaleri Pertama Amerika, Divisi Infanteri Kedua, Divisi Infanteri ke-24, Divisi Infanteri ke-25, dan Brigade Marinir Pertama, dan lima Divisi infanteri Korea Selatan.

Segera setelah seruan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, negara-negara anggota mulai mengirim pasukan dan pasokan. Inggris adalah negara pertama yang merespon, dengan  menempatkan kapal mereka yang berada di perairan Jepang di bawah komando Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sebagian besar negara tidak dapat mengirim banyak tentara, namun 17 negara berhasil memberikan setidaknya kekuatan finansial untuk Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Pertempuran di Inchon dan Yalu

Pada tanggal 15 September 1950, setelah memperbanyak pasukan dan membangun jalur pasokan, Jenderal MacArthur mulai merencanakan sebuah rencana yang telah ia pertimbangkan sejak awal. Operasi tersebut bernama Operasi Chromite, yakni pendaratan pasukan amfibi di pelabuhan pantai barat Inchon.

Sebagai persiapan, ia membentuk X Corps di bawah komando General Edward (Ned) Almond. Pasukan itu terdiri dari Divisi Infanteri Ketujuh (Angkatan Darat) dan Divisi Marinir Pertama. X Corps bergerak mengelilingi ujung selatan Korea. Pasukan amfibi kemudian mendarat pada pagi hari tanggal 15 September 1950 dan dalam beberapa hari telah menguasai Inchon dan Lapangan Terbang Kimpo. Pada bulan Oktober, Seoul telah berhasil dikuasai kembali dan dikembalikan ke Presiden Syngman Rhee.

Sementara itu, Angkatan Darat Kedelapan di bawah pimpinan Lieutenant General Walton H. Walker telah keluar dari batas dan bergerak ke utara dengan cepat. Mereka memotong  jalur suplai dan komunikasi, sehingga NKPA terpaksa harus mundur. Dua kesuksesan operasi itu membuat pasukan PBB menguasai paralel ketiga puluh delapan pada awal Oktober. Dalam banyak hal perang mungkin telah berakhir pada saat ini.

Akan tetapi, situasi menguntungkan itu justru dianggap sebagai waktu yang tepat bagi Amerika Serikat untuk menduduki seluruh Korea dan mengembalikannya sebagai negara kesatuan.Setelah memperoleh izin dari Kepala Staf Gabungan dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, pasukan PBB dan Republik Korea menyeberang paralel tiga puluh delapan dan bergerak ke utara.

Sementara itu Tentara Kedelapan menuju ke sisi barat pegunungan, dan X Corps yang telah dipindahkan melalui laut ke pelabuhan Wonsan, bergerak ke sisi timur. Komunikasi antara kedua kekuatan itu sulit. Pada hari Thanksgiving, Resimen Infanteri ke-17 di AS mencapai Sungai Yalu. Pada titik inilah serangan balik dari Korea Selatan dan pendukungnya dimulai.

Bergabungnya Cina ke dalam Perang

Republik Rakyat Cina telah memperingatkan bahwa jika pasukan PBB menyeberangi paralel ketiga puluh delapan, maka meraka akan memasuki perang. Akan tetapi Jenderal MacArthur meyakinkan Presiden Harry S. Truman bahwa ancaman itu tidak akan terjadi.

perang korea
Kedatangan Pasukan Cina di Sungai Yalu

Pada pertengahan Oktober 1950, terjadi bentrokan dengan tentara China. Kemudian, pada tanggal 23 November, hampir 200.000 pasukan Cina menyerang. Mereka telah melewati Sungai Yalu yang beku dan menghimpun kekuatan selama bulan November. Komando PBB terkena pukulan keras dari Cina, sehingga Walker mulai menarik diri dan mengevakuasi pasukan melalui laut sebisa mungkin.

Di sebelah timur, X Corps juga mengalami kekalahan. Tentara dan personil Marinir ditarik keluar di bawah tekanan besar dari serangan China dan cuaca yang turun hampir 40 derajat di bawah nol Fahrenheit. Ketika tentara dan marinir mundur ke pelabuhan Hungnam, angkatan laut mulai melakukan evakuasi pada malam Natal.

perang korea
Seorang tentara Cina dan bangkai tank AS

Hampir 100.000 tentara PBB dan Republik Korea, serta sebagian besar pengungsi dievakuasi. Pada 25 Desember, pelabuhan tersebut telah hancur, dan sebagian besar pasukan PBB menuju Pusan dan pelabuhan lainnya di sepanjang pantai. Seoul sekali lagi ditinggalkan pada tanggal 3 Januari 1951.

Sejak saat itu sampai akhir perang, Cina memainkan peran yang dominan, tidak hanya dalam pengadaan peralatan dan perlengkapan militer serta sipil, tetapi juga dalam arah strategi. Meskipun tentara Korea Utara terus memainkan peran penting, baik otoritas militer maupun sejarawan sipil mengidentifikasi serangan Cina ini menandai fase konflik baru. Selain itu, Cina juga akan memainkan peran utama dalam negosiasi yang dimulai pada tahun 1952.

Perang di Perbukitan dan Dimulainya Perdebatan Panjang

Jenderal Walton Walker meninggal dalam kecelakaan jip menjelang akhir Desember 1950. Penggantinya, Jenderal Matthew B. Ridgway, tiba pada hari Natal dan memulai proses pembangunan kembali Angkatan Darat Kedelapan yang moralnya hancur setelah kalah.

Usaha itu berhasil, Seoul berhasil direbut kembali dan pada tanggal 27 Maret 1951. Angkatan Darat Kedelapan terus bergerak hingga mencapai paralel ke tiga puluh delapan. Dalam Operasi Rugged, pasukan Ridgway mendirikan Garis Wyoming dan Kansas, yang akan menjadi jalur utama perlawanan untuk keseluruhan perang.

Pada awal tahun 1952, sebagian besar hak teritorial telah diputuskan, dan pada awal November 1952 Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadopsi sebuah kebijakan defensif dan mulai mengajak pihak komunis untuk berunding.

Pada masa ini tidak dilakukan operasi militer dalam jumlah besar, tetapi perang difokuskan pada perbukitan, pos terdepan, dan bunker kecil. Hal ini karena jumlah pasukan dan suplai yang semakin berkurang di kedua belah pihak. Tentara dan mesin dibatasi oleh ruang lingkup tugas, seperti menghancurkan sebuah benteng, membongkar sebuah bunker atau mengganggu jalur pasokan.

Pertempuran itu terbatas pada bukit-bukit, dan unit-unit yang terlibat seringkali tidak lebih dari satu kompi pasukan. Kesuksesan atau kegagalan di meja konferensi tercermin dalam keberhasilan atau kegagalan di lapangan. Perundingan perdamaian berlanjut, saat pertempuran di bukit-bukit itu masih berlangsung dengan sengit.

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan negara-negara komunis memasuki perundingan dengan konsep dan keinginan yang jauh berbeda. Selain itu, muncul permasalahan seputar tahanan perang antara kedua belah pihak. Proses negosiasi berjalan sangatlamban dan membuat frustrasi, pembicaraan dihentikan berkali-kali, dan akibatnya lebih mencerminkan atmosfer politik daripada militer.

Akhir Perang Korea: Genjatan Senjata

Sesaat setelah kematian Joseph Stalin pada tanggal 5 Maret 1953, komunis kembali ke meja perundingan dan menyetujui pertukaran narapidana.Perubahan lingkungan internasional tercermin dalam berbagai proposal perdamaian yang ditawarkan. Akan tetapi genjatan senjata tergantung pada kesepakatan tentang pertukaran tahanan perang..

Apapun yang mempengaruhi tercapainya kesepakatan akhir sulit untuk dipastikan. Pastinya termasuk kematian Joseph Stalin dan masalah domestik Soviet. Gencatan senjata ditandatangani oleh Jenderal William K. Harrison dan Jenderal Mark Clark untuk PBB, Marsekal Peng The-huai untuk Republik China, dan Marshall Kim Il Sung dan Jenderal Nam Il untuk Korea Utara. Republik Korea tidak menandatangani kesepakatan tersebut.

Meskipun telah mencapai genjatan senjata, masih ada  penduduk  Korea Utara dalam jumlah besar dan penduduk Korea Selatan dalam jumlah yang jauh lebih kecil menolak untuk dipulangkan. Sehingga  menciptakan perselisihan baru di masa depan antara kedua Korea.

Perang Korea membawa kerugian yang sangat besar bagi kedua belah pihak. Setidaknya  33.741 pasukan Amerika Serikat terbunuh dalam aksi militer, 2.827 tewas dalam situasi yang berkaitan dengan perang, dan 103.284 terluka. Sementara korban jiwa untuk Republik Korea Selatan sendiri mencapai 59.000 tewas dan 290.000 pasukan terluka, ditambah korban sipil yang cukup untuk membawa angka korban ke hampir tiga juta orang.

Korban yang lebih banyak berada di pihak Korea Utara dan Cina, setidaknya 500.000 pasukan menjadi korban dan satu juta terluka.

Untuk kerugian materi, Korea Selatan menjadi yang paling dirugikan. Beberapa desa lenyap akibat perang  dan Seoul, ibu kota negara tersebut, sebagian besar rata dengan tananh. Jalur kereta api, komunikasi, keseluruhan infrastruktur negara, pembangkit listrik tenaga air, pabrik, bangunan sipil, bahkan peternakan dan sawah hancur.

BIBLIOGRAFI

Ackermann, Marsha E (ed). 2008. Encyclopedia Of World History: The Contemporary World 1950 to the Present. New Yorl: Facts on File.

Edwards, Paul M. 2010. Historical Dictionary of the Korean War: Second Edition. Maryland: The Scarecrow Press.

Malkasian, Carter. 2001. The Korean War 1950-1953. Oxford: Osprey Publishing.

Newark, Tim. 2001. Turning Tide of War: 50 Battles that Changed the Course of Modern History. London: Octopus Publishing.

Stueck, William. 1995. The Korean War. New Jersey: Princeton University Press.

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *