Hallo comrades, pernahkah kalian membaca artikel berita/sejarah yang terdapat nama zionis atau yahudi di dalam isi pembahasan mereka. Jika pernah, mungkin anda mengira Zionisme dan Yahudi adalah suatu kesatuan yang ingin menguasai tanah Palestina. Tapi tunggu dulu, sebenarnya hal tersebut adalah kekeliruan yang mendasar dalam perspektif umum. Zionisme Herzl adalah sebuah gerakan politik bukan agama, ini yang membedakannya dengan Zionisme Herzl yang menganut Yudaisme. Pada dasarnya, tidak semua Yahudi merupakan Zionis, meskipun Zionis merupakan gerakan yang didirikan oleh salah seorang keturunan Yahudi. Untuk itu penulis ingin menyajikan fakta sejarah, yang membuktikan bahwa Zionisme merupakan suatu hal berbeda dengan Yahudi.
Theodor Herzl sang pendiri organisasi zionis dunia
Theodor Herzl lahir di Budapest, Hungaria pada 2 Mei 1960, ia merupakan anak kedua dari pasangan Jacob and Jeanette Herzl. Jacob Herzl (1836–1902) merupakan seorang Yahudi asal Serbia. Ia adalah seorang pengusaha Yahudi sukses pada masanya. Theodor mempunyai satu saudara perempuan bernama Pauline Herzl, yang lebih tua satu tahun dari dirinya. Namun, Pauline meninggal pada 7 Februari 1878, akibat sakit tifus.
Pada tahun 1878, Theodor masuk jurusan Hukum di Universitas Wina, tetapi setelah satu tahun kuliah di jurusan hukum, ia memutuskan untuk beralih ke jurusan jurnalistik. Setelah menyelesaikan studinya, ia bekerja untuk Allgemeine Zeitung of Vienna sampai tahun 1892. Setelah itu ia kemudian mengambil tugas di Paris sebagai koresponden Vienna Neue Freie Presse. Dalam kapasitasnya sebagai koresponden ia membuat laporan tentang kasus Dreyfus pada 1894.
Kapten Alfred Dreyfus, seorang perwira Yahudi di tentara Perancis, yang secara tidak adil dituduh melakukan pengkhianatan, terutama karena pada saat itu atmosfer anti-Semit yang begitu kuat. Theodor menyaksikan masa berteriak “Matilah orang-orang Yahudi” di Perancis, ia sangat terganggu atas sikap anti-semit tersebut, dan memutuskan bahwa hanya ada satu solusi: imigrasi massal orang Yahudi ke tanah yang dapat mereka sebut milik mereka sendiri. Dengan demikian, kasus Dreyfus menjadi salah satu penentu dalam genesis Politik Zionisme.
Pendirian World Zionist Organization
Pada tahun 1896, Herzl memulai karir politiknya dengan melakukan publikasi pamflet berjudul “the jewish state: an attempt at a modern solution of Jewish question”. Kemudian pada tahun yang sama, ia membuat doktrin yang sistematis di dalam bukunya yang berjudul “Negara Yahudi” (Der Jundenstaat), Herzl percaya bahwa orang-orang Yahudi hanya memiliki sedikit pilihan selain untuk memulai mengumpulkan orang-orang Yahudi di satu wilayah yang mempunyai otoritas kedaulatan sendiri.
Untuk mencapai tujuan ini, ia menyelenggarakan Kongres Zionis Pertama, yang berlangsung di Basel, Swiss, pada bulan Agustus 1897. Pertemuan ini menandai berdirinya Organisasi Zionis Dunia, yang mana eksekutif organisasi ini menjadi perwakilan diplomatik dan administrasi gerakan Zionis dunia. Herzl menjadi presiden organisasi tersebut, dan menempati posisi tersebut hingga kematiannya.
Usaha Pendirian Negara Israel
Zionisme merupakan suatu gerakan politik, yang sangat berbeda dengan Yudaisme Yahudi yang hanya berfokus pada kegiatan spiritual dan tidak mengenal program politik apapun. Zionisme sebagai gerakan politik, mempuyai pronsip-prinsip dan kepentingan yang berhubungan dengan kekuasaan. Pertama-tama, berlawanan dengan Yudaisme sebagai sebuah gerakan keagamaan, Herzl dalam pandangan-pandangan yang dikemukakannya, bersikap mengingkari agama secara radikal serta menentang dengan keras, semua orang yang merumuskan Yudaisme sebagai sebuah agama.
Dari prespektif Zionis, orang-orang yahudi merupakan sebuah bangsa. Hal ini dirasa masuk akal, karena perhatian utama Herzl sendri bukanlah menyangkut masalah keagamaan, tetapi justru masalah-masalah yang bersifat politik. Pola pikir tersebut dihasilkan setelah dirinya melihat langsung peristiwa Dreyfus. Sehingga ia bisa membuat kesimpulan:
- Orang-orang Yahudi, dimanapun juga mereka berada di permukaan bumi, di negara manapun juga mereka bertempat tinggal, akan tetap saja merupakan sebuah bangsa yang tunggal.
- Mereka selamanya dan di mana saja selalu menjadi korban pengejaran.
- Mereka sama sekali tidak dapat diasimilasikan oleh negara-negara di mana mereka telah bertempat tinggal sekian lamanya.
Sebagai implikasi dari ketiga kesimpulan ini, Herzl menginginkan tiga hal bagi bangsa Israel. Pertama, penolakan asimilasi di tengah bangsa Israel. Kedua, pendirian sebuah negara-bangsa Israel bagi orang-orang Yahudi yang berserakan di muka bumi. Negara-negara tersebut bukanlah kerajaan Tuhan, bukan pula pusat dakwah Yudaisme. Ketiga, Negara-Bangsa Israel harus didirikan di suatu daerah kosong atau dikosongkan.
Masalah terpenting dari ketiga poin di atas adalah daerah yang akan dijadikan negara bagi bangsa Israel tersebut. Inggris sebagai sekutu terdekat negara super power menawarkan negeri Uganda. Sementara, Baron Hirch menawarkan suatu daerah di Argentina. Namun, Herzl menolak kedua tawaran sekutu zionis tersebut. Ia lebih tertarik kepada Palestina, meskipun buka karena maksud atau demi niatan agama. Suatu hal pasti, Herzl ingin memanfaatkan Yudaisme sebagai bahan propaganda Zionisme.
Pilihan Herzl terhadap Palestina sebagai daerah bakal Negara Bangsa Israel sesungguhnya lebih didasarkan pada pertimbangan teknis. Pilihan terhadap Palestina diharapkan akan mengundang dukungan dari rabi-rabi Yahudi berserta kelompoknya. Karena, mereka merindukan berziarah ke tanah suci Zion, sekaligus memiliki harapan tentang terbentuknya kerajaan Tuhan. Seandainya hal ini terjadi, renacan mendirikan Negara-Bangsa Israel akan segera terlaksana dan terwujud. Herzl merasa kesulitan untuk mengajak bangsa Israel yang telah tersebar di Eropa, Asia, dan Afrika, dan Amerika untuk membangun kehidupan baru di negeri asing lain, seperti Uganda.
Demikian pembahasan Zionisme sebagai gerakan politik, organisasi yang dimotori oleh Theodor Herzl ini, merupakan pelopor dari ide pendirian negara Israel di tanah Palestina. Untuk kelanjutan dari pembahasan sejarah pendirian negara Israel, akan dibahas di artikel selanjutnya Theodor Herzl dan Usaha Pendirian Negara Israel Part 2.
BIBLIOGRAFI
Bakar, Abu. 2008. Berebut Tanah Suci Palestina (Yogyakarta: Insan Madani).
Coleman, John. 2013. Rohschild Dynasti: Mengungkap Garis Keturunan Zionis dan Strategi Nenek Moyang Mereka dalam Mengendalikan Dunia (Jakarta: Change Publication).
Garaudy, Roger. 1988. Zionis Sebuah Gerakan Keagamaan dan Politik(Jakarta: Gema Insani).
Hermawati. 2005. Sejarah Agama dan Bangsa Yahudi (Jakarta: RajaGrafindo Persada).