Perjanjian Versailles merupakan perjanjian damai paling penting yang mengakhiri Perang Dunia I. Perjanjian itu ditandatangani pada tanggal 28 Juni 1919 di Versailles, tepatnya lima tahun setelah pembunuhan terhadap Archduke Franz Ferdinand.
Meskipun gencatan senjata yang ditandatangani pada 11 November 1918 mengakhiri pertempuran yang sebenarnya, Sekutu memerlukan waktu enam bulan di Konferensi Perdamaian Paris untuk mengesahkan perjanjian damai tersebut.
Perjanjian Versailles mengartikulasikan kompromi yang dicapai pada konferensi tersebut. Di antara poin penting yang dicapai adalah pembatasan kekuatan militer Jerman dan penggantian ganti rugi perang.
Story Guide
Negara-Negara yang Hadir dalam Konferensi Paris
Pada hari Sabtu, 18 Januari 1919, Konferensi Perdamaian Paris dibuka di markas besar Kementerian Luar Negeri Prancis di Paris. Setidaknya 32 negara pendukung sekutu menghadiri konferensi ini. Para juru damai adalah kelompok yang beragam. Beberapa mewakili kekuatan dunia besar seperti Amerika Serikat, Kerajaan Inggris, dan Jepang. Sementara lainnya berbicara untuk kekuatan yang lebih rendah seperti Belgia, Kuba, Siam (Thailand), dan Cekoslovakia.
Satu kekuatan besar yang tidak hadir dalam pertemuan itu adalah Rusia. Meskipun pasukan Rusia jarang memenangkan pertempuran, namun jika diukur dari prajurit yang gugur negara itu paling berkontribusi. Dari bulan Agustus 1914 sampai akhir tahun 1917, sekitar 1,7 juta tentara Rusia tewas. Jumlah itu sekitar 30 persen dari seluruh pasukan Sekutu yang gugur dalam Perang Dunia I.
Terlepas dari alasan kuat untuk memasukkan Rusia dalam perundingan tersebut, pejabat Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat tetap tidak mengundang perwakilan pemerintah Rusia baru ke Konferensi Perdamaian Paris.
Sejak Bolshevik menggulingkan pemerintahan Tsar, Sekutu telah melihat pemerintahan Bolsevhik sebagai sebuah ancaman. Untuk membenarkan pengecualian Rusia dalam konferensi tersebut, Ketua Dewan Clemenceau berpendapat bahwa kaum Bolshevik telah kehilangan hak mereka untuk duduk di meja perdamaian setelah menarik diri dari pertempuran pada akhir tahun 1917 dan menegosiasikan sebuah perjanjian perdamaian yang terpisah dengan Jerman beberapa bulan kemudian.
Selain Rusia, negara lain yang tidak hadir dalam konferensi itu adalah Jerman. Pada awalnya Presiden Wilson dan Perdana Menteri Lloyd George mempunyai gagasan untuk mengundang perwakilan pemerintah republik Jerman yang baru didirikan, tetapi Clemenceau menentang gagasan tersebut.
Pembentukan Dewan Sepuluh
Konferensi Perdamaian di Paris memang dihadiri 32 negara, namun sebagian besar keputusan penting tidak dapat dipungkiri diambil oleh Sekutu utama (Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis) yang dikenal dengan Dewan Tertinggi. Untuk menghormati kekuatan yang lebih rendah, Sekutu utama menyatakan bahwa delegasi dari semua negara anggota Sekutu yang diakui di majelis dapat menghadiri Konferensi Pleno mingguan, di mana isu-isu terkait perjanjian akan dibahas dalam forum umum.
Anggota Konferensi Pleno juga diberi kesempatan untuk membentuk komisi yang dipercayakan untuk mempelajari dan membuat rekomendasi mengenai berbagai aspek penyelesaian perdamaian, seperti pembentukan organisasi penjaga perdamaian internasional dalam 14 point yang diusulkan Wilson.
Setelah melalui beberapa perdebatan, perencana konferensi memutuskan bahwa Dewan Tertinggi, yang dinamai Dewan Sepuluh, akan terdiri dari dua perwakilan masing-masing dari hanya lima negara. Komite elit ini mencakup empat kekuatan Barat terkemuka – Prancis, Inggris Raya, Amerika Serikat, dan Italia – dan satu kekuatan Timur yang sedang naik daun – Jepang.
Sasaran Prancis dalam Dewan Sepuluh
Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak ada negara lain dalam Dewan Sepuluh yang menderita kerugian lebih banyak dibandingkan Prancis. Sekitar 1,3 juta tentara Prancis gugur dalam Perang Dunia I, bersama dengan setidaknya 400.000 warga sipil Prancis. Belum ditambah kerusakan infrastruktur berat karena menjadi medan pertempuran utama selama empat tahun.
Kondisi tersebut menyebabkan Clemencau bersikeras menuntut Berlin membayar ganti rugi dari kerugian yang diderita. Namun, ada motif lain dari ambisi Clemencau yaitu melemahkan kekuatan Jerman yang selama lima dekade menjadi ancaman bagi Prancis.
Berdasarkan pengalaman masa lalu Prancis, Clemenceau ingin memastikan bahwa Jerman tidak akan cukup kuat untuk menguasai tanah airnya. Oleh karena itu, ia mengusulkan syarat perdamaian yang berat, sehingga dapat melemahkan ekonomi, militer, dan teritorial Jerman. Bagi Clemenceau, penyelesaian damai yang ideal tidak hanya melucuti angkatan laut Jerman, tetapi juga secara drastis mengurangi jumlah tentaranya.
Selanjutnya, Clemenceau ingin memperkecil ukuran wilayah Jerman, dengan memaksa mereka melepaskan wilayah Rhineland, bagian dari Jerman yang terletak di sebelah barat Sungai Rhine. Terakhir, selain memulihkan provinsi Alsace dan Lorraine di Prancis, Clemenceau menginginkan para juru damai tersebut untuk memberikan tambah bijih besi di Jerman bagian baratdan Lembah Saar yang kaya batubara, sebagai bentuk kompensasi ratusan tambang dan pabrik Prancis yang hancur selama perang dan untuk selamanya melemahkan ekonomi industri Jerman.
Perbedaan Tujuan Perdamaian Inggris Raya, Italia, dan Jepang
Sama dengan Clemenceau, negosiator utama Inggris di Dewan Sepuluh, Perdana Menteri Lloyd George, juga berharap dapat mengurangi kemampuan militer Jerman, terutama di laut. Keinginan itu muncul setelah Jerman menjadi saingan utama Inggris dalam bidang angkatan laut sejak perang belum dimulai.
Inggris juga menginginkan pembayaran ganti rugi dari Jerman. Namun berbeda dengan Prancis, Lloyd George justru menginginkan agar Jerman tetap menjadi kekuatan ekonomi yang layak, baik sebagai mitra dagang dan sebagai kekuatan untuk mengimbangi Bolshevik Rusia dan Prancis. Ia percaya bahwa menjaga keseimbangan kekuasaan di benua adalah tujuan terbaik perdamaian dan keamanan nasional Inggris.
Sementara itu, Perdana Menteri Italia Vittorio Orlando, mempunyai tujuan untuk memperkuat klaim negaranya terhadap wilayah Austro-Hungaria yang dijanjikan oleh Traktat London tahun 1915. Orlando tidak pernah meragukan bahwa Italia pantas mendapatkan rampasan perang yang digariskan dalam kesepakatan rahasia Sekutu. Ia menganggap itu sebagai kompensasi yang pantas atas kerugian ekonomi dan manusia negara tersebut selama perang.
Namun, Prancis, Inggris, dan Amerika tidak terlalu terkesan dengan usaha Italia dalam perang. Lloyd George dan Clemenceau pada khususnya “menganggap orang Italia tidak bertempur dengan sungguh-sungguh”.
Selain itu, pada bulan Januari 1919, sebagian besar wilayah baru yang diinginkan Orlando tidak lagi berada di bawah kendali Austria atau Hungaria, termasuk pantai Dalmatian dan pelabuhan Adriatik Fiume (sekarang Rijeka, Kroasia). Sebaliknya, wilayah tersebut telah menjadi bagian negara berkembang Yugoslavia, yang semula dikenal sebagai Kerajaan Serbia, Kroasia, dan Slovenia. Orang-orang Serbia juga telah berjuang dengan gagah berani selama perang, sehingga Prancis, Inggris, dan Amerika enggan untuk mengakomodasi keinginan Italia.
Seperti Orlando, perwakilan Jepang, Sutemi Chinda dan Keishiro Matsui, duta besar Tokyo di Inggris Raya dan Prancis, berkepentingan untuk memperkuat klaim teritorial negara mereka. Pemerintah Jepang menginginkan konferensi perdamaian untuk mendukung pengambilalihan hak teritorial dan ekonomi Jerman di provinsi Shandong di Cina utara, yang telah diduduki tentara Jepang sejak mengusir Jerman pada tahun 1914. Chinda dan Matsui juga berharap bahwa Dewan Sepuluh akan memvalidasi klaim negara mereka di provinsi tersebut, bahkan dalam menghadapi protes kuat dari China
Meskipun Jepang hanya mengambil peran kecil dalam pertempuran selama Perang Dunia I dan menderita kerugian paling sedikit dibanding anggota Dewan Sepuluh lainnya, namun Inggris diam-diam menyetujui pengambilalihan Shantung sebagai bentuk imbalan bantuan angkatan lautnya di Laut Tengah pada tahun 1917.
Poin-Poin Perjanjian Versailles
Negosiasi memang telah dimulai sejak bulan Januari. Namun, poin pertama yang disahkan di dalam konferensi bukanlah penyelesaian masalah Jerman, tetapi pembentukan Liga Bangsa-Bangsa yang baru selesai digarap pada 28 April 1919. Oleh karena itu isu mengenai Jerman baru diangkat pada bulan Maret 1919.
Pada bulan ini, banyak isu rumit mengenai syarat perdamaian yang masih belum terselesaikan. Oleh karena itu Wilson, Lloyd George, dan Clemenceau memutuskan untuk merampingkan mekanisme pengambilan keputusan ketua konferensi tersebut, dengan menolak usulan setiap anggota lainnya kecuali tiga orang tersebut dan Perdana Menteri Italia Vittorio Orlando yang dikenal dengan nama Dewan Empat. Berikut penyelesaian masalah Jerman yang tertuang dalam Perjanjian Versailles:
Wilayah Jerman yang Lepas
Jerman kehilangan koloninya dan sebagian besar wilayahnya sendiri dalam perjanjian tersebut: Prusia Barat, bagian dari Prusia Timur, Schleswig, Upper Silesia, Danzig, dan Memel. Alsace- Lorraine juga kembali ke Prancis. Liga Bangsa-Bangsa yang baru didirikan sebagai bagian dari perjanjian tersebut, mengambil alih kendali wilayah Saar dan seluruh wilayah Rhineland diduduki selama 15 tahun.
Perjanjian tersebut juga mengatakan bahwa Jerman tidak dapat bersatu dengan Austria. Kerugian teritorial itu memangkas total penduduk Jerman sebesar 10 persen.
Pembatasan Militer
Salah satu isu pertama yang ditangani oleh “Dewan Empat” adalah resoluisi militer seperti apa yang harus ditetapkan untuk Jerman. Mereka bertekad untuk mencegah Jerman melakukan perang lain, sehingga semua anggota dewan menginginkan agar perjanjian tersebut dapat menekan kekuatan militer Jerman.
Pada akhirnya mereka menyisakan militer yang lebih mirip polisi dibanding bentuk tentara. Menurut ketentuan militer yang dirumuskan oleh dewan tersebut, wajib militer Jerman harus dihapuskan dan tentara dibatasi hanya 100.000 orang.
Kekuatan tempur Jerman juga sangat dibatasi setelah penggunaan pesawat militer, artileri berat, tank, atau senjata gas beracun dilarang. Hanya segelintir pabrik Jerman yang diberi wewenang untuk memproduksi senjata, amunisi, dan bahan perang lainnya.
Setiap toko senjata yang ada harus segera dimusnahkan. Dewan Empat juga sepakat bahwa angkatan laut Jerman harus dibatasi hanya 15.000 orang saja dan tidak boleh memiliki kapal selam. Seluruh armada kapal Jerman sendiri pada akhirnya ditenggelamkan.
Pembayaran Ganti Rugi Jerman
Menurut Pasal 231, Jerman dipaksa untuk mengakui kesalahan karena memulai perang dan harus membayar denda berat. Orang Jerman menyebutnya sebagai Pasal Pengakuan Dosa Perang. Denda Jerman mencapai 266 Goldmark atau setara dengan sekitar 63 miliar dolar A.S. saat itu.
Pejabat Jerman kaget dan marah saat mendengar tuntutan tersebut. Para ahli terkemuka saat itu turut memprotes bahwa pembayaran di Jerman dengan jumlah yang sangat besar dapat merusak ekonomi global.
Kendati demikian, Prancis dan Inggris tetap bersikeras menuntut pembayaran. Perjanjian tersebut mencakup klausul yang menyatakan bahwa Jerman dapat dihukum lebih jauh jika gagal membayar tepat waktu. Meski Jerman merasa dikhianati, mereka dipaksa untuk menandatangani atau mengambil risiko hukuman yang lebih besar.
Menteri Luar Negeri Jerman Hermann Muller dan Menteri Kolonial Johannes Bell akhirnya pergi ke Prancis untuk menandatangai perjanjian. Perjanjian itu ditandatangani pada 28 Juni 1919 di istana Versailles dan diratifikasi dalam Sidang Majelis Umum pada 9 Juli 1919.
Meskipun telah ditandatangani, Perjanjian Versailles terus mendapat kecaman dari orang-orang Jerman. Mereka terus mengeluh bahwa hal itu telah “didiktekan” kepada mereka dan melanggar semangat empat belas point perdamaian Wilsson. Selain itu untuk membayar biaya ganti rugi yang sedemikian besar menuntut pengorbanan yang dapat menghancurkan ekonomi mereka.
Pada tahun-tahun setelah diratifikasi, Perjanjian Versailles direvisi dan diubah, sebagian besar perubahan ini disukai oleh Jerman. Sejumlah konsesi dibuat di Jerman dan pada tahun 1938 hanya pasal mengenai permukiman teritorial yang tersisa.
BIBILIOGRAFI
Ackermann, Marsha E (ed). 2008. Encyclopedia Of World History: Crisis and Achievement 1900 to 1950. New York: Facts on File.
Graebner, Norman A. 2011. The Versailles Treaty and Its Legacy. Cambridge: Cambridge University Press.
Slavicek, Louise Chipley. 2010. The Treaty of Versailles. New York: Infobase Publishing.
Swayze, Alan. 2014. The End of World War I: The Treaty if Versailles and Its Tragic Legacy. Canada: Crabtree Publishing Company.