Tragedi My Lai merupakan salah satu peristiwa pembantaian paling mengerikan yang terjadi selama Perang Vietnam. Dalam waktu empat jam, satu kompi tentara Amerika membunuh hampir seluruh penduduk Desa My Lai yang didominasi oleh perempuan, anak-anak, dan pria tua.
Selain pembunuhan, pemerkosaan massal juga terjadi di desa itu. Celakanya, para tentara Amerika tidak hanya memerkosa wanita dewasa, tetapi juga gadis kecil berusia 12 tahun.
Pasca peristiwa itu, para perwira tinggi Angkatan Darat AS berusaha menutupi tragedi tersebut sebelum akhirnya dilaporkan oleh media Amerika. Laporan itu menimbulkan kecaman dunia internasional, yang akhirnya memecah dukungan terhadap Perang Vietnam.
Charlie Company
Sebelum tragedi My Lai terjadi, desa ini telah dicurigai menjadi markas Batalyon 48 Viet Cong (VC). Batalyon tersebut merupakan salah satu unit paling berbahaya Viet Cong dan bertanggung jawab atas Serangan Tet.
Kompi Charlie tiba Vietnam pada Desember 1967. Kompi ini ditugaskan untuk mencari pasukan Viet Cong di Vietnam Selatan. Namun, selama tiga bulan penyisiran, mereka belum berhasil melaksanakan misi tersebut.
Pada bulan Maret 1968, Kompi Charlie mendapat informasi dari Komandan Brigadir ke-11, Kolonel Oran K. Henderson, bahwa gerilyawan VC telah menguasai Desa My Lai. Kompi Charlie ditugaskan ke desa itu pada tanggal 16 Maret untuk membakar rumah-rumah, membunuh ternak, menghancurkan persediaan makanan, dan meracuni sumur-sumur.
Akan tetapi, kondisi mental para prajurit AS saat itu tengah menurun, terutama setelah Serangan Tet yang dilancarkan Viet Cong pada Januari 1968. Kompi Charlie sendiri telah kehilangan sekitar 28 anggotanya karena tewas terkena ranjau.
Pembantaian di My Lai
Sebelum penyerangan, Kapten Ernest Medina memberikan pengarahan bahwa hampir semua penduduk sipil di May Li pasti pergi ke pasar pada pukul 07.00. Apabila anak buahnya menemukan penduduk yang masih tinggal di rumah maka kemungkinan besar adalah anggota atau simpatisan VC.
Kompi tiba di My Lai pada pagi hari. Alih-alih menemukan musuh yang diharapkan, pasukan yang dipimpin oleh Letnan William Calley justru menemukan para wanita, anak-anak, dan orang tua, yang sedang memasak sarapan di atas api unggun. Sementara itu, sebagian penduduk desa sedang bersiap-siap untuk pergi ke pasar.
Awalnya mereka tidak panik atau melarikan diri saat Kompi Charlie menggeledah gubuk-gubuk penduduk. Sersan Michael Bernhardt yang hadir di lokasi melaporkan, “Kami tidak mendapat perlawanan. Hanya ada tiga senjata yang dirampas. Desa itu sama seperti desa-desa Vietnam lainnya yang terdiri dari pria tua, wanita, dan anak-anak. Malahan saya tidak melihat satu pun anggota Viet Cong di tempat itu.”
Namun, tiba-tiba pembunuhan mulai terjadi. Seorang anggota Peleton 1 menyerang seorang pria Vietnam dengan bayonet. Kemudian prajurit yang sama mendorong warga desa lainnya ke dalam sumur, lalu melemparkan granat ke dalamnya.
Anggota kompi, Harry Stanley, melihat 15-20 orang perempuan dan anak-anak berlutut di sekitar kuil dengan dupa yang menyala. Mereka tampak memanjatkan doa sambil menangis. Melihat pemandangan itu, pasukan AS malah menembak kepala penduduk yang tengah berdoa tanpa belas kasihan.
Salah satu perwira menuturkan bahwa dirinya melihat beberapa wanita berteriak “No Viet Cong” dan berusaha melindungi anak-anaknya. Walaupun begitu, pasukan AS tetap menembaki mereka karena dicurigai membawa granat dan siap untuk menyerang.
Banyak ibu berusaha melindungi anak-anaknya dengan cara mendekap anaknya. Namun, sesudah para ibu dieksekusi, anggota kompi juga mengeksekusi anak-anak tersebut.
Pemandangan itu membuat beberapa anggota kompi enggan mematuhi perintah atasannya. Sayangnya, mereka tidak dapat berbuat banyak selain hanya bisa melihat pembantaian itu berlangsung.
Selain pembunuhan, pasukan Amerika juga melakukan pemerkosaan massal terhadap perempuan dan anak-anak. Menurut Investigasi pemerintah Amerika Serikat, setidaknya 20 wanita dan gadis Vietnam diperkosa selama pembantaian berlangsung. Korban berusia di antara 10-45 tahun.
Namun, data tersebut diragukan kebenarannya karena komisi tersebut hanyak mencatat tanda-tanda pemerkosaan yang eksplisit. Jumlah korban pemerkosaan bisa lebih banyak dari laporan itu.
Kemunculan Hugh Thompson
Tatkala pembantaian berlangsung, Letnan Kolonel Hugh Thompson, tengah menerbangkan helikopternya melintasi wilayah itu. Ia menceritakan, “Awalnya kami tengah melakukan pengintaian… Beberapa saat kemudian kami melihat banyak mayat berserakan. Pandangan kami dipenuhi dengan mayat. Mereka adalah bayi, balita, wanita, dan pria yang sudah sangat tua. Tidak ada orang yang berusia wajib militer.”
Awak helikopter beberapa kali meminta bantuan melalui radio untuk menolong penduduk yang terluka. Mereka mendaratkan helikopter di dekat parit yang penuh dengan mayat dan korban yang masih selamat.
Thompson sempat menawarkan bantuan untuk mengevakuasi penduduk. Akan tetapi, Sersan David Mitchell dari Pleton 1 malah menjawab, “bantulah mereka keluar dari penderitaan.” Sersan tersebut lalu melanjutkan eksekusi.
Thompson bingung mendengar jawaban itu. Ia lantas meminta penjelasan kepada Calley, yang menjawab dirinya hanya menjalankan perintah.
Thompson kembali menerbangkan helikopternya untuk memantau sekitar. Dalam perjalanan, ia dan krunya menyaksikan seorang wanita tak bersenjata ditendang dan ditembak dari jarak dekat oleh Medina, yang mengklaim wanita tersebut memiliki granat tangan.
Melihat kebiadaban itu, ia memutuskan kembali ke Zona Pendaratan Dottie bersama beberapa korban yang selamat. Pada pukul 11.00, Thompson melaporkan peristiwa itu kepada atasannya, Kapten Barry Lloyd. Dalam laporannya, ia menyamakan infanteri Amerika dengan Nazi karena membantai warga sipil tak berdosa.
Laporannya itu segera sampai ke telinga Letnan Barker, komandan operasi militer. Barker segera menghubungi perwira eksekutifnya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di lapangan. Setelah dihubungi atasannya, Medina kemudian memberikan perintah gencatan senjata kepada Kompi Charlie untuk menghentikan pembantaian.
Saat pembantaian berakhir, 504 orang tercatat menjadi korban. Di antara para korban terdapat 182 perempuan (17 di antaranya sedang hamil) dan 173 anak-anak, termasuk 56 bayi.
Upaya Menutupi Tragedi My Lai
Meskipun Mayor Jenderal Samuel Koster, komandan Divisi Amerika, dan Kolonel Oran Henderson, komandan Brigadir Infanteri ke-11, telah menerima laporan Thompson, keduanya gagal untuk menyelidiki kejadian tersebut.
Pada tanggal 24 April 1968, Kolonel Henderson memberikan laporan palsu kepada Mayor Jenderal Koster bahwa “tidak ada warga sipil yang dikumpulkan dan ditembak oleh tentara Amerika Serikat”. Ia juga mengklaim pembantaian di My Lai “merupakan langkah propaganda Viet Cong untuk mendiskreditkan Amerika Serikat di mata rakyat Vietnam.”
Laporan palsu ini menyebabkan kejadian yang sebenarnya tetap tersembunyi hingga April 1969. Saat itu, seorang mantan tentara bernama Ronald L. Ridenhour mengirimkan laporan tragedi My Lai yang sesungguhnya kepada Gedung Putih, Departemen Luar Negeri, Departemen Pertahanan, dan 23 anggota Kongres.
Meskipun Ridenhour tidak hadir saat peristiwa itu terjadi, tetapi dirinya mengetahui kejadian itu dari penuturan tentara lain. Begitu suratnya sampai di tangan Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal William C. Westmoreland dan Inspektur Jenderal Angkatan Darat, Mayor Jenderal William A. Enemark, perintah untuk penyelidikan segera keluar.
Investigasi dilakukan oleh Komando Investigasi Kriminal Angkatan Darat yang dipimpin Letnan Jenderal William R. Peers. Hasil investigasi Peers menunjukkan bahwa kesalahan kepemimpinan menjadi salah satu faktor utama tragedi itu. Sementara perwira yang terlibat di lapangan ataupun yang aktif menutupi kasus ini dianggap bersalah.
Tiga belas perwira dan tamtama didakwa melakukan “kejahatan kemanusiaan.” Dua belas perwira lainnya didakwa berperan aktif menutupi insiden My Lai, termasuk Mayor Jenderal Koster dan Brigadir Jenderal George Young (wakil Koster).
Lucunya, penegakan hukum di Amerika Serikat terhadap kejahatan kemanusiaan justru tumpul. Hanya empat perwira dan dua tamtama yang diadili, sedangkan dakwaan terhadap dua belas perwira dan tujuh tamtama lain dihentikan karena kurangnya bukti.
Mahkamah Militer Angkatan Darat akhirnya hanya mengadili Calley, Kapten Ernest Medina (komandan kompi), Kapten Eugene Kotouc, dan Kolonel Oran Henderson (komandan brigade). Dua orang bintara juga diadili di pengadilan militer umum. Sersan David Mitchell dan Sersan Charles Hutto, keduanya didakwa menembak penduduk desa yang tidak bersenjata.
Sementara itu, Letnan Kolonel Barker yang berperan besar menutupi kejahatan perang itu lolos dari pengadilan militer setelah dirinya menjadi korban kecelakaan helikopter pada bulan Juni 1968.
Sayangnya, hampir semua orang yang diadili di pengadilan militer dinyatakan tidak bersalah, kecuali Calley. Ia diadili oleh pengadilan militer umum di Fort Benning, Georgia. Dalam persidangan itu, ia didampingi oleh George Latimer, seorang pengacara sipil terkemuka dan mantan hakim di Pengadilan Banding Militer.
Proses Pengadilan dan Hukuman
Pengadilan militer dimulai pada tanggal 17 November 1970 dan panel kembali dengan putusannya pada tanggal 29 Maret 1971. Panel memvonis Calley bersalah atas pembunuhan berencana terhadap 22 bayi, anak-anak, perempuan, dan orang tua, serta dengan sengaja berusaha membunuh seorang anak berusia sekitar 2 tahun. Calley dijatuhi hukuman pemecatan dari Angkatan Darat dan penjara seumur hidup.
Tiga hari kemudian, Gedung Putih mengumumkan bahwa Presiden Richard M. Nixon secara pribadi akan meninjau kasus Calley. Selama proses itu berlangsung Calley menjadi tahanan rumah.
Anehnya, setelah intervensi dari Gedung Putih, muncul intervensi lain dari pejabat tinggi AS yang berdampak pada masa penahanan Calley. Pada tanggal 20 Agustus 1971, Letnan Jenderal Albert O. Connor, Panglima Angkatan Darat Ketiga AS, mengambil tindakan sebagai otoritas pengadilan militer umum. Ia menyetujui temuan tim investagsi, tetapi juga mengurangi hukuman Calley menjadi dua puluh tahun kurungan.
Tiga tahun berselang, Pengadilan Militer Angkatan Darat dan Pengadilan Banding Militer AS menolak permohonan banding Calley, tetapi Sekretaris Angkatan Darat yang baru, Howard H. Callaway, memutuskan mengurangi hukumannya menjadi sepuluh tahun penjara.
Setelah dipindahkan ke Kansas, Calley kembali mendapat pengurangan hukuman pada bulan Juni 1974. Kali ini pengurangan hukumannya berujung pada pembebasan bersyarat pada November 1974.
Tragedi My Lai telah membuat banyak pejabat tinggi Amerika malu, tetapi kegagalan kepemimpinan membuat kredibilitas dan moralitas Angkatan Darat dipertanyakan.
Daftar Pustaka
Belknap, M. R. (2002). The Vietnam War on trial: The My Lai massacre and the court-martial of Lieutenant Calley. Landmark Law Cases & American.
Bilton, M., & Sim, K. (1992). Four Hours in My Lai (p. 448). New York: Viking.
Eyerman, R., & Eyerman, R. (2019). Perpetrator Trauma and Collective Guilt: The My Lai Massacre. Memory, Trauma, and Identity, 167-194.
Oliver, K. (2006). The My Lai massacre in American history and memory. Manchester University Press.
Olson, J. S., & Roberts, R. (1998). My Lai: A brief history with documents. New York: Bedford Books.
Rockwood, L. P. (2009). The Lesson Avoided: The Official Legacy of the My Lai Massacre. In The Moral Dimension of Asymmetrical Warfare (pp. 179-210). Brill Nijhoff.