Sargon adalah pendiri Kekaisaran Akkadia, kerajaan kekaisaran pertama yang berdiri di Mesopotamia. Berawal dari kehidupan sebagai anak yang dibuang, ia menjelma menjadi seorang penakluk besar yang menaklukan daratan Mesopotamia. Ia adalah pemimpin militer ulung yang sepanjang masa hidupnya tidak pernah berhenti berperang. Kendati suka berperang, sistem birokrasinya dalam memerintah merupakan prototipe kekaisaran-kekairan yang muncul pada masa setelahnya. Prestasi itu menjadikan namanya begitu dikenal dalam sejarah Mesopotamia.
Misteri Asal-Usul Sargon
Sargon, seseorang yang sosoknya antara ada dan tiada. Meskipun sosoknya begitu terkenal, tetapi asal-usulnya penuh misteri tidak jelas siapa orang tuanya atau asalnya. Berikut inskripsi yang meriwayatkan kelahirannya, Ia berkata:
Ibuku seorang yang ditukar saat lahir, ayahku tak kukenal,
Saudara lelaki ayahku gemar akan perbukitan,
Rumahku di dataran tinggi, tempat rerumputan tumbuh.
Ibuku mengandungku secara diam-diam, ia melahirkan aku dengan sembunyi-sembunyi.
Ia menaruhku di sebuah keranjang gelagah,
Ia mengunci lidah-lidahnya dengan ter.
Ia membuang aku ke sungai, tetapi aku tidak tenggelam.
Aliran sungai membawaku kepada Akki, si penimba air.
Ia mengangkatku keluar dari air ketika ia membenamkan gucinya ke air,
Ia mengambilku sebagai anak, dan membesarkanku,
Ia menjadikan aku sebagai juru kebunnya.
Kisah kelahirannya sama sekali tidak menunjukan tentang asal-usulnya. Dari cerita tersebut tidak dapat diketahui rasnya atau nama kecilnya. Nama Sargon sendiri dipakai setelah dewasa. Namanya berasal dari kata Sharrum-kin yang berarti raja yang sah dan menunjukan bahwa ia terlahir sama sekali tanpa hak atas klaim kekuasaan.
Namun, jika ia berasal dari dataran tinggi, sangat mungkin ia berasal dari ras Semit, bukan Sumeria. Mesopotamia masa kuno dibagi menjadi dua kebudayaan besar, di daerah tinggi Utara Mesopotamia didominasi dengan kebudayaan Semit, sementara di selatan dengan kebudayaan Sumerianya.
Meskipun demikian keterangan dataran tinggi dari inskripsi Sargon tidak serta merta menegaskan asal usul Semitnya. Karena ia begitu berhati-hati untuk mengaburkan detail-detail asal usul darahnya. Ia mengklaim bahwa tidak mengenal ayahnya, yang dengan rapi menyingkirkan kemungkinan masalah leluhurnya. Ibu yang “ditukarkan saat ia lahir” juga sama-sama kaburnya. Barangkali wanita tersebut mengganti identitasnya. Mungkin juga ia meninggalkan kehidupan duniawi untuk peranan keagamaan atau berhasil menaikkan status sosialnya.
Apa pun asal-usulnya ibunya, ia tidak berbagi asal-usul dengan anaknya. Dengan meninggalkan anaknya di sungai, ia menyerahkan identitasnya kepada nasib. Ketika Sargon kecil ditemukan dan diangkat dari sungai, ia secara penuh mengenakan persona dari orang tua angkatnya. Orang yang menyelamatkannya bernama Akki, nama seorang Semit. Oleh karena itu ia menjadi seorang Semit.
Orang tua Sargon bekerja di istana raja Kish, Sumeria. Ia membesarkan anak angkatnya untuk menjadi juru kebun raja. Ketika ia sudah tumbuh dewasa, ia telah menjadi petugas minuman Ur-Zabada, raja Sumeria kota Kish.
Petugas minuman zaman kuno tidak sekedar menjadi penyaji minuman biasa. Inskripsi-inskripsi Sumeria tidak melukiskan tugas petugas minuman, tetapi di Assyria, pada masa yang tidak lama sesudahnya, petugas minuman adalah orang kedua setelah raja sendiri.
Menurut Xenofon, petugas minuman tidak hanya mencicipi santapan raja tetapi juga membawa segel raja, yang memberinya hak untuk memberikan persetujuan raja. Ia adalah pengatur orang yang menghadap raja.
Petugas minuman memiliki kekuasaan yang sedemikian besar, sehingga ia diminta mencicipi anggur dan makanan raja, bukan untuk melindungi raja terhadap kemungkinan diracuni, tetapi supaya petugas minuman sendiri tidak tergoda meningkatkan kekuasaannya dengan meracuni tuannya.
Jalan Menuju Kekuasaan
Di saat Sargon mengabdi kepada Ur-Zabada di Kish, Raja Umma, Lugalzaggesi (salah satu kerajaan di Mesopotamia) sedang melakukan ekspansinya untuk menguasai bagian-bagian wilayah Sumer ke dalam wilayah kerajaannya.
Lugazaggesi menyerang Lagash dan mengusir Urukaginal; ia menduduki Uruk dan mencaploknya ke dalam wilayahnya. Sesudah itu, Lugalzaggesi mengarahkan sasarannya ke Kish, kota permata di dataran itu.
Ur-Zabab, ketika mengetahui bahwa pasukan si penakluk tengah mendekati kotanya, ia sangat ketakutan dan tidak dapat berbuat apa-apa.
Ketidakjelasan ini diperparah dengan kecurigaan Ur-Zababa yang semakin besar terhadap petugas minumnya. Ia curiga dengan gerak-gerik Sargon, sehingga menimbulkan pikiran bahwa Sargon pada dasarnya memihak musuh. Oleh karena itu, ia mengutusnya menghadap Lugalzaggesi dengan sebuah pesan pada papan lempung. Pesan itu, yang kelihatannya merupakan usaha untuk berdamai, sebenarnya juga mengandung permintaan agar musuhnya membunuh si pembawa pesan. Namun, Lugalzaggesi menolak permintaan itu dan terus menuju kota KIsh.
Lugalzaggesi melangkah masuk ke kota Kish tanpa halangan berarti, sementara Ur-Zababa terpaksa melarikan diri. Sargon sendiri yang merupakan tangan kanan Ur-Zababa menghilang.
Sementara Lugalzaggesi tengah berpesta merayakan kemenangannya. Sargon sedang menghimpun sebuah bala tentara sendiri (kemungkinan besar diambil dari pasukan Ur-Zababa dengan pemilihan ketat selama bertahun-tahun) dan melangkah menuju Uruk. Kota tersebut akhirnya bisa direbut, tanpa sepengetahuan Lugalzaggesi.
Lugalzaggesi, ketika mendengar berita tentang serangan itu segera meninggalkan Kish dan kembali ke Uruk untuk menghancurkan ancaman baru terhadap kekuasaannya. Akan tetapi, kini Sargon sudah tidak dapat dihentikan.
Ia menyergap Lugalzaggesi di medang perang, menangkap dia, memasang rantai pada lehernya dan mengaraknya sebagai tawanan ke kota suci Nippur. Di sana, ia memaksa raja yang kalah itu juntuk melangkah sebagai tawanan melewati gerbang khusus yang dipersembahkan kepada Enlil (dewa yang disembah Lugalzaggesi). Tentu saja Ini merupakan penghinaan pahit baginya.
Setelah kekalahan memalukan Lugazaggesi, Sargon langsung mengambil gelar sebagai raja Kish. Ia lalu melanjutkan ekspansinya ke selatan untuk menaklukkan kota Ur, menghancurkan Umma, dan menyapu seluruh perlawanan orang Sumeria yang masih tersisa dalam satu perjalanan untuk menaklukkan seluruh daratan Mesopotamia. Perjalanan tersebut berhenti di Teluk Parsi, di mana ia membasuh senjatanya di laut sebagai wujud perayaan kemenangan.
Penaklukan seluruh dataran Mesopotamia yang dilakukan Saron secara relatif cepat itu cukup mencengangkan.
Kombinasi dari kelihaian seorang pemimpin militer dan kelemahan Sumeria telah menjadikan Sargon berada di atas angin. Bala tentaranya lebih kuat jika dibandingkan seluruh raja-raja Sumeria yang mempertahankan diri, karena mereka menggunakan busur dan panah secara masif.
Perlu diketahui, busur merupakan senjata yang tidak lazim di Sumeria karena langkanya kayu. Sementara Sargon tampaknya memiliki sebuah sumber kayu eru di Pegunungan Zagros, yang mengisyaratkan persiapannya telah dilakukan sejak sangat dini.
Pasukannya juga telah mengubah formasi penyerangan dari pakem yang biasa digunakan pasukan Sumeria. Pasukannya memiliki keunggulan mobilisasi, sehingga lebih lincah dan leluasa bergerak di seluruh medan pertempuran untuk menyerbu dan kemudian membentuk formasi kembali sesuai keinginan.
Sebagai tambahan, orang Sumeria mungkin juga dilemahkan oleh kondisi kota yang memprihatinkan. Kota-kota Sumeria, tepat sebelum penaklukan itu menderita akibatkesenjangan yang kian besar antara kelompok elite pemimpin dan pekerja miskin. Penindasan merupakan gejala wajar dalam suatu masyarakat di mana para aristokrat, yang merangkul kaum imam, menggunakan perpaduan kekuasaan keagamaan dan duniawi untuk mengklaim tiga perempat dari wilayah di kota mana pun untuk mereka sendiri.
Penaklukan wilayah yang dilakukan relatif mudah oleh Sargon mungkin mendapat dukungan dari anggota masyarakat Sumeria yang tertindas untuk memihak kepadanya. Apalagi didukung oleh latar belakang Sargon yang bukan aristokrat.
Apapun konstribusi masyarakat kelas bawah Sumeria dalam keberhasilan penaklukkan Sargon, hasilnya adalah suatu hal yang baru. Ia melakukan sesuatu yang belum pernah dihasilkan oleh seorang pun raja Sumeria. Ia mengubah suatu koalisi lepas dari beberapa kota menjadi suatu kekaisaran. Pada tahun 2334 SM, Sargon naik menuju kekuasaan tertinggi yang belum pernah dicapai raja-raja Sumeria lainnya.
Pemerintahan Sargon di Agade: Dimulainya Sebuah Kediktatoran
Sebagai bagian dari strategi Sargon untuk memerintah kota-kota yang tersebar luas, ia membangun sebuah ibu kota baru bernama Agade. Dari ejaan nama kota itu, Akkad, kekaisarannya mendapat nama.
Sisa-sisa peninggalan kota Agade belum ditemukan, tetapi kota itu mungkin terletak di dataran Sumeria Utara, kemungkinan di dekat kota Baghdad sekarang ini. Dari kota itu, Sargon mengendalikan lalu lintas sungai dan mengawasi kedua ujung kerajaan. Tercatat 5400 pasukan Akkadia menjaga kota tersebut, dan ribuan lainnya menyebar di seluruh daratan Mesopotamia.
Di dalam kerajaan itu, Orang Sumeria segera merasa hidup sebagai orang asing di kota mereka sendiri. Orang-orang Sargon adalah orang Semit dari dataran utara. Dialek mereka, yang kemudian dikenal sebagai bahasa Akkadia, adalah bahasa Semit. Adat istiadat dan logat bicara mereka tidak sama dengan orang Sumeria Selatan.
Tidak hanya di Agade, setiap Sargon merebut sebuah kota, maka kota itu menjadi kota yang didominasi orang Akkadia, mulai dari staf hingga pasukannya terdiri dari pasukan Akkadia.
Berbeda dengan pendahulunya yang memerintah di kota-kota Sumer, Sargon berani bersikap kejam kepada penduduk asli. Dapat diambil contoh, ketika Lugalzaggesi menaklukkan Kish, ia mengklaim sebagai penguasa besar tetapi tidak menyingkirkan pegawai Sumeria yang menjalankan birokrasi Kish. Bagamana pun, mereka adalah orang satu rumpun dan ia membiarkan mereka tetap menduduki jabatan mereka sejauh mereka bersumpah setia.
Hal ini berbeda dengan yang dilakukan Sargon, karena ia tidak memiliki kelunakan semacam ini. Ia mengganti seluruh pemimpin kota dengan orang-orang Akkadia, ketika ia berhasil menaklukkan sebuah kota.
Sargon tidak hanya seorang penakluk, tetapi ia juga cerdik dalam mengatur dan mempertahankan kekuasaannya. Ia tidak lupa mendekatkan diri dengan hal-hal keagamaan. Ia memberikan penghormatan kepada setiap dewa setempat yang ia jumpai, membangun kuil-kuil di Nippur seperti seorang Sumeria yang baik, dan menjadikan anak perempuannya sebagai imam agung wanita dewi bulan Ur. Semua itu ia lakukan untuk menarik simpati rakyat di kota-kota yang ia taklukkan.
Catatan-catatan dari istana Saragon menunjukkan bahwa kekaisannya memiliki birokrasi yang jauh berbeda dengan apa yang sudah dikembangkan di Sumer pada masa itu. Sargon berusaha menetapkan standar dan ukuran di wilayah kekuasannya. Selain itu, ia juga menciptakan sebuah sistem pajak bergaya Mesir, yang dijalankan oleh pegawai kerajaan yang mengelola keuangan.
Strategi politiknya tidak hanya dalam bidang pajak dan administrasi. Ia membentuk perwakilan dari wangsa penguasa lama di istananya, sebuah taktik yang akan diteruskan kekaisaran-kekaisaran setelahnya. Wakil-wakil penguasa lama itu meskipun disambut dengan terhormat, sebenarnya mereka adalah sandera untuk menjaga keharmonisan di kota-kota taklukan.
Penaklukan yang Terus Berlanjut
Setelah daratan Mesopotamia berada dalam kekuasaanya, Sargon mulai membangun suatu kekaisaran yang membentang melampaui wilayah Mesopotamia.
Ia memimpin serdadu-serdadu itu dalam pertempuran-pertempuran. Di salah satu papann inskripsnya berbunyi, “Sargon, raja Kish menang dalam tiga puluh empat pertempuran.”
Sargon menyeberangi Tigris dan merebut tanah orang Elam, yang memaksa mereka memindahkan pusat kerajaan. Tidak berhenti di sana, ia menyerbu ke utara ke kota Mari, lalu menyerbu suku liar Semit, Amorit, yang bermukim di sepanjang daerah barat Laut Kaspia.
Sambil terus berperang di sepanjang Tigris, Sargon mencapai dan menaklukkan kota kecil di utara bernama Assur, yang telah menjadi pusat pemujaan dewa Ishtar selama tiga ratus tahun sebelum kelahiran Sargon.
Sesudah itu, ia bahkan menyerbu lebih jauh ke utara dan menguasai kota kecil Nineweh. Sargon menjadikan kota itu sebagai titik pengawasan seluruh daerah penaklukan di utara, sementara Agade tetap menjadi titik pengawasannya untuk daerah selatan.
Sargon bahkan sangat mungkin telah menyerbu hingga ke Asia kecil. Sebuah caerita dari masa sesudahnya menceritakan perjalanan Sargon ke kota Purushkanda, untuk membebaskan penduduk kota itu dari Nur-daggal, raja setempat yang kejam.
Untuk mengendalikan wilayah yang membentang luas itu diperlukan sebuah tentara yang terorganisir dengan baik. Sehingga sangat mungkin tentara Sargon mungkin merupakan tentara profesional pertama dalam sejarah.
Akhir Hidup Sargon
Strategi untuk menyandera tokoh-tokoh penguasa lama, justru memunculkan kelemahan dari kekaisaran kuat Sargon. Kerajaan yang terbentang luas itu justru selalu berada di bahwa ancaman pemberontakan.
Daftar raja Sumeria menyatakan pemerintahan Sargon berlangsung selama lima puluh enam tahun. Menjelang akhir pemerintahannya, ketika ia berusia sekitar 70-an tahun, pecahlah sebuah pemberontakan besar. Inskripsi-inskirpsi Babilon Tua mencatat bahwa para tokoh tua negeri yang sudah dipangkas kekuasannya, berkumpul dan memenuhi Kuil Inanna di Kish.
Sargon mengklaim bahwa ia telah menumpas seketika pemberontakan itu. Akan tetapi menurut catata-catatan Babilon Tua , setidaknya ada satu pertempuran besar melawan para pemberontak itu, yang mengakibatkan Sargon tua bersembunyi di sebuah parit kareana terdesak.
Setelah Sargon meninggal, anak lelakinya Rimush naik menjadi penggantinya dan harus melakukan serangan melawan suatu koalisi pemberontak dari lima kota yang mencakup Ur, Lagash, dan Umma. Rimush berkuasa selama kurang dari sepuluh tahun dan wafat secara mendadak. Sebuah inskripsi masa kemudian mengatakan bahwa ia dibunuh oleh hamba-hambanya.
Walaupun muncul konflik setelah kematian Sargon, keturunannya tetap menguasai tahta Agade selama lebih dari seratus tahun (jauh lebih lama dibanding dinasti Sumeria mana pun). Keturunannya terus melakukan berbagai penaklukan,bahkan salah satu keturunannya, Naram-Sin (2254-2218 SM) menyatakan sebagai Raja dari empat Angin dan Raja Semesta.
Apapun masalah yang terjadi pada akhir hidup Sargon, kekaisaran Akkadia mencatat sebuah prestasi luar biasa dalam sejarah kuno. Birokrasi dan administrasi Sargon, akhirnya menyedikan sebuah sturuktur yang dapat mempertahankan kesatuan bahkan ketika tahta beralih ke keturunannya. Hal ini menjadi contoh bagi kerajaan-kerajaan yang berdiri pada masa sesudahnya.
BIBLIOGRAFI
Bauer, Susan Wise. 2010. Sejarah Dunia Kuno: Dari Cerita-Cerita Tertua sampai Jatuhnya Roma. Terj. Aloysius Prasetya. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Montefiore, Simon Sebag. 2008. Tokoh Kontroversial Dunia : Mereka yang Menggores Sejarah Kemanusiaan Dunia. Jakarta: Erlangga.
Nardo, Don. 2007. Ancient Mesopotamia. Michigan: Greenhaven Press.
Toynbee, Arnold. 2007. Sejarah Umat Manusia. Terj. Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.