Turki Utsmani adalah salah satu dari tiga kerajaan besar Islam. Pada saat dinasti tersebut berjaya, banyak sekali mendirikan bangunan-bangunan yang megah, indah, dan bernilai tinggi. Proyek pembangunan dinasti Turki Usmani dirancang oleh Mimar Sinan. Ia adalah seorang arsitek yang juga menjabat sebagai kepala arsitek dan teknik sipil kesultanan. Salah satu bangunan yang dibangun adalah masjid. Yang akan dibahas kali ini adalah masjid Sultan Suleyman dan masjid Selimiye.
Sebelum membahas lebih jauh, penulis akan sedikit memberi uraian bagaimana sejarah arsitektur Islam sebagai berikut:
Arsitektur Islam sendiri diwujudkan dalam bentuk hasil budaya berupa bangunan fisik. Biasanya digunakan sebagai sarana kegiatan keagamaan. Arsitektur Islam pertama kali berbentuk masjid. Masjid pertama dibangun oleh nabi Muhammad SAW yaitu masjid Quba dan Nabawi. Kedua masjid tersebut mempunyai pola yang relatif sederhana dengan bentuk empat persegi panjang, dikelilingi dinding-dinding tinggi, dan atap masjid masih terbuat dari pelepah daun kurma yang dicampur dengan tanah liat. Begitu pula dengan bagian pelengkap berupa mihrab, serambi dan sumur yang masih terbuat dari potongan batang.
Pola masjid masa awal memiliki halaman/shaan, tempat shalat berupa bangunan/liwan, dan serambi/selasar/riwaqs. Pola masjid sendiri biasa dikenal dengan pola hypostyle atau lapangan. Pada perkembangan selanjutnya arsitektur Islam dipengaruhi Persia lama yang menghasilkan konstruksi pilar, dipadu balok-balok kayu, penggunaan lengkung dan gerbang dengan berbagai pola hias. Mendapat pengaruh pula dari budaya Sassanid memberikan pengaruh dengan bentuk lengkung dan kubah. Selain itu, dipengaruhi Romawi dan Yunani juga dari bentuk bangunan-bangunan gereja. Sampai saat ini arsitektur Islam semakin berkembang dan dipengaruhi berbagai budaya yang ada sehingga nampak begitu indah dan megah.
Masjid Sultan Suleyman I (1550-1557)
Sultan Suleyman oleh orang Eropa disebut The Magneficent, arsitek kepercayaan Ottonom yang membangun sebuah kompleks sosial-ibadah di Istana lama sekitar 200 M menghadap ke Fyort Golden Horn. Kompleks ini kemudian diberi nama Suleymaniye denahnya tersusun rapi, teratur berderet semua sejajar dan searah dan masjidnya berada di tengah.[1] Semua unit yang berada di kompleks dan masjid berarsitektur hypostyle, halaman dalam ada sahn yang berdenah segi empat panjang dan bujur sangkar. Rumah sakit atau darussifa berada di sudut utara-barat dari kompleks. Disebelah barat rumah sakit berjejer berturut-turut imaret yaitu sebuah dapur umum untuk memasak sup dan tabhane (penginapan pengelolaannya menyatu dengan unit lainnya dalam kompleks).
Di sebelah selatan rumah sakit yang sejajar dengan masjid berderet-deret madrasah berbeda aliran tingkatan dan jurusan yaitu Madrasah Tip, Madrasah Sani, Madrasah Evel.[2] Diujung selatan-barat terdapat sibyan dan taksim yaitu bangunan untuk mengatur pembagian air dalam suatu bagian kota. Masjid berada ditengah yang dikelilingi oleh pagar segi empat panjang yang mengikuti denah masjidnya dan halamannya berbentuk U mengeilingi masjid dan di sebelah selatan masjid terdapat makam. Di dalam halaman belakang masjid (arah kiblat) juga dipagari, disana terdapat dua makam yaitu makam Suleyman I dan Haseki Hurrem.[3] Keduanya berdenah hexagonal. Turbe Suleyman lebih besar daripada yang lainnya. Tepat pada sumbu bila ditarik garis dari sumbu tengah masjid ke arah kiblat diujung selatan terdapat kamar penjaga turbe. Di sebelah barat masjid terdapat dua unit kembar yang menyatu yaitu Madrasah Salis di selatan dan Madrasah Rabi di utara. Di sebelah selatan terdapat dua unit yang tidak sejajar dengan dinding bangunan yaitu satu untuk sekolah hadis dan lainnya untuk hamam atau tempat mandi Turki.[4]
Bentuk dan tata ruang masjid identik dengan Masjid Sehzade tetapi masjid Suleyman ukurannya lebih besar. Secara keseluruhan merupakan gabungan konsep hypostyle dengan gaya arsitektur Byantine.[5] Masjid ini mempunyai pintu masuk samping pada haram dan sahn, bahkan pada haram masing-masing sisi mempunyai dua pintu masuk. Konstruksinya dari batu sangat tebal yang merupakan khas dari Turki Ottonom. Denah ruang utama sembahyang berebentuk bujur sangkar di tengah dalam posisi titik sudut sebuah bujur sangkar berdiri kolam sangat besar, menyangga kubah utama. Ruang depan (arah kiblat) dan belakang dari sahn atau utara selatan masing-masing diatapi oleh setengah kubah dan atap setengah kubah tersebut pada sudut-sudutnya terdapat lagi atap setengah kubah tetapi lebih kecil. Masjid Suleyman ini merupakan masjid pertama yang menggunakan empat minaret. Keempatnya sangat tinggi, atap runcing seperti ujung pensil khas Ottonom yang terdiri dari empat tingkat. Setiap tingkat ditandai oleh balkon melingkari tubuh minaret yang silindris seperti cincin.[6]
Masjid Selimiye Sultan Salim 1569-1575
Masjid Selimiye adalah sebuah masjid peninggalan Ottoman di kota Edirne Turki. Salim II mempercayakan arsitektur Sinan untuk merancang dan membangun sebuah kompleks yangmana msjidnya menjadi unsur utama. Tahun 1568 pembangunan dimulai diatas lahan luas 190×130 M ditengah kota yang sebelumnya sudah ada istana. Masjid dibangun ditengah kompleks dimana terdapat madrasah dan pasar tertutup.[7]
Salah satu aspek yang membuat terkesan ketika melihat masjid Sultan Salim dari jauh ialah keempat menaranya seperti pensil runcing, tertinggi 70,89 M dibangun selama Ottonom berkuasa di Anatolia. Minaretnya dari bawah ke atas diameternya sama.[8] Denah dari masjid berbentuk segi empat dengan lain sejajar dan tegak lurus, dinding dikelilingi halaman yang cukup luas. Masjid berada di tengah dalam kompleks yang bertembok keliling. Disebelah utara ada Arasta atau pasar tertutup Kavaflar yang besar dan berbentuk segi empat sangat panjang sejajar dengan sisi masjid. Di sebelah selatan timur dan selatan barat lebih maju dari unitdinding-kiblat masjid terdapat dua unit kembar yaitu madrasah dan darul-kurra dimana terdapat ruangan untuk membaca Alquran. Unit kembar tersebut berdenah bujur sangkar dalam tata letak hypostyle, iwan di depan dan sisinya tegak lurus, terdiri dari kamar-kamar dan dua lainnya berupa portico yang mengelilingi halaman dalam. Di belakang mighrab terdapat makam.[9]
Tata ruang Masjid Salim memperlihtkan adanya kecenderungan baru dalam membangun masjid jaman Ottonom abad XVI. Masjid Salim menggunakan tata ruang bentuk hypostyle bentuk masjid kuno yang digunakan. Dalam masjid ini terlihat kencenderungan baru dalam komposisi kubah, pada kubah hanya setengah yang mengatapi bagian bangunan berpenampang setengah lingkaran atau sudut dari ruang, dibawah kubah lain lebih besar. Kubah-kubah tersebut memanjang, melebar, satu besar dikelilingi lainnya yang kecil dan tergantung pada denahnya yang menjadi satu komposisi dan elemen penghias memperindah arsitekturnya. Konstruksi dinding dan kolom dari batu menjadi bagian unsur lokal.[10]
Sahn dan haram berbentuk segi empat panjang dalam halaman terbentuk huruf U dengan adanya tembok keliling juga berbentuk segi empat. Empat minaret diletakkan pada masing-masing sudut dari sahn. Ruang sembahyang utama didominasi di tengah oleh delapan kolom yang besar berpenampang poligonal, hampir silindris. kubah berpenampang setengah bola yang merupakan khas dari Ottonom, tetapi diluar kelihatan tidak demikian karena pada bagian bawah berada diatas drum dibuat tegak lurus dimana berderet sangat rapat jendela-atas.[11]
Setiap sudut bujur snagkar memiliki setengah kubah menutup bagian dari ruang berbentuk segi tiga. Konstruksi setengah kubah juga terdapat pada mighrab. Kubah tersebut pertama kali dibuat pada masjid ini. Masjid Salim diperindah dengan amortizement, bagian dari kedelapan kolom mencuat ke atas-luar juga silindris pucuknya dihiasi dengan kubah model Bzantine meruncing dan pucuknya diberi cunduk.
Hal yang baru dari Masjid Salim ialah adanya dikka ditengah ruang sembahyang, tepat dibawah pusat kubah utama. Diatas kanan-kiri dinding kiblat dan sisi barat-timur terdapat balkon yang merupakan elemen baru yang tidak ada pada masjid-masjid di Turki sebelumnya. Di tengah sahn ada air mancur untuk wudu, denahnya lingkaran aslinya terbuka namun saat ini beratap.[12]
Kontruksi atap Iwan yang mengelilingi sahn berupa deretan kubah besar kecil tergantung pada petak segi empat. Dekorasi masjid cukup ramai berupa masqura, sudut-susut pelengkung dibawah kubah dan pada kepala kolom, kaligrafi, intricate terdapat banyak jendela-ventilasi. Pada garis pelengkung patah diberi warna hitam putih selang seling atau pola zebra seperti banyak terdapat pada arsitektur Mesir Kuno.[13]
SUMBER:
Yulianto. Sumalyo, Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim.
Berbagai sumber.