Kekaisaran Persia Kuno merupakan kekaisaran adikuasa pertama yang berpusat di tanah Iran. Kekaisaran Persia pertama ini didirikan oleh Cyrus Agung sekitar tahun 550 SM dan menjadi salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah. Kerajaan Cyrus membentang dari Semenanjung Balkan Eropa di Barat ke Lembah Indus India di Timur.
Dinasti yang kadang disebut sebagai Kekaisaran Achaemenid ini merupakan pusat peradaban budaya, agama, sains, seni, dan teknologi dunia selama lebih dari 200 tahun sebelum jatuh ke tangan Alexander Agung.
Cyrus Agung: Pendiri Kekaisaran Persia
Cyrus II merupakan salah satu raja terbesar abad kuno. Meskipun ia merupakan cucu dari Raja Mendes yang terkenal, Astyages, tetapi raja tersebut justru ingin membunuh cucunya tersebut.
Plot pembunuhan sempat direncanakan ketika Cyrus lahir. Namun ia berhasil selamat setelah penggembala yang ditugaskan membunuhnya justru menyelematkannya.
Ia pun tumbuh di keluarga penggembala, sebelum akhirnya pada umur 10 tahun ia kembali ke orang tuanya yang asli, putri Mandane dan Raja Persia Cambyses I.
Tumbuh di keluarga yang selalu ditindas oleh kerajaan Mendes, membuat Cyrus pun ikut membenci kakeknya. Setelah menggantikan ayahnya pada tahun 559 SM, Cyrus kemudian memimpin perang melawan kakeknya pada tahun 553 SM.
Perang yang berlangsung selama tiga tahun itu akhirnya berakhir dengan kemenangan Cyrus. Kemenangan itu sekaligus menandai berdirinya Kekaisaran Persia pada 550 SM.
Sistem Pemerintahan Kekaisaran Persia
Kekaisaran Persia pertama di bawah Cyrus Agung segera menjadi kekaisaran adikuasa pertama di dunia. Kekaisaran tersebut berhasil mendirikan kesatuan pemerintahan yang menguasai tiga situs terpenting peradaban awal umat manusia: Mesopotamia, Lembah Nil Mesir dan Lembah Indus India.
Pada puncak kejayaannya, Kekaisaran Persia membentang dari Semenanjung Balkan di Eropa — di beberapa bagian yang saat ini Bulgaria, Rumania, dan Ukraina — ke Lembah Sungai Indus di India barat laut dan selatan ke Mesir.
Terdapat ciri khas dari penaklukan Persia, daripada menghancurkan ekonomi lokal untuk keuntungan egois mereka sendiri, orang-orang Persia memilih bekerja untuk meningkatkan perdagangan di seluruh kerajaan mereka.
Mereka menstandarisasi timbangan, mengembangkan koin resmi, dan menerapkan hukum universal.
Para pemimpin Persia wajib kooperatif dan memberlakukan pajak 20 persen untuk semua pertanian dan manufaktur. Mereka juga mengenakan pajak kepada lembaga agama, yang meskipun kekayaan mereka sebelumnya tidak dikenakan pajak. Sementara itu, orang Persia sendiri tidak dikenai pajak.
Raja-raja Persia – terutama Cyrus dan, kemudian, Darius I (522-486 SM) – mengembangkan model untuk administrasi kerajaan besar yang diikuti oleh kerajaan lain di masa depan. Hukum diberlakukan secara adil dan merata di antara semua subyek yang berbeda.
Berpusat di ibu kota Persepolis, Darius I membagi kerajaan mereka menjadi 20 provinsi yang dikelola oleh satrap (gubernur). Penduduk setempat lalu menyediakan tanah untuk tuan tanah feodal dengan imbalan kesetiaan dan jaminan keamanan dari tentara Persia. Sebagian besar orang di kekaisaran rata-rata berprofesi sebagai petani atau pengrajin.
Ibu kota Persia, Persepolis, yang terletak di Iran selatan termasuk di antara situs arkeologi terbesar di dunia. Persepolis termasuk ke dalam situs warisan dunia UNESCO pada tahun 1979.
Istana Achaemenia Persepolis dibangun di atas teras yang sangat besar. Mereka dihiasi dengan fasad hias yang termasuk pahatan relief batu panjang Persia kuno terkenal.
Agar wilayah yang luas itu terkelola dengan baik, tentunya membutuhkan komunikasi yang baik. Untuk itu, Cyrus membangun dasar-dasar sistem kurir, atau surat. Darius I kemudian membangun jaringan komunikasi yang menghubungkan sebagian besar kekaisaran.
Jalan raya sepanjang 1.600 mil dibangun dari Sardis ke Susa, salah satu ibukota administratif. Di sepanjang jalan ini, ada banyak tempat untuk penginapan, tempat para kurir kerajaan bisa mendapatkan kuda dan persediaan segar.
