Hallo comrades, kita pasti sering mendengar mengenai istilah pluralisme atau keberagaman. Paham mengenai keberagaman sudah diajarkan sejak kita menginjak sekolah dasar. Para penyebar paham ini mengatakan setiap agama diposisikan memiliki kebenaran yang sama, semua menjanjikan kebaikan, membawa keselamatan, mengajarkan kehidupan penuh kasih sayang, dan sebagainya.
Pemahaman ini selanjutnya menafikan kebenaran absolute dari sebuah agama demi mencapai kehidupan bersama yang toleran. Ketika sebuah agama dianggap memiliki nilai kebenaran yang sama dengan agama lain maka hakikat kebenaran itu sendiri pada gilirannya menjadi tidak masuk akal dan menimbulkan perdebatan. Di antara pandangan yang berasas demikian pada era ini antara lain diwakili dengan berkembangnya pluralisme agama. Sementara pada masa lampau, paham yang serupa telah disebarluaskan oleh kelompok Teosofi.
Paham teosofi ini menganggap bahwa semua agama memiliki titik persamaan kebenaran. Dalam menjelaskan paham kesamaan agama ini Teosofi sendiri berusaha mengukuhkan posisinya. Teosofi mengklaim bahwa ia berada di atas semua kebenaran agama tersebut. Di satu sisi ajaran theosofi berusaha mengembangkan paham kesamaan dari semua agama dan menjalankan persaudaraan dengan mengabaikan perbedaan agama tersebut. Theosofi ini memiliki kaitan erat dengan organisasi yang dimotori kaum Yahudi yang bernama Freemasonry. Di Hindia Belanda kelompok theosofi ini awalnya bernama Nederlandsch Indische Theosofische Vereeniging (Perkumpulan Theosofi Hindia Belanda) yang merupakan cabang dari perkumpulan theosofi yang bermarkas di Adyar, Madras, India. Pada masa pergerakan Nasional sendiri Teosofi banyak berperan penting, terkait dengan berdirinya organisasi-organisasi bercorak Nasionalis pada masa itu. Bahkan Ir. Soekarno banyak mengambil ajaran Teosofi untuk diterapkan dalam kehidupan berbangsa.
Teosofi
Teosofi berasal dari bahasa Yunani Theosophia yang berarti kebikjasanaan illahi. Teosofi merupakan sistem filsafat yang bertopang kepada pengalaman batiniah dan mistik secara lebih terperinci. Teosofi tidak tidak saja berhubungan dengan ketuhanan, tapi juga kearifan, kehidupan alam roh dan juga alam gaib.[1] Paham ini menganggap bahwa semua agama itu sama telah ada sejak lama. Setiap agama diposisikan memiliki kebenaran yang sama, semua menjanjikan kebaikan, membawa keselamatan, mengajarkan kehidupan penuh kasih sayang, dan sebagainya. Pemahaman ini pada giliran selanjutnya menafikan kebenaran absolute dari sebuah agama demi mencapai kehidupan bersama yang toleran.[2]
Gerakan Teosofi didirikan pertama kali di New York, Amerika Serikat pada 1875 oleh seorang perempuan bangsawan keturunan Rusia, Helena Petrovna Blavatsky, yang dibantu oleh dua orang Amerika bernama Henry Steel Olcott dan W.Q Judge. Segera setelah organisasi tersebut berdiri, H.S Olcott diangkat menjadi presiden perkumpulan yang kemudian diberi nama Theosophical Society (TS). Gerakan ini mewajibkan anggotanya membuat pikiran merdeka dan berkerja demi perubahan rakyat yakni lewat cara batin untuk melawan hawa nafsu. Menurut mereka agama konvensional tidak lagi memiliki pengaruh.
