Agama Sikh atau Sikhisme merupakan agama terbesar ketiga di India, setelah Hindu dan Islam. Sekitar 16 juta orang India dan 2 juta penduduk negara lain menjadi pemeluk Sikhisme. Sikh adalah agama monoteisme, yang berpusat kepada kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai agama terbesar ketiga, Sikh memiliki kemiripan dengan agama Hindu dan Islam, sehingga sering kali disebut sebagai sinkretisme dari keduanya.
Kemunculan Agama Sikh
Agama Sikh didirikan oleh Guru Nanak (1469-1539), yang lahir dari keluarga Hindu di daerah pertanian subur di Punjab di India barat laut. Pada usia tujuh tahun, Nanak dikirim kepada seorang guru desa untuk mempelajari abjad dan ilmu hitung dasar. Kecerdasan dan ketekunannya menyebabkan ia menyelesaikan pendidikannya dalam waktu singkat.
Kemudian ia dikirim ke seorang Maulawi desa untuk mempelajari bahasa Persia dan Arab. Disebutkan pula bahwa Nanak juga belajar al-Quran dan literatur Islam dengan Sayid Hasan, seorang sufi.
Beberapa tahun kemudian, Nanak mencapai usia yang menurut adat Hindu ia harus diberi tenunan suci. Namun, ia menolak dengan tegas pergi ke upacara itu dan menimbulkan kemarahan banyak orang.
Nanak sempat bekerja sebagai pekerja toko Nawab Daulat Khan Lodhi, sepupu sultan Delhi.
Setelah 12 tahun bekerja dengan Nawab, ia meninggalkan pekerjaannya dan memutuskan untuk mengabdikan sepenuhnya untuk reformasi kemanusiaan.
Nanak akhirnya mendengar sebuah panggilan dari Tuhan yang mengklaim bahwa perbedaan agama antara Hinduisme dan Islam tidak relevan.
Setelah masa pengembaraan, perenungan, dan diskusi dengan ahli agama dan guru, Nanak mendirikan komunitas pertamanya di Kartarpur. Di sana ia menjabat sebagai “pendahulu” agama sinkretis baru ini. Di antara inovasi-inovasinya adalah komposisi puisi dan khotbah, yang banyak di antaranya kemudian disertakan dalam Adi Granth, kitab suci Sikh.
Dalam berkutbah, Nanak tidak pernah menyeru ke arah perubahan keyakinan, ia hanya menyeru kepada kaumnya untuk mengisi hati nurani dengan kasih sayang Tuhan, dan agar baik hati, jujur, serta lurus dalam hubungan antar manusia.
Guru Nanak adalah seorang yang sangat menjunjung tinggi ketauhidan. Ia percaya kepada Tuhan Yang Esa, abadi dan tidak berbentuk. Tuhan yang dipercayai Nanak bukanlah suatu ide abstrak. Ia adalah dzat yang disayangi dan dihormati.
Nanak menolak adanya Tuhan-Tuhan lain, dan berkata bahwa Tuhan itu Esa dan suci, sehingga harus disembah. Ia juga menolak setiap kompromi terhadap konsepsi Keesaan Tuhan. Hal ini menyebabkan Nanak juga menolak ajaran Trinitas dan menyatakan pembagian ketuhanan dalam tiga pribadi bertentangan dengan kesatuan ilahi.
Dalam tradisi kepercayaannya, Nanak mengadakan doa dan makan bersama untuk pria dan wanita. Suatu kegiatan yang bertentangan dengan pembatasan kasta Hindu dan kebiasaan muslim. Ia berpegang pada prinsip bahwa semua orang setara baik dalam arti duniawi maupun di mata Tuhan.
Perkembangan Agama Sikh
Guru Nanak menunjuk salah satu pengikutnya, Angad, sebagai penggantinya. Angad memulai garis keturunan dari sepuluh guru Sikh yang mengubah kepercayaan baru ini menjadi tidak hanya menjadi agama besar, tetapi juga komunitas dan kekuatan politik yang berbeda.
Sepuluh tokoh sejarah dianggap sebagai pendiri Sikhisme atau mediator ilahi dalam agama tersebut. Masing-masing memberikan kontribusi yang berbeda untuk perkembangan awal Sikhisme, yang membantu mendefinisikannya sebagai kepercayaan yang berbeda dari Hinduisme dan Islam di India abad keenam belas dan ketujuh belas. Bagi orang Sikh sendiri istilah guru berarti “pendeta suci.”
Guru-guru ini menyusun versi kanonik Adi Granth, sekaligus mendirikan Kuil Emas Sikhisme di kota Amritsar di Punjabi. Mengikuti ajaran Guru Gobind Singh, guru hidup lalu digantikan oleh Adi Granth setelah kematiannya. Pemeluk Sikh menganggap kitab itu sebagai benda hidup dan objek penghormatan. Adi Granth diletakkan di tempat-tempat terhormat, baik di rumah atau di gurdwar dan dikenal. Dalam konteks ini, Adi Granth disebut sebagai Guru Granth Sahib, yang berarti “Guru terhormat dalam bentuk buku.”
Pada abad ke-17, penganut Sikh melakukan perlawanan militan untuk membela diri melawan Kekaisaran Mughal Islam India, yang mereka anggap sebagai ancaman. Puncaknya guru kesembilan Sikh, Tegh Bahadur (1621–1675), dieksekusi oleh Kekaisaran Mughal.
Guru kesepuluh dan terakhir, Gobind Singh (1666-1708) membentuk kelompok khusus pejuang Sikh dengan nama Khalsa (murni). Dalam sebuah upacara inisiasi, air diubah menjadi nektar suci dengan diaduk dengan pedang yang melambangkan keadilan Tuhan.
Mereka yang mengambil nektar bergabung dengan khalsa, mengabdikan diri untuk melayani Tuhan dan melestarikan kelompok mereka. Hal ini tercermin dari penampilan mereka yang dirancang untuk tidak menghilangkan keraguan di benak siapa pun bahwa mereka adalah anggota Khalsa.
Pria Sikh tidak memotong rambut dan jenggot mereka (biasanya membungkus rambut mereka dengan turban). Mereka mengenakan pakaian khusus dan membawa sisir, belati kecil, dan gelang baja, yang mereka kenakan di sekitar pergelangan tangan kanan mereka. Mereka juga mengambil nama Singh, yang berarti “singa.”
Pada paruh pertama abad kesembilan belas, kekuasaan Sikh di Punjab mencapai tingkat tertinggi di bawah maharajah Ranjit Singh (1780-1839). Ia memimpin sebuah kerajaan Sikh yang kuat, tetapi kerajaan itu akhirnya ditaklukkan Inggris dalam dua perang dengan kekerasan. Setelah kekalahan itu, ketegangan di antara kedua belah pihak segera menghilang. Hal ini dibuktikan dengan banyak orang-orang Sikh yang menjabat dalam posisi penting dalam pemerintah kolonial Inggris di India.
Setelah kemerdekaan India pada tahun 1947, beberapa orang Sikh ingin mendirikan sebuah negara Sikh yang terpisah di Punjab, dengan nama Khalistan. Gerakan ini bergerak secara militan pada tahun 1980an dan mengakibatkan banyak kekerasan komunal antara orang Hindu dan Sikh. Akan tetapi, gerakan tersebut pada perkembangannya telah berkurang dan tidak terlalu aktif secara militan.
Makna Ketuhanan Sikh
Keyakinan agama Sikh didasarkan pada prinsip bahwa Tuhan dapat ditemukan di dalam pikiran, bukan dalam ritual, filsafat, atau bahkan perilaku (walaupun tingkah laku mencerminkan anugerah Tuhan).
Tidak seorang pun, baik Nanak maupun penggantinya ingin mengintegrasikan Hinduisme dan Islam, kecuali untuk menegaskan persamaan landasan mereka, yaitu kecintaan terhadap Tuhan dan penghormatan terhadap kekuatanNya.
Pusat ibadah Sikh adalah meditasi atas nama Tuhan dan kitab, seringkali melalui semacam dzikir, dalam rangka memahami dan kemudian hidup sesuai kehendak Tuhan.
Guru Nanak berpendapat bahwa penganut Sikh harus melewati tahap realisasi yang berurutan. Orang pertama kali datang untuk menyadari bahwa Penciptaan Tuhan diatur oleh Tuhan saja dan Ia adalah satu-satunya hakim umat manusia. Kemudian mereka menyadari kompleksitas penciptaan Tuhan dan kebutuhan untuk menjadi rendah hati dalam menghadapi kenyataan ini. Orang yang telah beriman kemudian siap untuk menerima anugerah Tuhan, serta dibebaskan dari siklus kelahiran dan kematian untuk dipersatukan dengan Tuhan.
Hambatan utama jalan ini adalah keegoisan, yang dapat diatasi dengan memelihara keterbukaan terhadap kecintaan dan penghormatan terhadap Tuhan atas kekuatan dan keadilanNya.
Orang-orang Sikh sangat menekankan kehidupan keluarga dan masyarakat, berbagi manfaat, pekerjaan sehari-hari, dan keterlibatan dengan masalah duniawi. Mereka tidak, seperti orang Hindu, yang lebih menekankan kezuhudan. Penekanan terhadap masalah duniawi ini berasal dari ajaran Nanak bahwa orang beriman harus bekerja untuk kebebasan umum di samping kebebasan individu.
Ibadah harian mencakup tiga sembahyang setiap hari. Seringkali ditambah dengan pembacaan dan kajian dari Adi Granth. Ritual nyanyian dan doa harian juga berlangsung di kuil Sikh, yang dikenal sebagai gurdwar (gerbang guru). Di tempat itu para penganut Sikh mempersiapkan dan meyediakan makanan kepada semua pengunjung sebagai tugas keagamaan.
Gurdwar juga merupakan situs untuk upacara kelahiran, perkawinan, dan aktivitas sosial. Orang-orang Sikh, tidak seperti orang Hindu atau Muslim, tidak mengenal batasan makanan. Walaupun anggota khalsa awal diharuskan menghindari alkohol, tembakau dan beberapa daging.
BIBLIOGRAFI
Aziz–Us–Samad, Ulfa. 2002. Agama–agama Besar Dunia. Jakarta, Darul Kutubil Islaiyah.
Hay, Jeff. 2007. The Greenhaven Encylopedia of World Religions. Michigan: Greenhaven Press.
Keene, Michael. 2006. Agama-Agama Dunia. Yogyakarta: Kanisius.
Nadroh, Siti. 2015. Agama-Agama Minor. Jakarta: Kencana.