Historiografi Islam: Isi Karya-Karya Sejarah

isi karya-karya sejarahHistoriografi Islam merupakan penulisan sejarah yang berkaitan dengan Islam yang ditulis baik oleh orang-orang Islam maupun yang bukan beragama Islam. Pada masa pra-Islam, historiografi Islam dimulai melalui budaya penuturan secara lisan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada bangsa Arab, yakni melalui tradisi  al-ayyam dan al-anshob. Namun pada masa awal Islam, mulai muncul tradisi penulisan yang ditandai dengan munculnya al-maghazi dan sirah. Pada masa awal Islam, isi karya-karya sejarah hanya berorientasi kepada al-maghazi dan sirah.

Seiring dengan perkembangan zaman, historiografi Islam terus mengalami kemajuan. Salah satu bukti dari adanya kemajuan tersebut adalah dengan semakin beragamnya isi karya-karya sejarah Islam. Adapun isi dari karya-karya sejarah tersebut meliputi nasab, biografi, geografi dan kosmologi, astrologi, filsafat, dan ilmu sosial dan politik.

Keberagaman isi karya-karya sejarah menjadi menarik untuk dibahas lebih lanjut sebagai bukti adanya perkembangan dari historiografi Islam pada masa permulaan Islam. Maka dari itu, pada bab berikutnya akan dijelaskan mengenai isi karya-karya sejarah serta tokoh dan karyanya.

Isi Karya-Karya Sejarah

Kemajuan historiografi Islam salah satunya dapat dibuktikan melalui semakin beragamnya isi karya sejarah Islam. Pada masa pra Islam historiografi Islam belum diwujudkan dalam bentuk penulisan namun masih secara penuturan. Seiring perkembangan zaman maka muncul budaya penulisan dan semakin beraneka ragam isi karya-karya sejarah.

Bentuk historiografi Islam pada dasarnya terbagi kepada tiga, yakni: khabar, kronologi, dan bentuk yang lebih kecil -historiografi dinasti, thabaqat dan susunan genealogis-. Dalam pembahasan ini akan dipaparkan beberapa isi karya-karya sejarah.

 

  1. Biografi

Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Biografi juga bercerita tentang perasaan pelaku yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa tersebut. Dalam biografi dijelaskan secara lengkap kehidupan seorang tokoh sejak lahir hingga meninggalnya. Biografi merupakan salah satu bentuk penulisan sejarah Islam pertama, karena menjadikan Rasulallah, para sahabat, dan para perawi hadits sebagai subyeknya. Biografi sangat erat kaitannya dengan kepentingan ilmu hadits. Hal ini dikarenakan keadaan dari seorang perawi, baik dari segi hafalan, kejujuran, dan ketakwaannya merupakan tolak ukur terpenting dalam hadits. Sehingga memunculkan motivasi tersendiri di kalangan sejarawan untuk menulis lebih jauh berkaitan dengan biografi para perawi hadits.[1]

Selain alasan tersebut, ada beberapa alasan lain yang menyebabkan biografi semakin berkembang, diantaranya yaitu:

  • Biografi nabi Muhammad saw merupakan sumber utama bagi pembangunan masyarakat Islam.
  • Meriwayatkan kehidupan nabi Muhammad saw secara terinci tergantung kepada para perawi secara individual, dan apakah riwayatnya itu dapat diterima ataupun ditolak tergantung kepada perawi itu sendiri.
  • Perjuangan dalam menegakkan Islam sebagian besar ditunjukkan oleh keunggulan-keunggulan pribadi pemimpinnya, yang telah sangat berjasa dalam perjuangannya.[2]

Penulisan al Sirah yang berarti perjalanan hidup, dan biografi yang ditujukan kepada nabi Muhammad ini terdapat beberapa ilmu-ilmu keislaman di dalamnya, yaitu al-tarikh, hadits, dan fikih.[3] Selain biografi dari Nabi Muhammad saw, dalam perkembangannya juga mulai ditulis biografi dari sejumlah tokoh dalam bidang ilmu tertentu, seperti para ahli fikih, para qadhi, ahli syair, dokter, dan lain sebagainya yang terkumpul dalam sebuah thabaqah ( kumpulan biografi ). Dalam penulisan biografi tokoh, sejarawan biasanya sangat memperhatikan beberapa unsur yang menjadi isi atau kandungan dari biografi tersebut, diantaranya: a). tanggal kelahiran, b). tanggal kematian, c). garis keturunan, d). tindakan-tindakan politiknya, e). dalam kasus ulama, biasanya dipaparkan riwayat pendidikannya, guru-gurunya, tempat-tempat yang pernah dikunjungi, hadits-hadits yang pernah diriwayatkan, dan orang yang pernah berguru kepadanya.[4]

  1. Nasab

Nasab secara etimologi berarti al-qorobah (kerabat). Kerabat dinamakan nasab dikarenakan antara dua kata tersebut ada hubungan dan keterkaitan. Sedangkan nasab secara terminologis didefinisikan sebagai keturunan ikatan keluarga sebagai hubungan darah.

Kelompok profesional pertama dalam bidang nasab muncul pada masa Bani Umayyah. Tiap-tiap pelopor selalu menyatakan dirinya ahli dalam bidang nasab untuk kabilah atau usrah tertentu. Pada abad ke-2 H, ahli pengetahuan mengenai nasab muncul bukan saja untuk keluarga dan kabilah tertentu tetapi untuk beberapa keluarga dan kabilah. Adapun maksud dari memusatkan studi pada nasab dalam historiografi Islam bertujuan untuk menyajikan apa-apa yang pernah dilakukan oleh ahli-ahli sejarah pada permulaan Islam yang penuh dengan gaya yang menyenangkan dan meninggalkan kesan yang mendalam.[5]

Nasab dalam historiografi Islam semakin mengalami kemajuan. Selain fenomena bahwa nasab merupakan salah satu kebiasaan dari masyarakat Arab pra-Islam, kemajuan nasab dalam historiografi Islam juga disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah perhatian yang diberikan oleh khalifah, seperti Umar Ibn Khattab, yang membentuk lembaga diwan. Pada akhir Daulah Bani Umayyah, gerakan syu’ubiyah juga merupakan salah satu faktor penting berkembangnya nasab.

  1. Geografi dan Kosmologi

Ahli sejarah dan ahli geografi al Ya’qubi menguraikan bagaimana ia mengumpulkan bahan-bahan untuk karya geografinya. Ia melakukan perjalanan jauh dan menanyakan setiap orang yang ditemuinya untuk mendapatkan informasi suatu wilayah atau negeri. Ia menulis apa saja yang diceritakan orang kepadanya, dan mencatat sejarah penaklukan muslim serta sejarah ekonomi, administrasi, dan situasi yang sedang berlaku di tiap-tiap daerah. Penjelasan-penjelasan mengenai alam geografi lainnya juga dapat diperoleh dalam karya-karya permulaan al-Baladzuri[6] yang berjudul Futuh al Buldan.[7]Karya ini merupakan ringkasan dari sebuah karya komprehensif dengan tema serupa. Sistematikanya dimulai dengan memaparkan perang antara nabi dan Yahudi, serta beberapa perang melawan penduduk Mekkah dan Thaif. Dilanjutkan dengan adanya gerakan pemurtadan pada zaman Abu Bakar.[8]

Cara lain masuknya geografi ke dalam historiografi ialah melalui sejarah lokal. Sejarah lokal berkenaan dengan keterangan-keterangan yang terinci mengenai topografi, gedung-gedung, monument-monumen, dan peninggalan purba. Al-Mas’udi[9] merupakan tokoh pertama yang mengkombinasikan antara sejarah dengan geografi secara ilmiah. Sedangkan al-Ya’qubi (W. 284 H) masih memisahkan karyanya mengenai sejarah dan geografi.

Metode yang dilakukan oleh para sejarawan muslim dalam hal ini, adalah metode yang jauh pada abad sebelumnya telah dipraktekkan oleh sejarawan Yunani, seperti Hekataeus dan Herodotus. Adanya transmisi ilmu pengetahun Yunani, telah membawa semangat baru dalam dunia historiografi Islam, salah satunya adalah penggunaan metode dalam historiografi Islam yang berkaitan dengan geografi dan kosmologi.

  1. Astrologi

Astrologi berasal dari bahasa Yunani, astron (bintang), dan logos (kata atau ucapan). Secara bahasa, astrologi diartikan sebagai ucapan bintang-bintang. Secara umum, astrologi diartikan sebagai bahasa, seni, dan ilmu pengetahuan yang mempelajari keterkaitan antara siklus benda-benda langit dan kehidupan manusia di muka bumi.[10]

Astrologi menjadi penting dalam historiografi pada masa awal Islam. Para ahli sejarah sering menggunakan kalkulasi-kalkulasi astronomi yang berkenaan dengan usia bumi dan sejarah sebelum Islam. Pada dasarnya, para sejarawan menggunakan ramalan-ramalan astrologi ketika mereka ingin menaruh perhatian terhadap suatu kejadian yang sama, atau berkaitan dengan suatu ramalan yang memiliki sebuah sejarah khusus.

  1. Filsafat

Filsafat secara bahasa berasal dari bahasa Yunani, yakni philos, yang berarti cinta, tetapi dalam makna yang luas diartikan sebagai hasrta ingin tahu seseorang terhadap kebijaksanaan, kebenara, dan ilmu pengetahuan. Sedangkan kata Sophia, berarti kebijaksanaa. Jadi, secara sederhana filsafat diartikan sebagai mencintai kebijaksanaan (the love of wisdom).[11]

Filsafat masuk dalam historiografi melalui karya-karya biografi di dalam tradisi klasik yang diekspresikan melalui kata-kata hikmah. Salah satu contohnya adalah karya yang berbicara mengenai Alexander dan kisah kematiannya. Al-Tsa’alibi dalam kitabnya Ghurar, memasukkan unsur-unsur filsafat yang berhubungan dengan novel Alexander.[12]

Masuknya sejarah India dan Yunani ke dalam sejarah dunia pada abad ke-9 juga berdampak pada perluasan filsafat Yunani dan India. Pada periode ini juga filsafat mendapat posisi khusus dan terhormat dalam proses penguraian peristiwa sejarah. Contoh lain adalah sejarah Sinan Ibn Tsabit yang banyak memuat berkaitan biografi dengan pengenalan uraian tentang etika dan politik Plato.

  1. Ilmu Sosial dan Politik

Ilmu sosial adalah sekelompok disiplin keilmuan yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Politik berasal dari bahasa Yunani Politikos yang berarti dari untuk atau yang berkaitan dengan warga, sehingga politik dapat didefinisikan sebagai proses pembentukan dan pembagian kekuasaan  dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam Negara.

Ilmu politik muslim secara luas berasal dari kesusastraan Persia dan Yunani. Banyak karya-karya sejarah yang dijadikan sebagai instrumental dalam menyajikan gambaran ideal penguasa muslim, contohnya yang terdapat di dalam karya-karya biografi atau kesusastraan populer tentang manaqib dan fadlail, sikap moral dan politik para penguasa, terutama penguasa-penguasa permulaan Islam. Uraian singkat kesusastraan Persia dianggap sebagai suatu pengenalan bagi sejarah yang sudah pernah dilakukan oleh tokoh-tokoh pada permulaan abad ke-10 M.

Hal-hal yang berkaitan dengan pajak dan keuangan sebagai salah satu masalah sosial selalu diuraikan oleh ahli-ahli sejarah sebagai suatu peristiwa penting. Sejarah dan perubahan mata uang menjadi aspek yang mendapat perhatian dari mareka. Nilai-nilai sejarah dari statistik ekonomi terkadang dimasukkan dalam karya-karya sejarah, terutama pada sejarah lokal, seperti sejarah Baghdad pada abad ke-9 dan sejarah lokal Mesir dan Persia.

Tokoh dan Karyanya

  1. Biografi

Diantara tokoh yang terkenal adalah:

  • Al-Dzahabi, dengan karyanya Tarikh al-Islam Wa Thabaqat Masyahir al-A’lam
  • Khatib al-Baghdadi, dengan karyanya Tarikh Baghdad.
  • Bahauddin Abu-I-Mahasin Yusuf bin Rafi’ (Ibn Syaddad), lahir di Mosul pada tahun 1145 M. Diantara karyanya An-Nawadir al-Sulthaniyah Wa al-Mahasin al-Yusufiyah.
  1. Nasab

  • Al-Zubair Ibn Bakkar Ibn ‘Abdullah, dalam karyanya Nasb Quraisy.
  • Abu al-Mundzir Hisyam Ibnu Muhammad Ibnu Al-Saib Ibn Basyar al-Kalbi , dengan karyanya Akhbar al-‘Arab.
  1. Geografi dan kosmologi

  • Ibn al Adiem dalam karyanya Tarikh al Halb berisikan tentang uraian khusus mengenai Syria Utara, Ibn Saddad menulis tentang sejarah Syria Utara dan Mesopotamia sesuai dengan pembagian wilayah-wilayah mereka, dan ahli-ahli sejarah Mesir, maka sejarah-sejarah lokal menjadi bernilai sebagai buku pegangan mengenai geografi.[13]
  • Al Mas’udi sebelum menyajikan cerita sejarah di dalam kitab sejarahnya, lebih dahulu menguraikan tentang bentuk bumi, kota-kota, fenomena geografi, lautan-lautan, gunung-gunung, sungai-sungai, pulau-pulau, danau-danau, gedung-gedung dan lain sebagainya. Dalam kitabnya al Tanbih wa al Isyraf di mana al Mas’udi menerangkan karya-karya sejarah yang ditulis oleh penulis-penulis Kristen yang kenal padanya, dan terlihat adanya kombinasi antara geografi dan sejarah yang ditulis oleh penulis kristen yang sezaman atau dengan penulis-penulis terdahulu.
  1. Astrologi

Salah satu tokoh yang sering menggunakan ramalan astrologi adalah al-Ya’qubi. Sebahagian ahli astrologi sangat tertarik terhadap informasi sejarah dan kebudayaan. Diantaranya adalah karya-karya yang lahir pada abad ke-9 dan ke-10 M, berkaitan dengan kelahiran yang diterbitkan dengan judul Tahwil Sini Al-‘Alam (al-Mawalid).

  1. Filsafat

  • Sinan Ibn Tsabit yang banyak memuat berkaitan biografi dengan pengenalan uraian tentang etika dan politik Plato.
  • Karya Ibnu Khaldun, yang berjudul muqaddimah, berisi tentang filsafat sejarah.
  1. Ilmu sosial dan politik

  • Pada akhir abad ke-13 M, Ibnu Al-Tiqtaqa’ dalam bukunya yang berjudul Fakhri, memberikan uraian berkaitan dengan penguasa muslim yang ideal beserta beberapa contohnya.
  • Ibnu Isfandiar dalam karyanya Tarikh Thabaristan.
  • Abu ‘Ubaid Ibn Sallam, dengan karyanya yang berjudul Kitab al-Amwal, yang berisi tentang administrasi keuangan.

PENUTUP

Historiografi Islam semakin mengalami perkembangan, salah satu bukti adanya perkembangan dalam dunia historiografi Islam adalah semakin beragamnnya isi karya-karya sejarah. Diantara isi karya-karya sejarah adalah:

  1. Nasab, dengan salah satu tokoh Al-Zubair Ibn Bakkar Ibn ‘Abdullah, dalam karyanya Nasb Quraisy.
  2. Biografi, dengan salah satu tokoh Bahauddin Abu-I-Mahasin Yusuf bin Rafi’ (Ibn Syaddad), lahir di Mosul pada tahun 1145 M. Diantara karyanya An-Nawadir al-Sulthaniyah Wa al-Mahasin al-Yusufiyah.
  3. Geografi dan kosmologi, dengan salah satu tokoh Ibn al Adiem dalam karyanya Tarikh al Halb berisikan tentang uraian khusus mengenai Syria Utara, Ibn Saddad menulis tentang sejarah Syria Utara dan Mesopotamia sesuai dengan pembagian wilayah-wilayah mereka, dan ahli-ahli sejarah Mesir, maka sejarah-sejarah lokal menjadi bernilai sebagai buku pegangan mengenai geografi
  4. Astrologi, dengan salah satu tokoh al-Ya’qubi.
  5. Filsafat, dengan salah satu tokoh Karya Ibnu Khaldun, yang berjudul muqaddimah, berisi tentang filsafat sejarah.
  6. Ilmu sosial dan politik, dengan salah satu tokoh Abu ‘Ubaid Ibn Sallam, dengan karyanya yang berjudul Kitab al-Amwal, yang berisi tentang administrasi keuangan.
Daftar Pustaka

Abdullah, Tusri Abdul Ghani. Historiografi Islam dari Masa Klasik Hingga Modern. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Taniputera, Ivan. Astrologi dan Sejarah Dunia. Yogyakarta: A+Plus Books, 2009.

Umar, Muin. Historiografi Islam. Jakarta: CV. Rajawali, 1988.

Yatim, Badri. Historiografi Islam. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu,1997.

Zaprulkhan. Filsafat Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

[1] Badri Yatim, Historiografi Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 196.

[2] Muin Umar, Historiografi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 1988), hlm. 61.

[3] Badri Yatim, Historiografi Islam  (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 197.

 [4] Ibid., hlm. 211.

[5] Muin Umar, Historiografi Islam, hlm. 55.

[6]Al-Baladzuri, namanya adalah Yahya bin Jabir Al-Baghdadi. Ia hidup pada abad ke-3 H/9 M. Ia berasal dari keturunan Persia. Al-Baladzuri dilahirkan di Baghdad, dan kemudian menimba ilmu pengetahuan di Irak, Damaskus, dan Humash. Al-Baladzuri wafat pada tahun 279 H/892 M.

[7]Ibid., hlm. 67

[8]Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi Islam Dari Klasik Hingga Modern (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 50.

[9]Nama adalah Abu-I-Hasan Ali Al-Mas’udi, yang dilahirkan di Baghdad dan berasal dari keturunan Arab. Ia meninggal di Fushtat tahun 346 H/956 M. al-Mas’udi merupakan seorang tokoh yang senang berkelanan. Ia telah melakukan banyak perjalanan ke beberapa daerah, seperti Persia, India, Cina, dan beberapa daerah lainnya. Hal ini kemudian menyebabkan wawasan dan pengetahuannya semakin luas.

[10] Ivan Taniputera, Astrologi dan Sejarah Dunia (Yogyakarta: A+Plus Books, 2009), hlm. 13.

[11]Zaprulkhan, Filsafat Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 3.

[12]Muin Umar, Historiografi Islam, hlm. 97.

 [13] Ibid., hlm. 68.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *