Si Huma: Kenangan Animasi Pertama Indonesia

Kemunculan Si Huma menandai dimulainya era animasi produksi lokal. Sayangnya, animasi pertama ini jarang masuk dalam kajian sejarah, sehingga seakan terlupakan seiring dengan bergeraknya zaman.

Sekarang, industri animasi di Indonesia telah mengalami peningkatan yang signifikan dan diprediksi akan terus meningkat jika dilansir dari website resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Prediksi tersebut sesuai dengan fakta berupa banyaknya animasi lokal yang bermunculan dan mulai berkembang di Indonesia.

Sebut saja animasi anak-anak dengan judul Adit Sopo Jarwo yang mulai mengepakkan sayapnya sejak 2014, lalu film animasi Jumbo yang menghiasi layar lebar pada tahun 2025. Keduanya sukses digandrungi oleh semua kalangan di Indonesia, walaupun animasi tersebut pada awalnya diperuntukkan untuk anak-anak.

Sebelum kedua animasi tersebut dikenal masyarakat sebagai animasi yang berasal dari Indonesia, Televisi Republik Indonesia atau TVRI telah terlebih dahulu mengenalkan series animasi anak-anak pertama pada tahun 1983 dengan judul Si Huma.

Lahirnya Si Huma

Si Huma lahir pada tanggal 18 Mei 1983, di tengah maraknya animasi-animasi dari luar negeri layaknya animasi keluaran Walt Disney yang waktu itu banyak dikenal masyarakat secara luas dan animasi Jepang seperti Captain Tsubasa yang telah memasuki dunia industri animasi. 

Maraknya persebaran animasi Amerika Serikat dan Jepang ini merupakan salah satu dampak dari penyebaran budaya, selain itu kualitas gambar yang baik juga membuat penyebarannya begitu pesat. 

Fix Screenshot 2025 05 27 111334
Cuplikan adegan Si Huma episode Embun. Youtube ANRI.

Animasi Si Huma ini diproduksi langsung oleh Pusat Produksi Film Negara (PPFN) dengan dukungan langsung oleh UNICEF untuk meningkatkan kesejahteraan anak dalam dunia pendidikan. Perlu diketahui bahwa pada era kepemimpinan presiden Soeharto, pendidikan tengah dibangun secara maksimal terbukti dengan banyaknya sekolah-sekolah yang dibangun dan penyebaran tenaga didik yang merata.

PPFN dipilih menjadi studio saat itu karena PPFN telah berpengalaman untuk mengelola tontonan edukasi untuk anak-anak, yakni Si Unyil yang menggunakan teknik puppet show pada tahun 1981. 

Karakter Huma merupakan bentukan Saleh Hasan sebagai sutradara dalam proses pembuatan animasi ini. Huma diceritakan menjadi seorang anak laki-laki yang cerdas dan suka berpetualang hingga bertemu karakter Windi dalam dunia khayalan. 

Si Huma dijadwalkan tayang setiap Minggu pagi di saluran TVRI dan setiap episodenya akan berdurasi 10 menit, namun dilansir dari YouTube Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Si Huma tayang pada Rabu pukul 17.30, lalu dalam satu tahun animasi ini direncanakan memiliki 26 episode.

Produksi Si Huma

Pembuatan animasi tempo dulu masih menggunakan teknik tradisional yang lebih banyak membutuhkan biaya dan tenaga dalam proses pembuatannya daripada untuk film biasa yang menggunakan lakon orang. Pembuatan film biasa sepanjang 10 menit hanya menghabiskan biaya sekitar enam juta rupiah, sementara film animasi dapat menelan biaya produksi sampai 40 juta rupiah. 

Proses pembuatan
Proses produksi Si Huma. Sumber:Merdeka

Produksi Si Huma menggunakan studio PPFN, mulai dari penulisan skrip, proses menggambar, editing, pengisian suara, sampai pemberian musik semuanya dilakukan dalam studio PPFN. Tiga orang tracer atau penjiplak gambar, sepuluh orang pemberi warna, dan tiga orang animator dilibatkan dalam proses pembuatan Si Huma dengan dua diantaranya adalah animator lulusan sekolah animasi di Jepang selama enam bulan.

Skrip cerita Si Huma ditulis oleh Saleh Hasan dengan pertimbangan isu-isu yang tengah marak terjadi pada masa itu untuk edukasi anak-anak, seperti dalam salah satu episodenya yang berjudul ”Embun” yang mengangkat topik banjir. 

Epsiode tersebut bercerita tentang Huma dan Windi yang bertemu dengan karakter Embun yang resah terhadap kondisi air yang buruk sehingga dapat menyebabkan kolera, TBC, disentri, dan demam berdarah sehingga di akhir episodenya ada himbauan bagi audiens yang rata-rata anak-anak untuk menjaga kebersihan air dengan cara membuang sampah pada tempatnya.

Proses pembuatan Si Huma ini menggunakan teknik seluloid klasik yang mana setiap pergerakan dalam animasinya digambar satu persatu, bahkan untuk satu detik tayangnya animasi ini dibutuhkan 24 lembar kertas gambar. Kertas gambar diperlukan begitu banyak karena tiap satu adegan memiliki beberapa lapisan mulai dari lapisan dasar sampai paling atas.

Kertas-kertas yang berisi gambaran untuk tiap episodenya kemudian dipindahkan ke dalam pita seluloid atau pita cel dengan ukuran 32 × 26 cm, untuk menghasilkan gerak layaknya animasi pada umumnya, gambar-gambar tersebut digeser permili untuk menghasilkan gerak yang natural. Jika ada adegan tak bergerak kertas gambar yang digunakan akan berbeda dengan adegan bergerak. 

Pengambilan gambarnya dilakukan menggunakan kamera yang sangat memadai yakni kamera Oxberry yang bernilai 300 juta rupiah, kamera ini bahkan hanya dimiliki oleh dua negara Asia pada masa itu yakni Indonesia dan Iran, sehingga dapat disimpulkan jika proyek ini sangat diperhatikan dengan baik.

Akhir dari Animasi Pertama

Proses produksi animasi memakan lebih banyak waktu daripada proses produksi film biasa. Si Huma sendiri dapat menghabiskan waktu 40 hari masa produksi untuk satu episode, selain itu biaya yang digunakan juga enam kali lipat lebih banyak dalam proses pembuatan film biasa dengan waktu tayang yang sama. 

Baca juga: Siaran Televisi Pertama di Indonesia

Produksi animasi pada masa itu juga masih dianggap sebagai film tingkat tiga, hanya digunakan sebagai media sisipan seperti iklan dan masih tidak ada penghargaan khusus untuk film animasi seperti Si Huma di Indonesia pada masa itu. 

Sayangnya Si Huma harus menayangkan episode terakhirnya pada tahun 1984, kurang lebih setahun setelah episode pertamanya tayang. Kendala biaya menjadi faktor utama berakhirnya animasi ini setelah kurang lebih satu tahun penayangan setelah episode pertamanya pada tahun 1983, tapi setidaknya Si Huma telah menjadi pelopor dalam industri film animasi di Indonesia.

Daftar Pustaka

Arsip Nasional RI. (2022, 20 Maret). Film Animasi Indonesia | Si Huma | Episode Embun. youtube.com. https://youtu.be/I7AZ-kMTsnc?si=sRjTNVoAxf2YK4Iz.

Datumula, Sartika. (2020). PERATURAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA PADA MASA ORDE LAMA, ORDE BARU, REFORMASI, DAN KABINET KERJA. Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, 1(2), 68-69.

Erwindo, CW. (2018). Efektifitas Diplomasi Budaya Dalam Penyebaran Anime Dan Manga Sebagai Nation Branding Jepang. Jurnal Analisis Hubungan Internasional. Jurnal Analisis Hubungan Internasional, 7(2), 67.

Melintas. (2023, 28 Juni). Si Huma: Film Animasi Pertama Indonesia. Youtube. https://youtu.be/bpf1pYG3zW0?si=NbNrdfvr4_iPfFio.

Si Huma (Repro Majalah HAI No. 23/VII Edisi 21-27 Juni 1983).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *