Revolusi Industri merupakan salah satu revolusi yang mempunyai dampak besar bagi kemajuan dunia. Tidak tanggung-tanggung perubahan yang dibawa oleh revolusi ini mempengaruhi hampir setiap sendi kehidupan benua Eropa saat itu. Penemuan-penemuan alat produksi massal yang ditenagai mesin uap pada abad ke-18 hingga ke-19, merubah Inggris menjadi bengkel dunia, dengan kepulan asap di langit-langitnya.
Story Guide
Mesin Uap
Mesin uap sebenarnya telah ditemukan dunia muslim tiga abad sebelumnya. Akan tetapi mesin uap di dunia muslim tidak menghasilkan sesuatu yang bernilai produksi untuk masyarakat luas. Hal ini disebabkan mesin uap saat itu hanya digunakan untuk menggerakkan batang pemanggang sate, agar daging domba dapat dipanggang merata secara efisien pada pesta-pesta orang kaya (Penjelasan tentang mesin uap dunia muslim muncul dalam sebuah buku yang ditulis oleh insinyur Turki Taqi al-Din pada 1551 M).
Alasan utama para penemu muslim tidak berpikir untuk memanfaatkan tenaga uap lebih jauh, karena mereka tinggal dalam sebuah masyarakat yang sudah penuh dengan kelimpahan barang-barang konsumsi, dibuat dengan tangan oleh jutaan pengrajin dan didistribusikan oleh jaringan yang efisien. Selain itu, para penemu itu bekerja untuk orang-orang elite yang telah memiliki semua barang yang bisa mereka konsumsi dan nasib mereka dalam hidup tidak menuntut untuk menghasilkan produk lain.
Kasus serupa juga terjadi di Cina pada abad ke-10. Cina saat itu telah memiliki teknologi yang mereka butuhkan untuk mekanisasi produksi dan menghasilkan barang secara massal, yakni teknologi mesin-mesin bergerigi. Akan tetapi mereka hanya menggunakannya untuk membuat mainan. Mereka juga menggunakan turbin yang didorong oleh air untuk menggerakkan jam besar. Jika saja mereka memanfaatkan teknologi mereka untuk membangun mesin produksi, mungkin Revolusi Industri akan dimulai di Cina.
Birokrasi menghambat perkembangan industri Cina abad ke-10. Pemerintahan kaisar mengorganisir seluruh kegiatan masyarakat Cina, termasuk pekerjaan umum. Kelebihan penduduk dan tenaga kerja murah tentu saja tidak ingin disia-siakan oleh penguasa, oleh karena itu mereka tidak mempunyai motivasi untuk mengembangkan alat produksi lebih jauh.
Dari dua kasus di atas, kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa orang tidak mulai membangun hanya karena alat itu ada. Terobosan teknologi yang diwakili sebuah penemuan hanya salah satu unsur keberhasilan. Kondisi sosial masyarakat lah yang menentukan apakan penemuan tersebut dapat menciptakan kemajuan atau tidak.
Di sini lah keunikan sosial masyarakat Inggris abad ke-18 terlihat. Mereka telah mengembangkan sikap kompleks yang memungkinkan mereka menyesuaikan diri, dan inti dari sikap yang kompleks ini adalah individualisme. Situasi ini lah yang memungkinkan Inggris menjadi awal dari kemunculan Revolusi Industri.
Awal Revolusi Industri
Pada awal abad ke-18, kegiatan ekonomi masyarakat Inggris masih berpusat di pinggiran kota. Mayoritas orang masih membuat barang secara tradisonal, biasanya dengan tangan, di rumah atau di bengkel kerja kecil. Tempat produksi yang berada di rumah-rumah menyebabkan perempuan memegang kendali atas proses produksi.
Perempuan menenun kain dan membuat pakaian. Perempuan mengubah produk mentah dari ternak dan ladang menjadi produk yang berguna, dan mereka berlatih banyak kerajinan lain. Sementara itu, kaum pria menjadi tukang kayu, tukang besi, dan buruh tani untuk menghidupi keluarga mereka.
Tidak seperti sebagian besar negara Eropa, Inggris tidak porak-poranda akibat peperangan. Inggris memiliki persediaan biji besi dan batu bara berlimpah, cepat mengembangkan terusan, memiliki banyak buruh murah, dan memiliki dana besar dari keuntungan negeri jajahan mereka.
Revolusi Industri dimulai di bidang tekstil. Mesin yang dijalankan dengan kincir angin, mempercepat pemintalan, penenunan, dan penyelesaian pakaian. Pada tahun 1764, James Hargreaves menciptakan mesin pemintal benang, spinning jenny. Selanjutnya, pada tahun 1769, Thomas Arkwright menciptakan mesin pemintal yang digerakkan air, dan membangun pabrik pemintalan pertamanya pada 1773.
Pada tahun 1745, Edmund Lee menciptakan kincir angin yang digunakan untuk memompa air dan menggiling gandum. Penemuan itu kemudian diikuti pembangunan penggilingan di kota-kota lain. Sejumlah kota baru pun tumbuh di berbagai daerah seperti Yorkshire, dan Black Country di Inggris.
Dengan dimulainya Revolusi Industri, mesin uap pun segera dikembangkan. Thomas Newcomen membuat mesin uap pada tahun 1712 untuk memompa air di daerah pertambangan. Mesin itu berfungsi untuk menjaga terowongan vertikal tambang bebas dari air, sehingga bijih hasil pertambangan dapat diangkat dengan mudah. Pada tahun 1776, James Watt dan Matthew Boulton membuat mesin uap untuk menjalankan mesin produksi.
Penemuan mesin uap memungkinkan pembangunan rel kereta sederhana untuk mengangkit batu bara ke daerah pertambangan ke pabrik-pabrik. Pada tahun 1812, John Blenkinshop merancang lokomotif uap yang mulai beroperasi di jalur Middleton. Kereta uap selanjutnya dikembangkan oleh George Stephenson, seorang manajer buta huruf di pertambangan Inggris, menjadi kereta penumpang. Ia juga membangun rel kereta api untuk transportasi.
Pada 27 September 1825, rel kereta api pertama mulai beroperasi, untuk kereta penumpang buatan Stephenson. Kereta ini melaju dari Dalington ke Stockton, dan membawa 450 orang pada kecepatan 24 km per jam. Sukses dengan rel transportasi pertamanya, Stephenson memperoleh proyek untuk membangun rel kereta api yang menghubungkan Liverpool dan Manchester sepanjang 64 km. Jalur ini resmi dibuka pada 15 September 1830.
Secara garis besar perubahan paling penting yang membawa Revolusi Industri di Eropa adalah:
- Penemuan mesin untuk melakukan pekerjaan tangan.
- Penggunaan uap, dan kemudian jenis tenaga lainnya untuk menggantikan tenaga manusia dan hewan.
- Penerapan Sistem pabrik.
Pertumbuhan Industri Inggris
Pada tahun 1815, produksi batu bara, tekstil, dan logam Inggris setara dengan gabungan hasil produksi seluruh benua Eropa lainnya. Diperlukan waktu 100 tahun untuk mencapai hasil itu. Perlahan, terbentuk kelas industrialis kaya baru, demikian juga dengan para manajer dan kaum profesional. Keluarga dan desa terpecah belah, sementara para buruh dieksploitasi habis-habisan oleh para pemilik pabrik yang berkuasa. Banyak anak meninggal ketika bekerja di pertambangan dan penggilingan.
London menjadi ibu kota keuangan sekaligus bengkel dunia. Barang hasil produksi diekspor ke seluruh dunia. Sementara bahan mentah seperti sutera, katun, dan kayu dibawa ke pelabuhan-pelabuhan baru seperti Liverpool dan Glasgow,untuk selanjutnya dibawa ke pedalaman melalui terusan.
Revolusi Pertanian dan Industri berjalan beriringan. Pabrik-pabrik memasok mesin dan peralatan baru kepada para petani. Sementara itu para petani menjadi pengusaha yang menjual produk mereka ke penduduk kota. Hubungan pribadi dalam kehidupan pedesaan dan perdagangan lokal diganti dengan transaksi keuangan, perantara, dan kontrak. Seiring dengan pertumbuhan pesat industrialisasi maka terbentuklah dunia baru dan kota baru, yang sekaligus menandai era baru industrialisasi.
Dampak Revolusi Industri
Revolusi Industri membawa dampak besar bagi masyarakat. Banyak orang berpindah ke kota untuk bekerja mencari nafkah. Sementara para majikan berusaha meningkatkan keuntungan dengan memulai produksi berskala besar. Di sisi lain banyak industri rumahan bangkrut, dan menyebabkan banyak perempuan kehilangan pekerjaan.
Di Eropa, sejumlah besar wanita ini kemudian pergi bekerja di pabrik-pabrik, toko, dan akhirnya di kantor. Struktur sosial Eropa yang mendukung, memudahkan para pekerja perempuan untuk mempunyai akses ke wiayah publik, dan karenanya mereka bisa leluasa bekerja di luar rumah.
Selain itu, peningkatan industrialisasi membuat banyak seniman dan pengrajin kehilangan pekerjaan, tetapi di sini lah terlihat perbedaan Eropa abad ke-19 dan Cina abad ke-10. Di Eropa, orang-orang yang memiliki sarana industri tidak punya tanggung jawab khusus terhadap mereka yang kehidupannya hancur akibat melimpahnya barang-barang buatan mesin yang murah.
Terlebih lagi, orang-orang yang merasakan dampak negatif itu bukan lah kerabat atau sesama suku mereka, tetapi hanya orang-orang asing yang belum pernah mereka temui dan tidak akan pernah mereka ketahui namanya. Mereka berpendapat sudah ada pihak berwenang yang bertugas mengurusi gangguan sosial akibat pengangguran yang meluas.
Revolusi Industri memilliki konsekuensi sosial yang tidak terelakkan, dan pengalihan produksi ke mesin-mesin memang mengubah kehidupan sehari-hari masyarakat Eropa, berikut dampak yang secara umum terlihat akibat Revolusi Industri abad ke-18 hingga ke-19:
- Penduduk desa meninggalkan daerah pedesaan untuk bekerja di kota-kota baru.
- Manusia tidak lagi mengandalkan hewan-hewan untuk kegiatan produksi mereka.
- Waktu menurut jam dan kalender menjadi lebih penting daripada penanda waktu alami seperti matahari dan bulan.
- Jaringan keluarga besar bubar, dan kelurga inti (satu pria, satu wanita, dan anak-anak mereka) menjadi unit standar yang diterima secara universal di zaman industri.
- Hubungan antara individu dan tempat semakin melemah karena realitas ekonomi baru yang menuntut mobilitas, orang harus pergi ke tempat di mana pekerjaan berada.
- Hubungan antara generasi melemah, karena kebanyakan orang tidak lagi punya kecakapan kerja yang berguna untuk dipelajari dari orangtua mereka, dan tidak banyak nilai untuk disampaikan kepada anak-anak mereka. Hal terbaik yang dapat dilakukan orang tua adalah memastikan anak-anak mereka memiliki keterampilan dasar yang diperlukan untuk diasah, dipelajari, dan dikuasai. Dengan demikian membaca, menulis, dan berhitung menjadi keterampilan fungsional yang sangat diperlukan individu.
- Semakin berkembangnya kemampuan adaptasi psikologis, yakni kemampuan untuk melepaskan ide-ide lama dan menerima ide-ide baru.
Semua perubahan radikal tersebut menimbulkan kekhawatiran. Akan tetapi, karena orang Eropa telah mengembangkan sikap individualisme, maka mereka pun dapat beradaptasi dengan kondisi yang sedemikian rupa.
BIBLIOGRAFI
Ansary, Tamim. 2012. Dari Puncak Baghdad: Sejarah Dunia Versi Islam. Terj. Yuliani Liputo. Jakarta: Zaman.
Holland, Julian (ed.). 2009. Ensiklopedia Sejarah dan Budaya : Sejarah Dunia Jilid IV. Terj. Nino Oktorino. Jakarta: Lentera Abadi.
Sherman, Dennis. 2006. The West in The World : a Mid-Length Narative History Renaissance to Present. New York: McGraw Hill.
Toynbee, Arnold. 2007. Sejarah Umat Manusia. Terj. Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
boleh tau ga ka, ini di publishnya tanggal, bulan, dan tahun berapa? saya butuh soalnya, terimakasih
25 Desember 2016