Yahoo!: Kisah Perjalanan sang Raja Internet Menuju Keruntuhan

Bagi pengguna internet tahun 1990-an akhir sampai 2000-an awal, nama Yahoo! tentunya bukanlah nama yang asing. Sebelum kemunculan Google, Facebook, dan Twitter; Yahoo memegang gelar sebagai raja internet global.

Hampir seluruh pengguna internet di dunia kala itu menggunakan fitur yang ditawarkan Yahoo. Tidak mengherankan bila valuasi perusahaan ini sempat menembus 125 miliar dollar; melebihi valuasi Disney, Ford, atau GM.

Namun, masa kejayaan Yahoo tidaklah bertahan lama. Berbagai blunder yang dilakukan oleh manajemen segera menyeret sang raja internet menuju jurang keterpurukan.

Kemunculan Yahoo!

Sama seperti kebanyakan perusahaan teknologi di Amerika Serikat, Yahoo! juga berawal dari sebuah ruangan atau gudang kecil. Pada Januari 1994, Jerry Yang dan David Filo, dua mahasiswa pascasarjana Universitas Standford, membuat direktori halaman Internet bernama Jerry and David’s Guide to the World Wide Web. Tujuannya untuk memfasilitasi pencarian informasi dan situs web.

Yahoo
Jerry Yang dan David Fillo

Tiga bulan kemudian, keduanya merubah nama direktorinya menjadi “Yahoo!”, singkatan dari Yet Another Hierarchical Officious Oracle. Alamat awal direktori tersebut adalah akebono.stanford.edu/~yahoo.

Meskipun domain yahoo.com baru dibuat pada Januari 1995, tetapi visitor Yahoo! telah mencapai satu juta pengunjung pada penghujung 1994. Melihat potensi itu, Yang dan Filo memutuskan untuk meresmikan Yahoo pada 2 Maret 1995.

Pada periode awal ini, Yang dan Fillo berhasil mendapatkan modal sebesar US$ 3 juta dari Sequoia Capital pada 5 April 1995. Satu tahun kemudian, pendiri Yahoo memutuskan untuk melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada 12 April 1996. Upaya itu sukses, Yahoo berhasil mengumpulkan dana sebesar US$ 33,8 juta lewat penjualan 2,6 juta lembar saham di harga IPO US$ 13 per lembar.

Setelah itu, harga saham Yahoo terus mengalami kenaikan. Harga saham perusahaan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun 1999. Pada tanggal 3 Januari 2000, bertepatan dengan puncak dot-com bubble, saham Yahoo! ditutup pada harga tertinggi, yakni $ 118,75 per saham dengan kapitalisasi pasar sebesar $125 miliar.

Di samping dikenal sebagai raksasa industri internet, Yahoo juga dikenang sebagai perusahaan yang mengenalkan budaya kerja informal ala start-up kekinian. Lingkungan kerja perusahaan membebaskan pegawainya dalam berpakaian. Mereka tidak diharuskan memakai pakaian formal, sehingga para pegawai bebas mengenakan celana pendek dan sandal jepit.

Blunder Manajemen atau Nasib Buruk?

Pada akhir tahun 1990-an, Yahoo!, MSN, Lycos, Excite, dan portal web lainnya berkembang pesat. Momentum ini dimanfaatkan penyedia portal web untuk melakukan perluasan lini bisnis.

Yahoo
Logo Yahoo. Sumber: Lifewire

Yahoo! mengakuisisi perusahaan komunikasi online Four11 pada 8 Maret 1997. Layanan webmail Four11, Rocketmail, kemudian dirubah menjadi Yahoo! Mail. Yahoo! juga mengakuisisi ClassicGames.com dan mengubahnya menjadi Yahoo! Games.

Pada bulan Januari 1999, Yahoo mengakuisisi penyedia web hosting GeoCities dengan nilai US$ 3 miliar. Menjelang milenium baru, perusahaan membeli Broadcast.com dengan nilai fantastis, $5.9 miliar. Perusahaan lain yang diambil alih Yahoo adalah Pager, sebuah layanan pesan instan yang berganti nama menjadi Yahoo! Messenger pada 2001.

Sayangnya, dalam periode ekspansi ini Yahoo membuat beberapa blunder besar dalam sejarah bisnis internet. Salah satunya dengan menolak mendanai Google pada 1998. Padahal bila kesempatan itu diambil, perusahaan berpeluang mendapatkan lisensi teknologi Google dengan harga $1 juta. Sebaliknya, David Filo malah memperkenalkan Sergey Brin dan Larry Page kepada Michael Moritz dari Sequoia Capital.

“Harga $1 juta mungkin merupakan penawaran terbaik yang pernah ditawarkan dalam sejarah Silicon Valley, California, Amerika Serikat, Bumi, dan Galaksi Bima Sakti,” ucap mantan top sales executive Yahoo, Jeremy Ring.

Pada tahun 2002, Yahoo kembali memiliki kesempatan untuk membeli Google. Kali ini, CEO Terry Semel menawarkan $3 miliar untuk membeli perusahaan tersebut; tetapi Page dan Brin menolaknya, dan mematok harga $5 miliar.

Selain membuang kesempatan membeli Google, Yahoo juga membuang kesempatan membeli Facebook pada Juli 2006. Kala itu pengguna Facebook telah mencapai 7 juta. Awalnya Yahoo menawar $1,1 miliar.

Tawaran itu hampir membuat petinggi Facebook tergiur. Namun, tiba-tiba Yahoo mengurangi penawaran menjadi $850 juta lantaran penurunan harga saham perusahaan. Kesepakatan kedua belah pihak akhirnya batal.

Menurut Gary Flake, mantan ilmuwan utama Yahoo, perusahaan ini juga memiliki kesempatan untuk mengakuisisi eBay, YouTube, dan bahkan sempat mengajukan penawaran untuk Apple dua tahun sebelum iPhone diluncurkan.

Selepas gagal membeli Facebook, Yahoo resmi memasuki masa kemundurannya. Pada periode ini, manajemen masih membuat beberapa blunder fatal yang membuat perusahaan semakin terpuruk; seperti menolak tawaran Microsoft sebesar $44 miliar pada 2008 dan membeli Tumblr seharga $1 miliar pada 2013.

Akhir Kisah Yahoo

Salah satu faktor yang membuat Yahoo gagal mempertahankan dominasinya dalam bisnis internet adalah visinya yang tidak jelas. Yahoo tidak pernah memutuskan ingin menjadi perusahaan seperti apa saat tumbuh besar. Apakah perusahaan teknologi? Sebuah platform iklan pencarian? Atau jejaring sosial yang sedang berkembang?

mayer a
Marissa Mayer

CEO kedua perusahaan, Terry Semel, sempat mencoba mengubah Yahoo menjadi raksasa media baru. Sementara itu, CEO kedelapan dan terakhir, Marissa Mayer, ingin mengubah perusahaan menjadi perusahaan teknologi mobile. Sayangnya, kedua CEO enggan meninggalkan bisnis lama Yahoo; upaya keduanya pada akhirnya berakhir dengan kegagalan.

Ring percaya bahwa dengan kepemimpinan yang tepat, perusahaan seharusnya dapat berevolusi menjadi kombinasi dari Google, Facebook, dan Netflix saat ini. Sayangnya, perusahaan ini tidak memiliki visi yang jelas. “Yahoo memiliki pola pikir yang sangat sempit. Mereka menguasai dunia, tetapi tidak melihat ke masa depan,” ungkapnya.

CEO terakhir Yahoo, Marisa Mayer, yang sebelumnya bekerja di Google sempat berupaya merevitalisasi perusahaan. Namun, upayanya tidak berhasil. Pada 2016, ia akhirnya mengumumkan penjualan perusahaan ini ke Verizon, dengan nilai hanya sekitar $4 miliar dollar. Nilai tersebut sangat jauh dari valuasi perusahaan pada masa kejayaannya.

Baca juga: Nokia: Kisah di Balik Keruntuhan Raksasa Teknologi Dunia

Walaupun masa kejayaannya telah usai, DNA Yahoo masih dapat ditemukan di Silicon Valley dan sekitarnya. Beberapa mantan eksekutif perusahaan pernah menduduki posisi penting Whatsapp, LinkedIn, Facebook, Google, Microsoft, Dropbox, dan masih banyak lagi. Bahkan, perjalanan Ali Baba menjadi raksasa e-commerce di Tiongkok tidak dapat dilepaskan dari peran Yahoo yang menginvestasikan $1 miliar pada tahun 2005.

Daftar Pustaka

“Yahoo rejects Microsoft approach”. BBC News Online. 11 Februari, 2008. http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/7239220.stm.

“The history of Yahoo, and how it went from phenom to has-been,” FastCompany, 21 Maret 2018. https://www.fastcompany.com/40544277/the-glory-that-was-yahoo.

“Yahoo! case: the fall,” Wearedrew, 1 Agustus 2022. https://blog.wearedrew.co/en/yahoo-case-the-fall.

“Yahoo!”. Encyclopedia Britannica, 27 April 2023. https://www.britannica.com/topic/Yahoo-Inc.

Fain, D. C., & Pedersen, J. O. (2006). Sponsored search: A brief history. Bulletin-American Society For Information Science And Technology32(2), 12.

Seymour, T., Frantsvog, D., & Kumar, S. (2011). History of search engines. International Journal of Management & Information Systems (IJMIS), 15(4), 47-58.

Van Couvering, E. (2008). The history of the Internet search engine: Navigational media and the traffic commodity (pp. 177-206). Springer Berlin Heidelberg.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *