Sejarah Suku Aborigin

Suku Aborigin merupakan sebutan khas bagi penduduk asli Australia. Sebutan tersebut diambil dari bahasa Latin aborigine, yang memiliki arti “dari awal” dan diperuntukkan untuk penduduk yang sejak awal tinggal di suatu wilayah atau pulau. Oleh karena itu istilah aborigine mempunyai arti yang sama dengan pribumi.

Suku ini pada awalnya menjadi suku utama yang mendiami Australia, namun setelah bangsa Eropa menemukan benua tersebut suku Aborigin mulai terdesak keberadaannya. Nasib suku Aborigin hampir sama dengan suku Indian di Amerika, menjadi suku asli yang terpinggirkan akibat kedatangan bangsa asing.

Asal-Usul Suku Aborigin

suku aborigin

Suku Aborigin memiliki fisik yang mirip orang Irian di Indonesia. Sehingga terdapat teori bahwa orang Aborigin merupakan keturunan perantau dari Irian yang tiba di benua itu sekitar 50.000 tahun yang lalu.

Dalam perkembangannya, bentuk fisik orang Aborigin masa sekarang rata-rata lebih kecil dan pendek jika dibandingkan orang Irian. Rambut mereka juga keriting, namun sebagian warnanya sudah kemerah-merahan. Sementara warna kulit mereka gelap.

Nenek moyang orang Aborigin Australia mungkin datang ke benua selatan melalui rakit, ketika fluktuasi iklim dan permukaan laut menciptakan jalur yang memungkinkan pergerakan manusia dari barat ke timur melintasi Kepulauan Indonesia. Di Australia pemukim manusia pertama menemukan flora dan fauna yang unik.

Jumlah pemukim awal di Australia mungkin sangat kecil. Dari satu kelompok keluarga yang berhasil melewati batas samudera, seluruh benua bisa terjelajahi dalam hitungan beberapa ribu tahun.

Pemukiman pendatang baru mungkin tidak akan pernah ditemukan, karena mereka pasti berada di garis pantai yang sekarang sebagian besar merupakan dasar laut. Lebih jauh ke pedalaman, karena kecilnya dampak yang dapat ditimbulkan kelompok keluarga kecil di lingkungan Australia, nampaknya arkeolog tidak akan menemukan banyak bukti keberadaan manusia sebelum setidaknya beberapa ratus tahun setelah kelompok pertama tiba dan keturunan mereka telah menyebar ke seluruh benua.

Begitu berada di garis pantai Australia, mereka kekurangan bahan rakit, seperti bambu, mungkin membuat orang enggan mencoba kembali. Selanjutnya, dengan benua yang kosong untuk ditaklukkan, para pendatang baru punya sedikit alasan untuk kembali ke Asia. Dengan kondisi yang seperti ini, orang-orang Aborigin mulai beradaptasi dengan kondisi alam Australia.

Budaya Orang Aborigin

suku aborigin
Potret Suku Aborigin. Sumber: Spiegel

Pada awalnnya, orang Aborigin hidup dari berburu dan mencari ikan. Mereka memburu  binatang liar, seperti kanguru, dengan tombak, panah, dan bumerang. Di daerah beriklim dingin, kulit kanguru digunakan sebagai bahan pakaian, sedangkan ikan mereka tangkap dengan tombak dan jaring.

Ilmu bercorak tanam dan beternak belum mereka kenal. Dikarenakan cara hidup mereka yang seperti itu, suku Aborigin tidak pernah berkelana jauh dari sumber-sumber air atau sungai.

Orang Aborigin dikenal sebagai suku pengelana, karena mereka tidak pernah menetap di suatu tempat dalam jangka waktu lama. Rumah mereka sangat sederhana, terbuat dari susunan ranting pohon dan daun kering. Mereka dipimpin oleh kepala suku yang juga bertugas memimpin upacara keagamaan dan perkawinan.

Agama orang Aborigin masih tradisional, tetapi kepercaya an mereka terhadap adanya Roh Agung  yang menciptakan alam semesta dan isinya sangat kuat. Mereka percaya bahwa Roh Agung memberikan petunjjuk dan  bimbingan melalui mimpi.

Bagi suku Aborigin, tradisi perkawinan sangatlah sakral, karena tidak hanya menyatukan seorang pria dan wanita, tetapi juga menyatukan dua keluarga. Oleh karena itu, kebanyakan pria Aborigin hanya beristri satu, meskipun adat tidak melarang memiliki istri lebih dari satu.

