Vlad Dracul, hospodar (pangeran) Wallachia, dikenal sebagai seorang pembunuh massal dan psikopat sadis yang menunjukkan kekejaman luar biasa terhadap para saingannya. Ia mengklaim sebagai penyelamat umat Kristen dari muslim Utsmani. Akan tetapi pada kenyataannya ia lebih tertarik memperkuat kekuasaan pribadinya dalam intrik politik kerajaan dan dinasti lokal
Kekejaman Vlad menginspirasi legenda Drakula. Namun, kisah nyata yang terjadi lebih menyeramkan dibanding kisah fiksi Drakula yang mulai populer pada tahun 1897. Vlad membunuh puluhan ribu orang, mulai dari rakyat miskin, sampai para bangsawan. Ia dikenal sebagai “pangeran penyula”, julukan ini berasal dari metode eksekusi favoritnya yakni menyula korban di tombak, yang ujungnya diminyaki dan ditusukkan ke perut atau anus hingga keluar di tenggorokan korban.
Story Guide
Kehidupan Vlad Dracul
Vlad III lahir di benterng militer Sighisoara, Transilvania, pada tahun 1431 M. Ibunya adalah seorang putri dari Moldovia, dan ayahnya, Vlad II, adalah mantan pangeran Wallachia yang diasingkan di Transilvania. Ia merupakan anggota dari keluarga bangsawan Dracul (naga). Nama keluarga itu berasal dari ayahnya yang pernah menjadi anggota Ordo Naga, sebuah organisasi yang didirikan oleh Kekaisaran Roma Suci untuk mempertahankan agama Kristen dan menolak masuknya invasi Utsmani ke Eropa. Vlad sendiri bergabung ke dalam organisasi tersebut pada umur 5 tahun.
Ketika Vlad masih anak-anak, ayahnya terpaksa tunduk di bawah kekuasaan Sultan Utsmani, untuk menghindari ancaman serangan. Pada tahun 1444 M, Vlad II mengirimkankan dua putranya, termasuk Vlad III sebagai bukti kesetiaan. Selama empat tahun dalam masa tawanan, Vlad bersikap tidak hormat kepada pemerintahan Utsmani, yang berakibat penyiksaan terhadapnya. Penyiksaan tersebut membentuk kebencian dalam diri Vlad terhadap bangsa Turki.
Wallachia (Rumania sekarang) bukan lah sebuah kerajaan monarki keturuan yang tradisional, melainkan kerajaan yang terdiri dari beberapa klan bangsawan. Politik Wallachia sangat lah kejam, setiap klan saling bersaing untuk memperebutkan kekuasaan. Persaingan timbul karena setiap klan mempunyai hak untuk menjadi penguasa, termasuk klan Vlad.
Meskipun Vlad mempunyai hak atas takhta, pengasingan ayahnya membuat haknya berada dalam posisi lemah. Kakak laki-lakinya, Mircea II, pernah memerintah pada tahun 1442, namun ia dipaksa bersembunyi di tahun berikutnya, dan ditangkap para musuhnya pada tahun 1447 M. Mata Mircea dibakar dan tubuhnya dikubur hidup-hidup. Iklim politik kejam di Wallachia, menyebabkan adik Vlad, Radu, memilih bergabung ke dalam barisan Sultan al-Fatih.
Pada tahun 1447 M, boyara (keluarga bangsawan daerah) yang setia pada John Hunyadi, White Knight Hungaria, menangkap dan membunuh ayah Vlad. Mereka mengklaim bahwa Vlad II terlalu bergantung pada Utsmani.
Utsmani langsung memberikan respon terhadap peristiwa itu, mereka mulai menginvasi wilayah Wallachia untuk menegaskan kekuasaan mereka. Dalam waktu singkat Utsmani berhasil menguasai wilayah Wallachea. Pada tahun 1448, Sultan al-Fatih menempatkan Vlad III yang baru berusia 17 tahun sebagai pangeran boneka di Wallachea. Tidak berselang lama, Hunyadi kembali mengusik wilayah Wallachia, akibatnya Vlad terpaksa lari ke Moldova.
Dalam pelariannya, Vlad mengambil keputusan berani untuk datang langsung ke Hungaria yang sering berperang dengan Wallachia. Ia berhasil memikat Hungaria, dengan perjanjian anti-Utsmaninya dan menjadi pilihan Hungaria untuk memegang takhta Wallachia.
Kekejaman Vlad Dracul
Pada tahun 1456 M, Hungaria menyerang Utsmani di Serbia. Vlad memanfaatkan kesempatan itu untuk menginvasi dan mengambil alih Wallachia, membunuh saingannya Vladislav II dari klan Danesti, dan mengambil kembali takhta untuk keluarga Dracul.
Bertepatan dengan minggu paskah, ia mengundang para boyars terpandang dalam sebuah jamuan makan, lalu membunuh para tetua dan menjadikan mereka yang cukup muda sebagai budak. Banyak dari para budak itu tewas menyedihkan ketika bekerja membangun kastil Vlad. Pakaian bangsawan mereka terabik-cabik dan tubuh mereka telanjang.
Vlad menjadikan Targoviste sebagai ibu kota kerjannya. Ia bertekad menjadikan Wallachia sebuah kerajaan besar dengan rakyat yang sejahtera dan sehat. Namun, untuk mencapai tujuan itu ia membutuhkan pengorbanan orang-orang yang dianggap sebagai sumber pengeluaran kekayaan kerajaan.
Ia kemudian membuat proyek penghapusan kaum bangsawan, orang-orang miskin, dan orang tua. Ribuan dari mereka diundang untuk makan di Targoviste, mereka dikurung di suatu ruangan, dan dibakar hidup-hidup setelah mereka selesai makan.
Selain kebijakan ekstrim tersebut, Vlad juga menghukum para wanita yang terlibat perzinaan. Payudara mereka dipotong, dan dikuliti atau direbus hidup-hidup, kemudian mayat mereka dijadikan tontonan umum. Pedagang Jerman yang tinggal di Translvania tidak lepas dari kekejaman Vlad, mereka dianggap sebagai parasit asing di wilayah itu. Pada hari Santo Barolomeus, tahun 1459, ia memerintahkan eksekusi 30.000 pedangang dan boyar dari kota Brasov, setahun kemudian 10.000 pedagang dieksekusi di Sibiu.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, penyulaan merupakan metode favorit Vlad dalam membunuh. Kematian seperti ini sangat menyiksa dan dapat berlangsung selama beberapa jam, seiring dengan tombak yang perlahan masuk ke perut atau anus dan keluar lewat tenggorokan atau mulut korban.
Ketika eksekusi ribuan orang dilaksanakan secara bersamaan, pasukan Vlad akan menyusun tombak melingkari kastilnya, dan melarang siapa pun untuk menurunkan korbannya. Semakin tinggi jabatan korban, maka semakin panjang pula tombak yang digunakan.
Di balik kekejamannya, Vlad juga memiliki kebiasaan yang tidak kalah brutal. Ia sering makan di sekitar jenazah yang telah membusuk. Metode eksekusi lain adalah pengulitan dan perebusan. Ia juga pernah memaku kepala duta asing yang menolak melepas topi di istananya.
Akhir Hidup sang Pembunuh Sadis
Sekitar tahun 1460-1461, Sultan Utsmani, al-Fatih meminta Vlad untuk memberi penghormatan kepadanya secara personal dan membayar upeti 10.000 duke tiap tahun. Akan tetapi Vlad justru menangkap dua duta Utsmani dan menyula mereka.
Pada musim dingin tahun 1461-1462, ia dan pasukannya menyeberangi Danube dan menyusup ke kamp militer Utsmani. Peristiwa ini menelan 20.000 korban tentara Turki dan Bulgaria. Pasca peristiwa itu, Sultan al-Fatih mendeklarasikan perang melawan Wallachia, untuk mengganti Vlad dengan saudaranya Radu.
Ketika puluhan ribu pasukan Utsmani dalam perjalanan ke Wallachia, mereka menemukan 20.000 tahanan Turki yang telah di sula Vlad di tepi Danube. Pemandangan tersebut layaknya hutan tubuh di atas tombak.
Pada bulan Juni 1462, pasukan Utsmani telah mengepung kota Targoviste. Vlad mencoba untuk menculik sultan pada malam hari tanggal 16-17 Junis 1461, tetapi usaha tersebut gagal. Akibat dari kegagalan Vlad mempertahankan wilayah Wallachia, istrinya bunuh diri dengan cara melompat dari jendela, sedangkan ia sendiri melarikan diri.
Dalam pelariannya, Vlad tertangkap oleh bangsa Hungaria dan ditahan selama 10 tahun. Ia terus membayangkan untuk merebut kembali takhtanya sambil menyula tikus dan burung dengan tombak kecil. Secara tidak jelas, ia berhasil memperoleh kembali dukungan dari bangsawan Hungaria.
Vlad kemudian menikah kembali dan menjadi anggota keluarga bangsawan Hungaria. Setelah ia memperoleh pasukan, ia memulai invasi ke Wallachia pada 1476 M. Di Wallachia, ia berhasil menyigkirkan penguasa baru bernama Basarah dari klan Danesti.
Namun, sekali lagi ia bukan lah tandingan bagi kekuatan Utsmani. Pada bulan Bulan Desember 1476 M, ia tewas terbunuh dalam pertempuran di dekat Bucharest, kemungkinan besar dibunuh pasukannya sendiri. Kepalanya dipenggal dan dikirim ke Konstantinopel, di mana kepalanya dipajang di atas pasak. Akhir yang pantas bagi salah satu pembunuh terkejam sepanjang sejarah.
BIBLIOGRAFI
Al-Munyawi, Razi. 2012. Muhammad al-Fatih : Penakluk Konstantinopel. Terj. Muhammad Ihsan. Jakarta : Pustaka al-Kautsar.
Montefiore, Simon Sebag. 2008. Tokoh Kontroversial Dunia : Mereka yang Menggores Sejarah Kemanusiaan Dunia. Jakarta: Erlangga.
Shallabi, Ali Muhammad Ash. 2014. Bangkit dan Runtuhnya Khalifah Utsmaniyah. Jakarta: Pustaka al Kautsar.