Pernikahan tidak selamanya indah. Perlakuan kasar dan abusive dari pasangan sering kali mengubahnya menjadi mimpi buruk. Pada abad ke-17, ketika perceraian hampir mustahil bagi wanita, Aqua Tofana menjadi jalan pintas untuk membebaskan diri dari pernikahan yang menyesakkan.
Story Guide
Kemunculan Aqua Tofana
Aqua Tofana merupakan sebuah nama dari racun yang dibuat di Palermo, Sisilia sekitar tahun 1630-an. Racun tersebut menyebar secara luas pada pertengahan abad ke-17 di Roma.
Pelanggan Aqua Tofana kebanyakan adalah wanita yang telah menikah tetapi tidak mendapatkan kebahagiaan yang mereka inginkan, terutama karena perilaku abusive suaminya.
Pada masa itu, perceraian bukanlah hal yang bisa didapatkan dengan mudah oleh para wanita, bahkan hampir dikatakan mustahil. Hidup di tengah perlakuan kasar dari pasangan tentunya bukanlah cita-cita yang didambakan setiap orang.
Kondisi ini pada akhirnya memaksa para istri untuk mengambil jalan pintas, dengan membunuh suami mereka menggunakan racun yang terbuat dari bahan dasar arsenik, antimon, timbal dan merkuri klorida.
Bahan arsenik (As) pada racun ini sudah ditemukan pada abad ke 13. Arsenik merupakan logam berat alami yang berada di bumi sebagai akibat dari letusan gunung vulkanik.
Timbal (Pb) juga merupakan jenis logam berat yang banyak dihasilkan oleh industri non pangan dan umum ditemukan di pertambangan yang dapat menyebabkan keracunan. Logam berat jika masuk ke dalam tubuh manusia bisa sangat berbahaya karena dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
Sejatinya logam berat memang suatu unsur yang penting untuk kelangsungan hidup manusia tetapi dalam jumlah yang kecil tidak berlebihan seperti dalam formula Aqua Tofana. Logam berat dapat berbahaya karena dapat menimbulkan konsentrasi zat kimia dalam tubuh makhluk hidup dalam waktu yang cukup lama atau bioakumulasi.
Aqua Tofana sering kali dipilih menjadi jalan pintas wanita pada masa itu untuk mengakhiri kehidupan pernikahannya karena racun ini bekerja secara lambat dalam kurun waktu antara 3 hari sampai beberapa bulan hingga korbannya meninggal.
Di samping itu, Aqua Tofana sulit untuk dideteksi karena tidak memiliki bau, warna, dan rasa, sehingga racun ini menjadi pilihan yang tepat bagi wanita pada saat itu sebab kasus kematian seperti itu dapat dikategorikan sebagai kasus kematian yang normal.
Kelompok Giulia Tofana
Kasus Aqua Tofana pertama kali mencuat pada 1632 di Sisili, ketika seorang wanita bernama Francesca la Sarda dieksekusi karena telah membunuh korbannya menggunakan racun.
Satu tahun berselang, Thofania d’Adamo, yang dianggap sebagai penemu Aqua Tofana, dieksekusi karena kasus kejahatan yang sama, termasuk membunuh suaminya sendiri Francis d’Adamo.
Kedua kasus tersebut diselidiki ulang pada tahun 1881 oleh seorang arkeolog bernama Salvatore Salomene-Marino. Berdasarkan penyelidikan tersebut, ia menyimpulkan bahwa Thofania d’Adamo merupakan penemu dari Aqua Tofana dan Francesca la Sarda adalah asistennya.
Keduanya bekerja sama untuk menjual Aqua Tofana yang saat itu disebut sebagai “Acqua Tufània”. Penjualan dan penggunaan racun dianggap sebagai tindakan kriminal berat, sehingga mereka dijatuhi hukuman mati.
Namun, eksekusi penemu Aqua Tofana tidak serta merta mengakhiri kisah dari racun ini. Kelompok Thofania yang selamat dari adanya eksekusi tersebut kemudian melarikan diri ke Roma dipimpin oleh Giulia Tofana yang diasumsikan sebagai putri dari Thofania d’Adamo yang ditemani oleh Girolama Spara.
Dalam bisnis racun, Giulia bekerja lebih cerdas dan terencana dibandingkan ibunya. Sesampainya di Roma, mereka segera merekrut penduduk lokal yang lebih memahami kondisi kota beserta penduduknya. Setelah itu, proses produksi dan pemasaran Aqua Tofana baru dilakukan.
Kelompok Giulia mendapat pasokan arsenik dari Pastor Girolamo dari Sant’Agnese di Agone karena adiknya adalah seorang apoteker yang khusus bergerak dalam bidang racun. Nama dagang“Manna di San Nicola” digunakan untuk mengelabui pihak berwenang.
Racun-racun tersebut dijual dalam beragam bentuk mulai dari kosmetik hingga botol-botol yang menyertakan gambar Santo Nikolas. Dengan menggunakan slogan “air suci yang dikumpulkan dari tetesan tulang-tulang santo pada sebuah gereja di Bari”, para pria tidak menduga botol itu berisi racun. Tercatat lebih dari 600 pria meninggal akibat racun ini.
Giulia sendiri meninggal pada tahun 1651 tanpa dicurigai sebagai penjual racun. Tongkat estafet bisnisnya kemudian diteruskan oleh Girolama Spara. Ia banyak berbisnis dengan klien yang berasal dari strata atas atau aristokrat, sedangkan rekannya Giovanna de Grandis berurusan dengan pelanggan dengan kelas sosial rendah.
Akhir Aqua Tofana
Pada 1658, otoritas Romawi memberi perhatian besar pada kelompok yang dipimpin oleh Spara. Desas-desus tentang bisnis racun Aqua Tofana mulai terdengar ke publik.
Untuk mengungkap adanya kelompok tersebut seorang agen polisi menjebak de Grandis dengan menyamar menjadi wanita biasa dan menceritakan tentang kehidupan pernikahannya yang buruk. Polisi itu kemudian menawarkan banyak uang untuk mendapatkan Aqua Tofana yang bisa digunakan untuk membunuh suaminya.
Upaya penjebakan tersebut berhasil membongkar aktivitas kelompok Spara. Dalam persidangan, terungkap keterlibatan kelompok ini dalam 46 kasus pembunuhan. Akibatnya, lima pemimpin kelompok, termasuk Spara dan de Grandis, bersama satu klien, dijatuhi hukuman gantung pada Juli 1659 di hadapan khalayak ramai. Selain itu, enam anggota kelompok dan sekitar 40 pelanggan, sebagian besar menerima hukuman penjara seumur hidup.
Namun, Pastor Girolamo, yang berperan sebagai pemasok arsenik sekaligus pelanggan dari kalangan sosial atas, berhasil lolos dari persidangan dan hukuman. Eksekusi dan hukuman yang dijatuhkan secara resmi menandai berakhirnya aktivitas kelompok Aqua Tofana.
Meskipun para pembuat racun ini telah dieksekusi, bukan berarti jejak Aqua Tofana hilang begitu saja. Dalam beberapa kasus kematian aneh, racun tersebut masih jadi kambing hitam. Konon kematian komposer terkenal Wolfgang Amadeus Mozart diakibatkan oleh Aqua Tofana.
Daftar Pustaka
Abdalla, V. (2015). The Good Soldier: A Tale of Poison. Lethal Little Bottles in the Work of Ford Madox Ford and Violet Hunt. In Ford Madox Ford’s The Good Soldier (pp. 197-212). Brill.
Bradbury, N. (2022). A Taste for Poison: Eleven Deadly Molecules and the Killers who Used Them. St. Martin’s Press.
Cumston, C. G. (1923). A Note on the Poisoners of the Sixteenth and Seventeenth Centuries. Annals of Medical History, 5(4), 402.
Dash, M. (2017). Aqua Tofana. In Toxicology in the Middle Ages and Renaissance (pp. 63-69). Academic Press.
Stevenson, T. (1883). Arsenical Poisoning by Wall-Papers: III. On the Behaviour of Arsenic in Contact with Putrefying Organic Substances. British Medical Journal, 1(1173), 1220.
Titland, F. M. (2021). Holy Water: Can We Really Be Cleansed of All Our Sins? (Master’s thesis, Regent University).
Treves, R. (1991). Mozart’s death. Annals of the rheumatic diseases, 50(12), 963.