Persentuhan dengan Kebudayaan Asing

Sejak tahun 1700-an terjadi pertumbuhan perdagangan yang berpusat di daratan China dan menyebar melintasi Lingkaran Pasifik. Akibatnya, orang Indonesia secara musiman mengunjungi Australia utara sebagai bagian dari siklus perdagangan mereka di wilayah yang lebih luas.

Selama beberapa ratus tahun terakhir, Torres Strait Islanders juga terlibat dalam perdagangan regional yang lebih luas. Orang-orang Kepulauan Torres sebagian besar berasal dari Melanesia, namun telah melakukan kontak budaya dengan orang-orang Aborigin Australia dan orang Papua. Semua hubungan pra-Eropa ini tercermin dalam mitologi Aborigin, upacara dan budaya material di utara Australia.

Pemukiman permanen Eropa pertama di Australia dibentuk pada tanggal 26 Januari 1788 ketika Gubernur Arthur Phillip tiba dari Inggris dengan Armada Pertama di Port Jackson. Di pantai Sydney ini menjadi ibu kota Koloni New South Wales.

Akan tetapi kontak antara koloni-koloni ini dan orang-orang Aborigin Australia, yang kemudian disebut ‘orang India’, pertama kali telah terjadi beberapa hari sebelumnya pada tanggal 20 Januari 1788 di Botany Bay. Di sini, dengan memberi isyarat satu sama lain, orang-orang Eropa dan Aborigin tampaknya telah mencapai beberapa tingkat komunikasi.

Orang-orang  Aborigin awalnya bingung dengan penampilan orang-orang yang terlihat pucat dan mengenakan pakaian. Setelah beberapa hari kontak seperti ini, orang-orang Aborigin tampaknya menghindari pemukim Inggris. Kemudian, karena tanah mereka diambil dari mereka, mereka tidak punya pilihan kecuali memasuki daerah yang dihuni.

Ketika orang Eropa mulai memasuki Benua Australia pada tahun 1788, jumlah orang Aborigin diperkirakan masih terdapat 350.000 jiwa. Mereka terpecah ke dalam 500 anak suku bangsa dan kelompok, masing-masing dengan dialek berbeda. Beberapa nama suku aborigin yang terkenal adalah Aranda, Bidjandjara, Gurindji, Gunwinggu, Kamilaroi, Murngin, Tiwi, Wailbri, Wurora, dan Yir-yoroni. Perbedaan bahasa tersebut mempersulit komunikasi  antar suku bangsa Aborigin.

Penemuan emas di benua itu membawa malapetaka bagi orang Aborigin. Pendatang dari Eropa mendesak kehidupan mereka, mengusir mereka dari tempat tinggal dan merampas tanah serta daerah perburuannya. Banyak orang Aborigin dibunuh. Mereka yang tersisa diusir ke daerah gersang dan tandus, sehingga akhirnya banyak yang mati karena penyakit dan kelaparan.

Kepunahan orang Aborgini dipercepat pula dengan peperangan antar suku mereka sendiri. Kini, total jumlah orang Aborigin diperkirakan tinggal 144.000 jiwa, termasuk 50.000 orang Aborigin asli yang sebagian besar berdiam di daerah pedalaman dekat dekat gurun tandus. Selebihnya adalah orang Aborigin yang sudah bercampur dengan ras lain.

Suku Aborigin di Era Modern

Pemerintah modern Australia tidak pernah mengakui adanya diskriminasi terhadap suku Aborigin. Namun, dalam kenyataannya perlakuan pembedaan berdasarkan warna kulit di bidang politik, agama, dan ekonomi masih tetap terasa hingga kini. Masyarakat kulit putih pada umumnya masih menunjukkan sikap superior terhadap orang Aborigin. Kondisi tersebut menyebabkan orang Aborigin masih tetap terasing di tanah airnya sendiri.

Pada tahun 1970-an, pemerintah Australia mulai memberikan peluang lebih luas kepada orang Aborigin, terutama di bidang politik dan pendidikan. Beberapa tokoh suku Aborgini pun berhasil tampil ke permukaan panggung politik. Tokoh pertama adalah Neville Boner, yang cukup dikenal karena pencapaiannya sebagai Aborigin pertama yang terpilih sebagai anggota parlemen federal Australia. Selanjutnya ada nama Douglas Nicholls sebagai Aborigin pertama yang terpilih sebagai senator, mewakili negara  bagian Queensland (1971).

BIBLIOGRAFI

Attwodd, Bain. 2005. Telling the Truth About Aboriginal History. New South Wales: Allen and Unwin.

Clarke, Philip. 2003. Where the Ancestors Walked: Australia as an Aboriginal Landscape.New South Wales: Allen and Unwin.

Flood, Josephine. 2006. The Original Australians: Story of Aboriginal People. New South Wales: Allen and Unwin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *