Dinasti-Dinasti Islam Abad Pertengahan

Perkembangan Islam pada periode pertengahan dimulai dari tahun 1250 sampai tahun 1800, pada abad ini kemajuan pada bidang pengetahuan memang tidak sehebat periode klasik. Tapi pada periode ini juga berperan sangat penting terutama dalam persebaran Islam. Pada periode ini lah Islam menyebar hingga asia tenggara. Jika kita membahas Islam periode pertengahan kita bisa membaginya ke dalam dua fase, yaitu : fase kemunduran yang dimulai dengan hancurnya dinasti Abbasiyah (1250an) dan Fase Tiga kerajaan besar (1500-1800).

Awal periode ini yaitu fase kemunduran dan transisi. Dengan luluh lantahnya Baghdad otomatis dunia Islam kehilangan pusat peradaban mereka, dan itu membawa impact yang sangat terasa bagi kehidupan Islam setelahnya. Banyak dinasti-dinasti Islam yang bermunculan setelah hancurnya Bani Abbasiyah. Akan tetapi kesultanan-kesultanan baru ini justru saling berkonflik satu sama lain. Sehingga tidak ada perkembangan yang berarti pada fase ini. Kemudian setelah fase kemunduran ada fase Tiga kerajaan besar.

Ketiga kerajaan ini adalah Kerajaan yang sangat disegani pada masanya, terutama kekuatan militernya. Dengan kekuatan militernya, Kerajaan-kerjaan ini mempunyai wilayah yang luas. Akan tetapi ketika negara-negara Eropa mulai bangkit dari keterpurukan justru tiga kerajaan ini menjadi terpuruk. Sehingga akhirnya wilayah kekuasaannya yang awalnya sangat luas, perlahan-perlahan terkikis dan dikuasai oleh bangsa Eropa. Akan tetapi terlepas dari itu semua, sesungguhnya masih banyak perkembangan-perkembangan yang masih bisa kita gali, dari Islam pada periode pertengahan ini.

Fase Transisi  Abad Pertengahan

Periode awal perkembangan pada periode pertengahan ini ditandai dengan runtuhnya pusat peradaban Islam di Baghdad, yang diakibatkan oleh serangan bangsa Mongol dan konflik internal pemerintahan Abbasiyah. Baghdad pada masa dinasti Abbasiyah dulu dikenal sebagai pusat bagi keilmuwan dunia. Banyak sekali Ilmu-ilmu berharga yang ada di kota Baghdad. Akan tetapi semua peninggalan itu sudah tidak ada bekasnya sama sekali, semua peninggalan-peninggalan kota Baghdad itu telah dimusnahkan pasukan Mongol. Keruntuhan dan kehancuran pusat peradaban Islam ini membawa dampak yang sangat besar bagi perkembangan politik umat Islam setelahnya. Pada fase ini muncul beberapa dinasti besar diantaranya :

  1. Dinati Timuriyah

    Timurid

Setelah lebih dari satu abad umat Islam menderita dan berusaha bangkit dari kehancuran akibat serangan bangsa Mongol. Badai malapetaka kembali menerpa , yaitu serangan yang juga dari keturunan bangsa Mongol. Berbeda dari Hulagu Khan dan keturunannya pada dinasti Ilkhan, penyerang kali ini sudah masuk Islam, tetapi sisa kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat. Serangan ini  dipimpin oleh Timur Lenk pendiri dinasti Timuriyah. Timur sendiri adalah penganuut Syiah yang fanatik, yang memandang bahwa orang yang bukan Syiah meskipun beragama Islam adalah orang sesat.

Pada masa Timur Lank inilah justru terjadi pembantaian  umat Islam, di setiap ekspansinya pasti disertai pembantaian. Setelah menaklukan Jata dan Khawarizm. Di setiap negeri yang ditaklukannya ia membantai penduduk yang melakukan perlawanan. Di Afghanistan, bahkan ia membangun menara yang disusun dari 2000 mayat. Di Iran ia membantai kurang lebih 70.000 penduduk. Dan menyusunnya menjadi menara. Dia melakukan ekspansi sampai ke Moskow dan India. Bahkan pada masa kepemimpinan Timur Lank, dinasti ini bisa mengalahkan Kerajaan Usmani dan menawan Bayazid I. Pembahasan lebih dalam mengenai dinasti Timuriyah dapat dibaca di sini

  1. Dinasti Mamluk

    mamluk

Dinasti yang didirikan oleh seorang bekas budak dan istri al-Ayubi yang bernama Shajarah al-Dhur (1249). Pada awal berdirinya ia tidak mendapat dukungan dari Baghdad dan skhirnya dijatuhkan, selanjutnya kesultanan dipegang Amir Aybek, yang kemudian menikah dengan al-Dhur.Dinasti Mamluk memerintah di Mesir dalam janka waktu yang panjang (1249-1517), menghiasi catatan penting dalam sejarah Islam. Dinati Mamluk juga menghadapi ancaman dari agresi oleh bangsa Mongol di daerah antara Baisan dan Nablus di Palestina.

mamluk vs mongol
mamluk vs mongol

Dalam peristiwa ‘Ain Jalut yang terjadi tiga tahun pasca kehancuran Baghdad, dimana tentara Mongol yang dipimpin Ketbuga kalah dalam peperangan menghadapi Mamluk, maka selamatlah pusat peradaban ke II dunia islam, Kairo, Mesir. Setelah Baybar menang atas Mongol di ‘Ain Jalut, demi persatuan Islam, ia mencari sisa keturunan Abbasiyah yang masih hidup yaitu Ahmad dan sumpah setia kepadanya sebagai Khalifah Abbasiyah. Setelah tiga tahun vakum kekhalifahan Islam, kekhalifahan Abbasiyah muncul kembali sebagai boneka dari penguasa Mamluk. Untuk mengetahui lebih detail mengenai sejarah dinasti Mamluk, dapat dibaca di artikel dinasti Mamluk.

Masa Tiga Kerajaan Besar.

Setelah umat Islam mengalami fase transisi atau fase kemunduran. Keadaan umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar : Usmani di Turki, Mughal di India dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani, di samping yang pertama berdiri juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya.

  1. Turki Utsmani

    Ottoman_Empire_b

Kerajaan Usmani didirikan pada tahun 1290 oleh Usman putera dari al-Tugril. Pada awalnya kerajaan Turki hanya memiliki wilayah yang sangat kecil, pemberian dari sultan Seljuk yang bernama Alauddin sebagai tanda balas jasa kepada al-Tugril yang membantunya mengusir Mongol. Alaudin memberikan daerah Iski Shahr dan sekitarnya kepada al-Thugril.

Namun dengan adanya dukungan militer, tidak berapa lama Usmani menjadi kerajaan yang besar dan bertahan dalam kurun waktu lama. Dengan naik tahtanya putera Usman yang bernama Orkhan, membawa kemajuan yang sangat besar terutama dalam bidang militer. Pada periode ini tentara Islam pertama kali masuk ke Eropa. Orkhan membagi pasukan utama tentara menjadi tiga : Sipahi (tentara reguler), Hazeb (tentara ireguler), Jenisari. Setelah mempunyai kemiliteran yang kuat, Usmani mulai melakukan ekspansi untuk memperluas wilayahnya mulai Adrionopol hingga penaklukan Kosovo. Namun penaklukan terbesar adalah penaklukan Konstantinopel pada masa kepemimpinan Muhammad al-Fatih, penaklukan ini sekaligus menjadi awal kehancuran Bizantium. Pada masa al-Fatih ini juga disahkan undang-undang baru Islam yang disahkan dalam qanun namah.

Pada masa Salim II setelah menaklukan Sultan Mamluk (1517M). Ia memindahkan khalifah boneka bani Abbas ke Konstatinopel dan secara paksa mengambil gelar sakral dan selanjutnya digunakan oleh Sultan Turki, Salim I. Sejak pemindahan jabatan sakral dari Kairo ke Konstatinopel, maka sejak itu nama Konstatinopel diganri menjadi Istambul dan ibu kotanya dipindahkan ke kota tersebut.

Puncak kejayaan Usmani terjadi saat kepemimpinan Sulaiman al-Qanuni. Sulaiman bukan hanya sultan yang terkenal di kalangan Turki Usmani, akan tetapi pada awal abad 16 ia adalah kepala negara paling terkenal di dunia. Ia seorang penguasa yang saleh. Ia berhasil menegakkan syariat Islam. Sulaiman juga berhasil menerjemahkan al-Qur’an dalam bahasa Turki. Sulaiman juga berhasil menyusun kitab undang-undang (qanun). Kitab tersebut diberinama Multaqa al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum Turki Usmani hingga datangnya reformasi pada abad 19. Pada saat terjadi pertentangan antara Katolik dan Protestan, yang diantaranya lari untuk meminta suaka politik kepada Khalifah Sulaiman. Mereka diberi kebebasan untuk memilih agama, dan diberikan tempat di Turki Usmani. Setelah Sulaiman, Turki Usmani mengalami kemunduran.

Selain perkembangan Politik, terdapat perkembangan budaya dan Ilmu pada masa kerajaan ini antara lain :

  • Bidang agama :

Agama dalam tradisi Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Kerajaan sangat terikat dengan syariat. Pada masa Turki Usmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tareka yang paling berkembang ialah tarekat Bektasyi dan Maulawi. Di pihak lain kajian ilmu keagamaan boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yan gberarti, para penguasa lebih cenderung menegakkan satu mazhab.

Akibat dari kelesuan di bidang ilmu agama dan fanatik yang berlebihan, maka ijtihad tidak berkembang. Bagaimanapun, kerajaan Usmani banyak berjasa dalam persebaran Islam. Ekspansi kerjaan ini untuk pertama kalinya lebih banyak ditujukan ke Eropa Timur yang belum masuk dalam wilayah kekuasaan dan agama Islam.

  • Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya

Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudyaan, diantaranya dalah kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak mengambuk ajaran tentang etika. Sedangkan ajaran tentang prinsp ekonomi, sosial dan kemayarakatan mereka terima dari bangsa arab. Hal ini dikarenakan orang-orang Turki dikenal sebagai bangsa yang mudah berasimilasi.

Sebagai bangsa yang berdarah militer, Usmani lebh bayak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan, mereka keliatan tidak begitu menonjol. Namun demikian pada masa itu banyak bangunan yang di bangun dan di hias dengan arsitektur yang indah, ini menandakan dalam hal arsitektur terdapat perkembangan yang berarti.

  1. Kerajaan Safawi

    safawi

Ketika kerajaan Usmani sudah mencapai puncak kemajuannya, kerajaan Safawi di Persia baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat. Kerajaan Safawi menyatakan Syiah sebagai mazhab negara. Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, Azerbajian.  Tarekat ini diberi nama tarekat Safawiyah didirakan pada waktu yang sama dengan berdirinya Turki Usmani. Kerajaan ini berdiri pada 1501M dan didirikan oleh Ismail, setelah berhasil menaklukan Tabriz ibukota AK Kyoyunlu. Hanya dalam waktu sepuluh tahun wilayah kekuasaan imperium ini sudah meliputi Persia dan bagian timur Bulan Sabit Subur.

Namun kekalahan Kerajaan Safawi melawan Usmani pada tahun 1514 di Chaldiran dan hampir direbutnya kerajaan, nampaknya memberikan goncangan moral hebat kepada Ismail. Kehidupan Ismail berubah, ia lebih senang menyendiri, menempuh kehidupan hura-hura dan berburu. Kondisi ini menimbulkan dampak negatif bagi kerajaan Safawi, yaitu persaingan segitiga antara pimpinan suku-suku Turki, pejabat keturunan Persia dan Qizilbah dalam merebut pengaruh memimpin kerajaan.

Kondisi memprihatinkan baru bisa diatasi setelah raja Safawi kelima, Abbas I, naik tahta. Langkah yang ditempuhnya yaitu pertama membentuk pasukan baru dari para budak, untuk menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash. Kedua mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani. Untuk mewujudkannya ia menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia dan sebagain Luristan. Disamping itu ia tidak akan menghina tiga khalifah pertama dalam Islam dalam khotbah jumat.

Usaha-usaha yang dilakukan Abbas berhasil membuat kerajaan Safawi kuat kembali. Setelah kekuatan terbina dengan baik, ia berusaha mendapatkan wilayah kekuasaanya dari Turki Utsmani. Pada tahun 1602M, pasukan Abbas menyerang dan berhasil menguasai Tabriz, Sirwan dan Baghdad. dan dilanjutkan menguasai beberapa kota dari wilayah kekuasaan Usmani. Selanjutnya Abbas I merebut kepulauan Hurmuz dan mengubag pelabuhan Gumrun menajdi pelabuhan bandar Abbas.

Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan Kerajaan Safawi. Secara politik, ia mampu mengatasi beberbagai kemelut di dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan berhasil merebut kembali wilayah-wilayah yang pernah direbut kerajaan Usmani.

Kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi tidak hanya terbatas di bidang politik. Kemajuan lain adalah sebagai berikut :

  • Bidang Ilmu Pengetahuan

Dalam sejatah Islam bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperdaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pada masa Kerajaan Safawi tradisi keilmuan ini terus berlanjut. Ada beberapa ilmuwan yang selalu hadir di majelis istana, yaitu Baha Al-Din Al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar Al-din, filosof dan Muhammad Baqir ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog. Dalam bidang ini kerajaan Safawi boleh dikatakan lebih berhasil dari dua kerjaaan besar Islam lainnya pada masa yang sama.

  • Bidang Agama

Syiah menjadi ajaran resmi negara, dengan tokohnya Shah Ismail yang dijuluki raja orang-orang Syi’ah. Pada masa Abu Sa’id wilayah Persia sudah mulai tertanam ajaran Syi’ah secara menyeluruh. Dan pada masa Shah Abbas I berkuasa, kota Qum telah menjadi pusat penelitian Mazhab Syiah terbesar pada saat itu. Tidak mengherankan pada masanya kerajaan Safawi menjadi pusat dari sumber penyebaran ajaran Syiah ke seluruh dunia.

  • Bidang Kebudayaan dan Kesenian

Kebudayaan dan kesenian kerajaan Safawi dapat disejajarkan dengan peradaban-peradaban agung di belahan dunia lainnya seperti Mongol dan Turki. Salah satu yang terkenal adalah bangunan yang masyhur dengan nama Cehel Sultun  yang berada di atas empat puluh pilar yang kokoh. Mereka juga berhasil memproduksi karpet dan permadani yang istimewa.

Pembahasan lebih mendalam dapat dibaca di artikel dinasti Safawiyah

  1. Kerajaan Mughal

    mughal

Kerajaan Mughal di India, merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di dunia yang menghiasi sejarah umat Islam, pada periode abad pertengahan. Pendiri kerajaan ini adalah Zahirudin Muhammad, dikenal dengan Babur. Ia putra dari Miransah, putera ketiga dari Timur Lank.Pada tahun 1525M hanya dengan mengandalkan 13.000 orang tentara dan meriam Babur dapat menaklukan Punjab. Setelah berhasil menaklukan Punjab, membuka jalan untuk meneruskan serangan ke Delhi.

Pada 21 April 1526 M, terjadilah peperangan dahsyat di Panipat, Sultan Ibrahim mempertahankan negeri bersama 100.000 tentara dan 1000 kendaraan gajah. Namun Babur mampu memenangkan pertempuran karena ia menggunakan senjatu api berupa meriam, dan akhirnya Sultan Ibrahim gugur bersama 25.000 pasukannya. Dengan ditaklukannya Sultan Ibrahim, maka terbukalah kesempatan bagi Babur untuk mendirikan kerajaan Mughal di India.

Setelah Humayun putera sekaligus penerus dari Babur berhasil merebut kembali wilayah Mughal yang sempat dikuasai Samar Khan. Mughal mengalami puncak kejayaan pada masa Muhammad, putera Humayun yang diangkat dengan gelar Abu Fath Jalaluddin dan gelar yang paling terkenal adalah Sultan Akbar Agung. Ia menjadi raja terbesar di antara raja-raja Mughal di India. Kekuasaannya hampir seluruh wilayah anak benua India. Ia dikenal sebagai pribadi yang jenius, bijaksana, ahli perang dan administrator negara yang ulung. Selain itu, ia juga dekenal sebagai tokoh perbandinga Agama dengan konsep Din-e-Illahinya. Akbar menerapkan politik Universal. Dengan politik ini, semua rakyat India dipandang sama.

Wilayah imperium juga dibagi menjadi sejumlah provinsi dan distrik yang dikelola oleh seorang uang dipimpin oleh pejabat pemerintah pusat untuk mengummpulkan pajak dan mencegah penyalahgunaan oleh kaum petani.

Raja yang sangat berperan dalam persebaran Islam di India adalah Aurangzeb. Dia memberikan corak keislaman ditengah masyarakat Hindu. Aurangzeb mengjak rakyatnya untuk masuk Islam, ia menyuruh arca-arca Hindu ditanam dibawah jalan-jalan menuju masjid agar orang Islam setiap harinya menginjak arca-arca tersebut. Kebijakan dari Aurangzeb ini mendapat kecaman keras dari kalangan Hindu, yang justru balik menentangnya. Tindakan Aurangzeb itu pula yang pada akhirnya membawa kerajaan Mughal mengalami masa kemunduran.

Setelah Aurangzeb wafat raja-raja berikutnya mulai lemah. Kerajaan Mughal dan rajanya tidak lebih hanya sebagai simbol dan lambang belaka, bahkan raja hanya diberi gaji kolonial Inggris yang telah datang untuk biaya hidup tinggal di dalam Istana. Seperti dua kerajaan besar, kerajaan Mughal selain mengalami perkembangan di bidang politik, juga mengalami perkembangan di bidang agama dan peradaban.

  • Bidang Agama

Pada masa Sultan Akbar, perkembangan agama Islam di kerajaan mencapai suatu fase yang menarik, di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebiah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din-i-Illahi. Pada prakteknya Din-i-Illahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam. Namin konsep ajaran ini adalah menyatukan seluruh umat beragama di India.

Berkembangnya aliran keagamaan di India disebabkan, penguasa Mughal yang terlalu memberi tempat bagi Syi’ah untuk mengembangkan pengaruhnya. Pada kepemimpin Aurangzeb berhasil disusun suatu risalah hukum Islam yang dinamakan Fatwa Alamgiri. Hukum ini ditujukan untuk meluruskan dan menjaga syari’at Islam yang nyaris kacau akibat politik Din-i-Illahi.

  • Bidang Budaya dan Seni.

Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan kebaikan manusia gubahan Muhammad Jayazi. Dalam bidang arsitektur terdapat peninggalan berarsitek tinggi, yaitu Taj Mahal, yang dibangun pada masa Shah Jahan untuk mengenang permaisurinya yang telah meninggal.

Reaksi Umat Islam Atas Kehadiran Bangsa Eropa di Negara Muslim

Bersamaan waktunya dengan kemunduran tiga kerajaan Islam di periode abad pertengahan. Eropa sedang mengalami kemajuan deangan pesat. Gerakan renaisands melahirkan perubahan-perubahan besar dalam sejarah dunia. Dengan lahirnya renaisans, Eropa bangkit kembali untuk mengejar ketertinggalan mereka. Terangkatnya perekonomian Eropa disusul pula dengan penemuan dan perkembangan pengetahuan.

Sementara kemrosotan kaum Muslimin tidak terbatas dalam bidang ilmu dan kebudayaan saja, melainkan juga di segala bidang. Akibat hal ini Barat mulai mencoba menguasai daerah kekuasaan tiga kerajaan besar Islam pada masa pertengahan. Di India pada akhir masa Sultan Akbar, East India Company berdasarkan surat resmi dari ratu Elisabeth masuk ke India. Kelompok ini mendapat mandat penuh untuk berdagang di India. Mereka mendapatkan momentum untuk menguasai India bersamaan dengan melemahnya Mughal. Pada 23 juni 1757, terjadi perang antara raja Nawab di medan perang Polashi. Inggris memenangkan tersebut dan mulailah Inggris menguasai India baik secara ekonomi maupun politik.

Sejak masuknya Inggris di India, rakyat India protes dan melawan melalui beberapa wadah, di antaranya gerakan pemberontakan Faqir. Para petani pun juga ikut serta dalam gerakan melawan Inggris, namun gerakan perlawanan para petani dapat dikalahkan.

Kondisi yang hampir sama tejadi di wilayah kekuasaan Usmani. Dengan melemahnya kerajaan, stagnasi dalam lapangan ilmu teknologi dan diiringi berkembang pesatnya teknologi persenjataan Eropa yang sangat maju, menjadikan kekuatan-kekuatan Eropa tanpa segan-segan menjajah dan menduduki daerah-daerah Muslim yang dulunya berada di bawah kekuasaan Usmani, terutama di Timur Tengah dan Afrika Utara. Meskipun Usmani berusaha keras mempetahankan wilayah kekuasaannya, namun gempuran-gempuran dahsyat dari Eropa menjadikan mereka tidak mampu mempertahankan wilayahnya.

Saat Napoleon menduduki Mesir, Umat Islam mulai merasakan dan sadar akan kelemahan dan kemundurannya, sementara mereka juga merasa terkejut dengan kemajuan yang telah dicapai barat. Gelombang ekspansi Barat ke negara-negara muslim yang tidak dapat dibendung itu memaksa para pemuka Islam untuk memulao berpikir guna merebut kembali kemerdekaan yang dirampas.

BIBLIOGRAFI

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam .cet. 24; Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2013M.

Hamka. Sejarah Umat Islam Jilid III. cet. 3; Jakarta: Bulan Bintang. 1975M.

Karim, M. Abdul. Sejarah pemikiran dan peradaban islam. cet. IV; Yogyakarta; Bagaskara. 2012M.

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *