Herodes Agung merupakan raja Yudea berdarah Yahudi dan Idumea, sekaligus sekutu Romawi. Selama 40 tahun pemerintahannya dipenuhi pencapaian luar biasa dan kejahatan yang mengerikan. Ia menggabungkan kebudayaan Helenis dan Yahudi, memerintahkan pembangunan kembali kuil suci, restorasi Yerusalem, dan pembangunan kota-kota megah dengan benteng-benteng yang menjulang tinggi.
Herodes berhasil merubah Yerusalem menjadi kota yang sangat megah, bahkan kemegahannya belum bisa disaingi penguasa Yerusalem lain hingga saat ini. Namun, di balik keberhasilannya tersebut ia menjadi penjahat haus darah dalam Injil dan diktator dalam Perang Yahudi karya sejarawan Yahudi, Josephus.
Meskipun tidak ada dokumen yang mendukung peristiwa pembantaian anak laki-laki di Betlehem, seperti diceritakan dalam Injil. Akan tetapi ia membunuh tiga putra kandungnya sendiri, begitu juga istri dan saingan-saingannya. Ia menggunakan teror serta pembunuhan untuk mempertahankan kekuasaannya sampai akhir hidupnya.
Asal-Usul Herodes
Herodes lahir sekitar tahun 73 SM. Ia adalah putra kedua dari Antipater, menteri utama dari Pendeta Tinggi Yudea, Hyrcanus II. Menurut Josephus, Ia diberkahi segala kelebihan tampang, kharisma dan pikiran. Ia juga cukup mumpuni dalam hal menyenangkan dan memikat para pembesar Roma di era itu.
Ia rakus secara seksual namun bukan lah pribadi yang kasar. Selain itu, ia mempunyai cita rasa tinggi dalam arsitektur dan selalu menikmati perdebatan mengenai sejarah dan filsafat. Herodes muda tumbuh menggunakan kematian sebagai alat politik.
Ketika berusia 15 tahun, ia telah menunjukkan tabiatnya dengan membunuh sekumpulan Yahudi fanatik yang dipimpin rabi bernama Ezekiah. Perbuatannya itu membuat Sanhedrin (sistem pengadilan kuno Yahudi) memanggilnya untuk diadili.
Namun, orang-orang Romawi yang berkuasa atas Yudea justru mengapresiasi Adipater dan para putranya sebagai sekutu yang dibutuhkan untuk menangani kekacauan di Yudea. Bahkan, gubernur Romawi di Suriah memerintahkan pembebasan Herodes dan memberinya kekuasaan yang lebih besar.
Jalan Menuju Kekuasaan
Yerusalem pada masa itu dipimpin oleh penguasa bernama Hyrcanus II. Ia merupakan cucu buyut dari Simon Makabe yang mendirikan Yudea sebagai negara Yahudi merdeka pada tahun 142 SM. Keluarga Makabe (dikenal juga sebagai Hasmonean) telah memerintah Yudea baik sebagai raja atau Pendeta Tinggi.
Pada tahun 63 SM, takhta itu direbut saudaranya yang bernama Aristobulus. Hyrcanus yang lemah akhirnya memilih untuk bersekutu dengan jenderal Roma Pompeius dan menyerahkan kendali ke Roma.
Sementara itu, Antipater dan Herodes adalah pengamat politik yang jeli. Dalam rangka mempertahankan kekuasaan, mereka selalu mendukung para pemenang saudara, dari Pompeius sampai Augustus.
Pada tahun 47 SM, orang-orang Mesir memberontak melawan Cleopatra dan patron Romawinya, akibat dari pemberontakan ini Caesar terperangkap di Alexandria. Sementara itu, di Yerusalem, Antipater yang awalnya sekutu Pompey berbalik mendukung Caesar, dengan harapan memperoleh imbalan darinya. Ia bergerak ke Mesir dengan 3000 tentara Yahudi, membujuk orang-orang Yahudi Mesir untuk mendukungnya, dan menyerang musuh-musuh Caesar.
Caesar yang merasa berhutang budi menunjuk kembali Hyrcanus ebagai Pendeta Tinggi dan ethnarch (penguasa) Yahudi dan membiarkannya memperbaiki tembok-tembok Yerusalem. Akan tetapi kekuasaan sepenuhnya berada pada tangan Antipater yang ditunjuk sebagai prokurator Yudea bersama putra-putranya sebagai gubernur lokal: putra pertamanya, Phasael, menguasai Yerusalem, dan Herodes mendapatkan Galilee.
Setelah Caesar dibunuh pada 44 SM, Antipater mencoba untuk berganti pihak. Akan tetapi ia mati diracun dalam pemberontakan yang dipimpin oleh Antigonus, keponakan dari Hyrcanus pada tahun 43 SM.
Di tempat lain, Marcus Antonius dan Oktavianus berhasil mengalahkan Cassius dan Brutus (pembunuh Caesar) di Philippi. Mereka kemudian membagi wilayah Romawi, Antonius memperoleh wilayah bagian timur.
Herodes yang mendengar kabar tersebut, segera menyusul Antonius yang telah tiba di Mesir. Setibanya di Mesir, Antonius menunjuk Herodes dan kakaknya sebagai penguasa sejati Yudea dengan Pendeta Tinggi Hyrcanus sebagai figur utama.
Ia merayakan jabatan barunya tersebut dengan sebuah pertunangan kerajaan. Ia bertunangan dengan Mariamme, seorang putri dari Makabe.
Antigonus yang sebelumnya melancarkan pemberontakan, merencakan siasat baru untuk merebut Yerusalem. Ia menjanjikan kepada orang-orang Partia yang telah menginvasi Suriah, 1000 upeti dan 500 perempuan sebagai imbalan jika berhasil merebut Yerusalem.
Pemberontakan Antigonus dan Orang-Orang Partia
Tidak lama setelah Herodes berkuasa, orang-orang Yahudi mulai bangkit melawan boneka=boneka Romawi. Ia dan saudaranya, Phasael terkebung di dalam istana kerajaan. Meskipun sempat terdesak kedua bersaudara itu berhasil mengalahkan pemberontak.
Akan tetapi pemberontakan tidak usai begitu saja. Dari jauh terlihat Antigonus datang bersama orang-orang Partia. Kedatangan Antigonus disambut simpatisan Makabe yang segera membukakan gerbang Yerusalem untuk pangeran Partia Pacorus dan pangeran Makabe, Antigonus.
Herodes kembali berurusan dengan pemberontakan, ketika orang-orang Partia mulai menjarah kota dan menyerahkan kekuasaan ke Antigonus sebagai Raja dan Pendeta Tinggi Yudea. Sementara Phasael nampaknya telah terbunuh oleh pemberontak.
Serbuan Partia pada 40 SM, membuat Herodes kehilangan Yerusalem dan saudaranya. Ketika ia melihat kondisi yang tidak memungkinkan lagi untuk mempertahankan Yerusalem, ia mengumpulkan orang-orangnya untuk menyelamatkan diri keluar dari Yerusalem pada malam hari.
Gagal membunuh Herodes, orang-orang Partia menarik keluar Hyrcanus (Pendeta Tinggi Yudea yang bertanggung jawab kepada Herodes) sebagai gantinya dan memotong kedua telinganya. Dengan terpotongnya telingan Hyrcanus, membuatnya tidak dapat menjabat sebagai Pendeta Tinggi, karena undang-udang Yahudi melarang orang yang sudah dimutilasi menjadi Pendeta Tinggi.
Penobatan Herodes Sebagai Raja Yudea
Herodes ditemani pengawal, 500 selir, ibunya, saudara perempuan, dan tuangannya Mariamme bergerak keluar Yerusalem menuju bukit-bukit Yudea yang gundul. Antigonus marah besar karena Herodes berhasil melarikan diri bersama 500 wanita yang telah ia janjikan kepada orang-orang Partia. Ia segera mengirim pasukan kavaleri untuk memburu Herodes.
Saat berlari melewati perbukitan, Herodes ambruk, karena putus asa ia mencoba untuk bunuh diri, tetapi para pengawalnya merebut pedang yang telah siap digunakan. Tidak lama berselang, pasukan kavaleri Antigonus berhasil menyusul mereka. Namun, Herodes yang telah pulih berhasil mengalahkan pasukan pengejar itu.
Setibanya di benteng gunung Masada, ia meninggalkan penggiringnya dan bergegas menuju Mesir untuk meminta bantuan kepada Antonius. Setibanya di Mesir, Antonius telah bertolak menuju Romawi. Herodes disambut Ratu Cleopatra (istri Antonius) yang menawarinya pekerjaan dalam usaha menjaga agar ia tetap berada di Alexandria.
Herodes tidak menghiraukan tawaran itu, dan bertolak menuju Roma, ditemani adik tunangannya, Jonathan, seoorang pangeran Makabe yang menjadi kandidatnya untuk mahkota Yudea.
Meskipun demikian Antonius mempunyai rencana yang berbeda. Ia yang sedang merencakan perang untuk mengusir orang-orang Partia, menyadari ini bukan tugas untuk seorang bocah, ini membutuhkan kemampuan Herodes.
Antonius dan Oktavianus, mitranya dalam menguasai imperium, mengawalnya menuju majelis tempat penobatannya sebagai raja Yudea dan sekutu Romawi: rex socius et amicus populi Romani. Raja Herodes yang baru dinobatkan berjalan keluar dari majelis berdampingan dengan Oktavianus dan Antonius, dua pilar dunia, sebuah momen hebat bagi sosok setengah Yahudi dan setengah Arab dari pegunungan Edom.
Hubungannya dengan kedua penguasa ini akan menjadi dasar bagi empat puluh tahun kekuasaannya yang megah dan penuh teror. Namun, perjalannya masih jauh menuju kekuasaan, karena orang-orang Partia masih menduduki wilayah Timur dan Antigonus menguasai Yerusalem.
Pertempuran Memperebutkan Yerusalem
Herodes tidak membuang banyak waktu untuk merayakan penobatannya, ia segera ke Ptolemais, menggalang satu angkatan bersenjata dan mulai menaklukan kerajaannya. Untuk menyukseskan rencananya, Herodes membutuhkan dukungan Antonius untuk merebut Yerusalem.
Di bawah komando Antonius orang-orang Romawi mulai menghalau mundur orang-orang Partia dari wilayah Timur. Pada tahun 38 SM, Antonius dan pasukannya mengepung satu benteng Partia di Samosata (bagian tenggara Turki) ketika itu Herodes tengah bergerak ke utara untuk menawarkan dan meminta bantuan.
Orang-orang Partia sudah menyerang Antoni ketika Herodes menyerang balik dan menyelamatkan kereta barang. Antonius yang berterima kasih mengirimkan 30.000 tentara infanteri dan 6.000 kavaleri untuk mengepung Yerusalem atas nama Herodes.
Saat pasukan Romawi sibuk membuat kemah di sebelah utara kuil, Herodes menikahi Mariamme yang baru berusia tujuh belas tahun. Setelah pengepungan selama 40 hari, orang-orang Romawi mulai menyerbu tembok terluar.
Dua minggu kemudian, mereka telah memasuki kuil, dan mengacaukan kota Yerusalem. Kebrutalan pasukan Romawi, membuat Herodes harus menyuap mereka agar mau menghentikan pembantaian yang mereka lakukan. Ia kemudian mengirim Raja Antigonus ke Antonius yang segera memanggal kepala raja Makabe terakhir itu.
Setelah tiga tahun menjalani perang pahit melawan rakyatnya sendiri, Raja Herodes merayakan penaklukannya atas Yerusalem denga melikuidasi empat puluh enam dari tujuh puluh satu anggota Sanhedrin. Ia meruntuhkan Benteng Baris di sebelah utara kuil, dan membangun sebuah menara persegi berbenteng dengan empat kecil. Menara tersebut diberi nama Antonia, yang kelak digunakan Titus untuk Mengomando pembantaian Yahudi tahun 70 M.
Perkembangan Yerusalem Masa Herodes Agung
Herodes menjalankan beberapa perubahan berkesan pada kerajaannya. Ia memerintahkan serangkaian proyek pembangunan yang megah termasuk akuaduk, antieater, pelabuahan niaga Caesarea, benteng Maada, Antonia dan Herodium.
Pada tahun 31 SM secara resmi perang antara dua penguasa Romawi, Antonius dan Oktavianus dimulai. Awalnya Herodes menawarkan untuk bergabung dengan Antonius di Yunani. Akan tetapi ia diperintahkan menyerang orang-orang Arab Nabaea di daerah Yordania.
Antonius tidak dapat berbuat banyak menahan gempuran pasukan Oktavianus yang dikomandoi Marcus Agrippa. Singkat cerita, Antonius yang terdesak lari ke Mesir bersama Cleopatra. Herodes menghadap Oktavanus di Rhodes untuk berganti pihak, usahanya menarik simpati Oktavianus berhasil, Herodes kembali ke Yerusalem dalam kemenangan.
Pada tahun 30 SM, Antonius dan Cleopatra melakukan bunuh diri, peristiwa ini mengokohkan Oktavianus sebagai penguasa tunggal imperium dengan gelar Augustus dan sekutu loyal Herodes.
Proyek Herodes yang paling ambisius adalah pembangunan Kuil Kedua di Yerusalem. Lebih dari 10.000 orang dipekerjakan membangun itu saja, dan pembangunan kompleks Kuil berlanjut setelah kematian Herodes.
Seribu pendeta dilatih menjadi tukang bangunan. Hutan-hutan cedar di Lebanon ditebangi, batang-batang kayu mengambang mendekati pesisir. Di tambang-tambang sekitar Yerusalem, batu-batu stupa besar, ditandai dan dipotong-potong.
Seribu kereta dikerahkan untuk mengangkut batu-batu besar tersebut. Di terowongan-terowongan sepanjang bukit kuil ada batu sepanjang 42 kaki dengan berat 600 ton. Tidak ada keramaian pembanguan yang mencemari bangunan kuil Sulaiman.
Holy of Holies siap dalam dua tahun, tetapi seluruh kompleks (istana Israel) baru selesai setelah delapan puluh tahun. Ketika pembangunan tempat suci itu selesai, Herodes yang tidak bisa memasuki Holy of Holies karena ia bukan seorang pendeta, merayakan dengan mengorbankan 300 sapi.
Ia telah mencapai puncak kejayaannya. Tetapi kebesarannya yang tidak bisa diingkari ditantang oleh keluarganya sendiri.
Usaha untuk Mempertahankan Kekuasaan
Bangunan-bangunan megah yang dibangun pada masa pemerintahannya merupakan simbol kejayaan bagi Herodes. Akan tetapi prestasinya itu diimbangi oleh kekerasan yang ia lakukan dalam mempertahankan kekuasaan.
Pada awal pemerintahannya, ia membentuk pasukan polisi rahasia yang menangkap dan mengeksekusi siapa pun yang dicurigai menentang. Ia juga mengendalikan kuil dengan cara yang sama dan menghukum mati 46 anggota kunci Sanhedrin.
Pada tahun 36 SM, ia memerintahkan kaki tangannya untuk menenggalamkan Pendeta Tinggi, Jonathan (saudara laki-laki istrinya), yang ia takuti sebagai rival potensial. Bahkan, keluarganya sendiri pun tidak aman. Pada tahun 29 SM, ia memerintahkan eksekusi terhadap Mariamme setelah ada dugaan perselingkuhan. Pada masa hidupnya Mariamme memang terus berusaha merongrong kekuasaan Herodes dan mengembalikan kejayaan keluarga Makabe.
Tidak berhenti di situ, pada tahun 7 SM, ia menghukum mati Aristobolus dan Alexander putra-putranya dari Mariamme, setelah dihasut oleh Antipater (putranya dari Doris, istri pertamanya) bahwa keduanya berencana menggulingkan takhta Herodes.
Akhir Hidup sang Penguasa Agung
Raja kini berusia enam puluh tahun, mulai sakit-sakitan dan paranoid. Antipater adalah pewaris tunggal, karena tidak banyak anak laki-laki lain yang tersedia untuk mewarisi kerajaan, dan adiknya, Salome, mulai membuat plot melawan dia.
Salome menemukan seorang pembantu yang mengklaim bahwa Antipater merencanakan untuk meracuni Herodes dengan obat misterius. Antipater yang berada di Roma untuk bertemu dengan Oktavianus (Augustus), bergegas pulang ke istana di Yerusalem. Akan tetapi ia ditangkap di sana sebelum menemui ayahnya.
Dalam pengadilan, obat yang dicurigai diberikan kepada terdakwa, Antipater langsung ambruk dan mati akibat efek racun tersebut. Penyelidikan selanjutnya mengungkapkan bahwa seorang budak Yahudi milik permaisuri Livia, istri Augustus yang juga ahli racun, telah memalsukan surat-surat untuk membidik Salome sebelum ia bisa menemui Herodes.
Herodes mengirim bukti kepada Augustus dan memohon titah ketiganya, menyerahkan kerajaan kepada salah satu dari anak lelakinya yang lain, Antipas. Sakit yang dideritanya melemahkan kebijaksanaan dan kekuatannya dalam menghadapi oposisi Yahudi.
Ketika murid-murid Yahudi konservatif menurunkan elang perunggu yang berada di gerbang besar kuil, tentara-tentara benteng Antonia segera menangkap mereka. Di hadapannya, para pelaku itu dibakar hidup-hidup.
Pembusukan perlahan-perlahan menyerang tubuh Herodes. Dimulai dari gatal-gatal dengan rasa sakit pada ususnya, kemudian berkembang ke bengkak di kaki dan perut, berkomplikasi dengan borok pada usus besar. Tubuhnya mulai mengeluarkan cairan nanah, ia sesak nafas, bau busuk keluar darinya, dan alat keminnya membengkak sangat besar sampai penis dan kantung buah akarnya meletus menyemburkan banyak sekali ulat.
Raja yang membusuk itu berharap akan sembuh dalam kehangatan istana Jerichonya. Akan tetapi penyakitnya justru semakin parah, ia dibawa menuju ke pemandian air panas sulfur di Callirhoe, yang berada di Laut Mati. Sulfur malah memperburuk penderitaannya.
Saat diobati dengan minyak panas, ia pingsan dan dibawa kembali Jericho. Di sana ia memerintahkan pemanggilan elite kuil dari Yerusalem, untuk dikunci dalam stadion. Muncul beberapa asumsi bahwa Herodes berencana membunuh mereka semua untuk menciptakan hari kesedihan nasional pada hari kematiannya. Tetapi mungkin ia hanya ingin memuluskan susesi kekuasaan seraya menahan semua pembesar dalam tahanan. Perintah itu merupakan perintah terakhir Herodes Agung sebelum akhirnya meninggal.
BIBLIOGRAFI
Bauer, Susan Wise. 2010. Sejarah Dunia Kuno: Dari Cerita-Cerita Tertua sampai Jatuhnya Roma. Terj. Aloysius Prasetya. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Montefiore, Simon Sebag. 2008. Tokoh Kontroversial Dunia : Mereka yang Menggores Sejarah Kemanusiaan Dunia. Jakarta: Erlangga.
Montefiore, Simon Sebag. 2016. Jerusalem The Biography. Terj. Yanto Musthofa. Jakarta: Pustaka Alvabet.