Awalnya kapal selam diciptakan untuk keperluan eksplorasi bawah laut. Namun, fungsi itu segera berubah setelah manusia menyadari kegunaan kapal selam untuk berperang.
Story Guide
Upaya Pengembangan Teknologi Kapal Selam
Ide kapal selam telah muncul pada tahun 332 SM. Kala itu, Alexander Agung menyelam ke laut menggunakan tong kaca untuk mempelajari ikan. Apabila upaya yang dilakukan Alexander Agung ini benar maka konsep kapal selam telah ada sejak 2.355 tahun lalu.
Pada tahun 1515, Leonardo Da Vinci mengonsep sebuah kapal yang dapat berlayar di bawah air dan menenggelamkan kapal lain. Namun, Da Vinci tidak pernah melanjutkan desain kapal selamnya karena takut disalahgunakan.
Beberapa tahun kemudian, William Bourne merancang desain pertama untuk kapal selam. Dalam rancangannya, ia turut menjelaskan prinsip perubahan volume yang dapat membuat kapal selam tenggelam dan muncul kembali. Akan tetapi, penemuannya melebihi ketersediaan teknologi dan material pada masa itu, sehingga harus terhenti pada tahap teori.
Walaupun penelitian Bourne mengalami kendala, bukan berarti penelitian untuk menciptakan kapal yang dapat bergerak di bawah air berhenti begitu saja. Sebaliknya, penelitian Bourne mengawali berbagai penelitian lanjutan kapal selam.
Memasuki abad ke-17, Cornelius van Drebbel berhasil menciptakan kapal selam yang mampu bergerak. Kapal selam bernama Drebbel I ini tercatat sebagai kapal selam pertama yang berfungsi.
Drebbel I mengambil bentuk perahu dayung yang tertutup dan digerakkan oleh 12 pendayung. Saat pendayung mulai mendayung, dek depan kapal yang landai membantu mendorong perahu untuk masuk ke dalam air.
Pada tahun 1636, Marin Mersenne memiliki ide bahwa kapal selam harus terbuat dari tembaga dan berbentuk silinder untuk dapat menahan tekanan air dengan lebih baik. Sejak saat itu, desain awal kapal selam semuanya memiliki bentuk seperti lumba-lumba.
Tidak butuh waktu lama bagi negara-negara untuk menyadari potensi militer dari kapal selam. Perang Inggris-Belanda Pertama antara tahun 1652-1654 menjadi pertempuran pertama yang menggunakan kapal selam.
Kapal selam sepanjang 22meter dirancang agar bisa mendekati kapal perang musuh tanpa terdeteksi. Kapal bersenjata battering ram ini bisa melubangi sisi kapal musuh, tetapi senjata ini kurang efektif karena hanya bisa digunakan sekali.
Dalam Perang Revolusi Amerika, muncul kapal Turtle buatan David Bushnell. Kapal tersebut mampu memompa air keluar dan masuk lapisan kapal untuk mengubah bobotnya. Teknologi ini memungkinkan perahu tersebut untuk naik dan turun di dalam air.
Kapal membutuhkan tiga orang untuk dapat bergerak. Satu orang mengendalikan arah kapal menggunakan kemudi yang diputar dengan tangan, sedangkan dua orang lainnya bertugas mengatur gerakan vertikal dan horizontal kapal.
Turtle menjadi kapal selam pertama yang menyerang kapal musuh menggunakan torpedo. Pada 6 September 1776, kapal ini mencoba menyerang kapal Inggris, HMS Eagle, di pelabuhan New York.
Namun, serangan itu gagal setelah ujung torpedo gagal menembus lambung kapal. Torpedo yang ditinggalkan itu akhirnya meledak sekitar satu jam kemudian. Saat Turtle hendak menyerang lagi, kapal ini lebih dulu terdeteksi dan dirampas oleh Inggris. Pada akhirnya Turtle ditenggelamkan bersama kapal pengangkutnya.
Di benua Eropa, Napoleon tertarik menggunakan kapal selam, Nautilus, buatan Robert Fulton. Dalam beberapa kali percobaannya, kapal itu berhasil mencapai kedalaman 7meter dan bergerak dengan kecepatan 4 knot. Kemudi yang diputar dengan tangan membuat kapal bergerak. Selain itu, kapal juga memiliki layar untuk mobilitas di atas permukaan air.
Nautilus sempat beberapa kali menyerang kapal-kapal Angkatan Laut Inggris. Akan tetapi, kapal selam itu terlalu mudah terdeteksi sehingga kapal-kapal musuh bisa dengan mudah menghindarinya. Kegagalan beberapa operasi militer ini menyebabkan Fulton dipecat.
Setelah sempat absen selama 50 tahun, kapal selam kembali digunakan dalam Perang Saudara Amerika. Dalam perang tersebut, kedua belah pihak menggunakan kapal selam yang teknologinya telah ditingkatkan.
Hancurnya USS Housatonic pada 1864, menandai keberhasilan pertama serangan kapal selam. Kapal selam CSS Hunley yang digerakkan dengan dayung menyerang Housatonic dengan bahan peledek. Dalam serangan itu kedua kapal hancur. Peristiwa ini menandai dimulainya perang di bawah permukaan laut.
Kapal Selam Modern
Kemunculan kapal selam modern tidak dapat dipisahkan dari kontribusi John Phillip Holland. Menjelang akhir abad ke-19, Holland menjadi orang pertama yang menggabungkan mesin listrik, baterai listrik, dan mesin pembakaran internal dalam sebuah kapal selam modern.
Meskipun pada awalnya Angkatan Laut Inggris tidak begitu tertarik dengan proyek pengembangan kapal selam, tetapi kecanggihan teknologi Holland membuat Inggris tidak bisa mengabaikannya.
Angkatan Laut Inggris akhirnya memerintahkan pengujian lima kapal selam Holland. Dalam uji coba itu, Holland berhasil menenggelamkan empat kapal perang.
Melihat keberhasilan itu, Inggris mulai mengalihkan dana pembuatan kapal perang untuk membangun armada kapal selam. Armada kapal selam itu terdiri dari kelas A hingga D. Untuk kapal selam kelas D dilengkapi dengan dek dan senjata geladak.
Rivalitas Jerman dan Inggris
Memasuki abad ke-20, Jerman muncul sebagai kompetitor Inggris dalam pengembangan kapal selam. Jerman menyelesaikan kapal selam pertamanya, U-1 (singkatan dari Unterseeboot 1), pada tahun 1905.
Kapal sepanjang 42meter ini mengombinasikan mesin diesel dan listrik untuk bergerak. Sementara untuk persenjataan kapal U-1 menggunakan satu tabung torpedo.
Menjelang Perang Dunia I, seluruh negara peserta perang menyertakan armada kapal selam. Akan tetapi, ukuran kapal-kapal ini relatif kecil, sehingga nilai militernya diragukan dan umumnya hanya untuk operasi di pesisir.
Kala itu, Inggris memiliki armada kapal selam terbesar di dunia dengan 74 kapal, sedangkan Jerman hanya mempunyai 20 kapal selam. Meskipun demikian, U-boat Jerman dikenal sangat efisien dan berbahaya. Ukurannya yang kecil membuat kapal tersebut sangat cocok digunakan untuk menyergap kapal Sekutu.
Walaupun kalah pada Perang Dunia I, Jerman terus berupaya mengembangkan kapal selamnya. Ilmuwan Jerman, Hellmuth Walter, berhasil mengembangkan sistem propulsi turbin yang menggunakan oksigen yang dihasilkan oleh hidrogen peroksida untuk mengoperasikan turbin saat terendam. Selain itu, Jerman juga berhasil mengembangkan perangkat snorkel. Teknologi ini muncul sebagai solusi untuk mengatasi kemajuan radar pendeteksi kapal selam.
Berkat berbagai pengembangan itu, strategi agresif U-boat Jerman kembali berlanjut pada Perang Dunia II. Saat menyerang, U-boat diibaratkan layaknya serigala yang tengah berburu.
Sekitar tujuh-delapan kapal U-boat menyerang kapal dagang pada malam hari, lalu tenggelam dan lenyap begitu saja. Strategi ini digunakan hingga tahun 1943, pada saat itu Jerman berhasil menenggelamkan lebih dari 3.000 kapal Sekutu.
Periode Pasca-Perang Dunia
Setelah Perang Dunia II, berbagai negara mengadopsi kecanggihan teknologi kapal selam Jerman. Pada masa ini, Amerika Serikat dan Uni Soviet memimpin pengembangan kapal selam.
Kendati demikian, Angkatan Laut Inggris yang tergabung pada blok Barat tetap menampilkan armada kapal selamnya untuk menghalau kapal selam Soviet. Inggris mengandalkan kapal selam jenis Amphion yang baru diluncurkan menjelang akhir Perang Dunia II. Kapal selam ini dilengkapi teknologi yang mutakhir, mulai dari snort mast (Pipa masuk udara), radar peringatan serangan udara, hingga perangkat sonar baru.
Perkembangan pengetahuan tentang nuklir juga mulai diaplikasikan pada kapal selam. Pada tahun 1955, Amerika Serikat meluncurkan kapal selam pertama bertenaga nukllir yang dinamai USS Nautilus.
Menurut laporan, kapal ini dapat naik ke permukaan dengan kecepatan 18 knot dan terendasm dengan kecepatan 23 knot. Nautilus didesain semakin mirip lumba-lumba, sehingga dapat menghabiskan lebih banyak waktu di bawah air. Pada saat yang sama Inggris juga mengembangkan kapal selam bertenaga nuklir, kapal itu diberi nama Dreadnought.
Kapal selam pada masa ini juga dilengkapi teknologi penyulingan oksigen dari air laut. Melalui proses ini kapal selam dapat terbenam selama berbulan-bulan, dengan satu-satunya batasan adalah makanan.
Walaupun kini Perang Dingin telah usia, pengembangan kapal selam terus berlanjut. Kapal jenis ini masih diyakini memiliki kemampuan yang efisien untuk meluncurkan operasi rahasia dan mengumpulkan informasi.
Daftar Pustaka
Blair, C. (2010). Hitler’s U-boat War: The hunters, 1939-1942. Modern Library.
Fontenoy, P. E. (2007). Submarines: An Illustrated History of Their Impact. ABC-CLIO.
Niestlé, A. (2014). German U-boat losses during World War II: details of destruction. Frontline Books.
Redford, D. (2010). Submarine: a cultural history from the great war to nuclear combat. IB Tauris.
Worthington, I. (2014). Alexander the Great: Man and God. Taylor & Francis.