Budaya Orang-Orang Persia Kuno
Persia kuno menciptakan seni dalam berbagai bentuk, termasuk logam, ukiran batu, tenun dan arsitektur. Ketika Kekaisaran Persia berkembang untuk mencakup pusat artistik peradaban awal lainnya, berbagai kebudayaan baru dibentuk dari pengaruh kebudayaan Persia.
Seni Persia awal termasuk relief-relief batu besar yang diukir di tebing, seperti yang ditemukan di Naqsh-e Rustam, sebuah kuburan kuno yang dipenuhi dengan makam raja-raja Achaemenid. Di tempat itu, terdapat mural batu rumit yang menggambarkan adegan berkuda dan kemenangan pertempuran.
Bangsa Persia kuno juga dikenal karena logam mereka. Pada 1870-an, penyelundup menemukan artefak emas dan perak di antara reruntuhan di dekat Sungai Oxus di Tajikistan saat ini.
Artefak termasuk kereta emas kecil, koin, dan gelang yang dihiasi motif griffon. (Griffon adalah makhluk mistis dengan sayap dan kepala elang dan tubuh singa, dan simbol dari Persia persepolis Persia.)
Para diplomat Inggris dan anggota militer yang bertugas di Pakistan membawa sekitar 180 buah emas dan perak ini — yang dikenal sebagai Harta Karun Oxus — ke London di mana mereka sekarang disimpan di Museum Inggris.
Sejarah karpet tenun di Persia berasal dari suku nomaden. Orang Yunani kuno sangat menyukai kesenian karpet tenunan tangan ini. Karpet-karpet itu terkenal karena desainnya yang rumit dan memiliki warna-warna cerah.
Agama Persia Kuno
Banyak orang menganggap Persia sebagai sinonim dengan Islam, meskipun Islam hanya menjadi agama dominan di Kekaisaran Persia setelah penaklukan Arab pada abad ketujuh. Kekaisaran Persia pertama dibentuk oleh agama yang berbeda: Zoroastrianisme.
Nama agama itu berasal dari nabi Persia, Zoroaster (juga dikenal sebagai Zarathustra). Zoroastrianisme bisa dibilang agama monoteistik pertama di dunia. Hingga saat ini agama tersebut masih dipraktekkan sebagai agama minoritas di beberapa bagian Iran dan India.
Zoroaster, yang kemungkinan hidup antara 1.500 dan 500 SM, mengajari pengikutnya untuk menyembah satu dewa, bukan banyak dewa seperti yang disembah oleh kelompok-kelompok Indo-Iran sebelumnya.
Raja-raja Achaemenian adalah penganut Zoroastria yang taat. Menurut sebagian besar catatan, Cyrus Agung adalah penguasa yang toleran yang mengizinkan rakyatnya menggunakan bahasa dan mempraktekkan agama mereka sendiri.
Meskipun ia sendiri berpegang pada hukum Asha (kebenaran dan kebenaran) Zoroaster, ia tidak memaksakan Zoroastrianisme pada orang-orang dari wilayah yang ditaklukkan Persia.
Tulisan suci Ibrani memuji Cyrus karena membebaskan orang-orang Yahudi di Babel dan mengizinkan mereka untuk kembali ke Yerusalem.
Penguasa berikutnya di Kekaisaran Achaemenid mengikuti model pendekatan Cyrus, sehingga memungkinkan warga Persia yang beragam untuk terus mempraktekkan cara hidup mereka sendiri. Periode waktu ini kadang-kadang disebut Pax Persica atau Kedamaian Persia.
Keruntuhan Imperium Persia
Kekaisaran Persia memasuki periode kemunduran setelah kegagalan invasi Xerxes I ke Yunani pada 480 SM. Pengelolaan tanah Persia yang mahal turut menghabiskan kas kekaisaran. Kondisi ini menyebabkan dikenakannya pajak tinggi bagi penduduk Persia.
Dinasti Achaemenid akhirnya jatuh ke tangan Alexander Agung pada 330 SM. Penguasa berikutnya berusaha mengembalikan kejayaan Kekaisaran Persia, namun kekaisaran itu tidak pernah mencapai taraf kejayaan yang pernah dicapai oleh Cyrus yang Agung dan Darius I.
BIBLIOGRAFI
Bauer, Susan Wise. 2010. Sejarah Dunia Kuno: Dari Cerita-Cerita Tertua sampai Jatuhnya Roma. Terj. Aloysius Prasetya. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Olmstead, A. T. 1948. History of the Persian Empire. Chicago: The University of Chicago Press.
Stephen Ruzicka. 2012. Trouble in the West: Egypt and the Persian Empire, 525–332 SM. Oxford: Oxford University Press.