Melihat sifat gerakannya, TS merupakan suatu gerakan Neo-Hindu movement yang terinspirasi mistisme-esosteris Yahudi bernama Kabbala dan Gnosticism, suatu ilmu rahasia keselamatan serta bentuk-bentuk okultisme barat. Karena sifat dan cakupan Teosofi yang condong pada pemikiran mistik timur, maka pada 1879 pusat TS dipindahkan dari New York ke Adyar di Madras, India.[3]
Memasuki 1895 terjadi babak baru dalam tubuh TS ketika tokoh baru, Dr. Annie Besant muncul. Karena tokoh inilah gerakan gerakan Teosofi perlahan mulai memperlihatkan pengaruhnya tidak saja di India, tetapi juga di dunia, termasuk di Hindia Belanda. Berkat kepemimpinan Annie Besant gerakan Teosofi melebarkan sayap ke seluruh dunia. Satu yang menjadi daya tarik utama adalah kapandaian Annie Besant dalam memadukan prinsip kebatinan Tiur dengan corak pemikiran esoteris Barat.
Di bawah pimpinan Annie Besant, TS mulai melebarkan sayap organisasinya ke dalam berbagai bidang seperti agama, pendidikan, sosial dan kemudian juga politik, di samping bidang utamanya adalah kebatinan.[4]Pada tahun 1896 tercatat sebagai tahun penting gerakan Teosofi internasional, yaitu tercapainya rumusan pasti tujuan utama dan landasan Gerakan Teosofi. Tujuan tersebut berbunyi :
- Membentuk suatu inti dari persaudaraan Universal kemanuasian, tanpa membedaan ras, kepercayaan, jenis kelamisn, kasta ataupun warna kulit.
- Mengajak mempelajari perbandingan agama-agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan
- Menyelidiki hukum-hukum alam yang belum dapa diterangkan dan menyelidiki tenaga-tenaga yang masih tersembunyi dalam manusia.[5]
Gerakan Teosofi di Indonesia Pada Masa Pergerakan Nasional
Gerakan Teosofi di Indonesia pertama kali didirikan di daerah Pekalongan, Jawa Tengah pada tahun 1883, 8 tahun setelah pendirian gerakan ini di Amerika. Loji Teosofi di kota kecil ini dipimpin seorang bangsawan Eropa bernama Baron van Tengnagel.Gerakan Teosofi baru mulai berkembang pada awal abad ke 20, dimana kongres Teosofi pertama di lakukan di Yogyakarta pada 1907. Kongres pertama ini membahas perlu tidak mendirikan gerakan Teosofi yang merupakan perkumpulan Loji.
Setelah beberapa kongres yang diadakan akhirnya, pada april 1912 organisasi Teosofi mandiri di Indonesia resmi didirikan dengan nama Nederlandsch Indische Theosofiche Vereeniging (NITV), organisasi ini diakui secara sah sebagai cabang ke 20 dengan presidennya D. Van Hinloopen Labberton. Nantinya Labberton inilah orang yang berperan besar dalam perkembangan gerakan Teosofi di Indonesia. Pada 2 november anggaran dasar NITV disetujui pemerintah Hindia Belanda pada 2 November 1912. Dengan demikian NITV menjadi organisasi berbadan hukum dan pusat NITV ditetapkan di Batavia.
Untuk menyebarkan ajaran Teosofi, NITV menggunakan strategi propaganda salah satunya menyebarkan propaganda melalui seni jawa yaitu wayang, wayang pada masa itu dijadikan sala satu mata acara yang cukup penting dalam setiap pertemuan Teosofi. Berkat Propaganda yang gencar lewat wayang, orang Indonesia terutama Priyayi Jawa semakin banyak yang mengikuti gerakan ini. Selain propaganda lewat wayang, selama 1914 juga sering diadakan propaganda melalui ceramah.
Teosofi sendiri memiliki pandangan yang cukup sinis terhadap eksistensi ajaran agama. Ajaran theosofi senantiasa menekankan urgensi persaudaraan antar manusia tanpa memandang agama, ras, jenis kelamin, dan perbedaan yang bersifat manusiawi lainnya. Agama dalam posisi ini dianggap sebagai salah satu pemantik konflik, bukan hanya konflik antar agama bahkan umat seagama pun juga mengalaminya. Perbedaan ajaran antar agama maupun perbedaan pendapat antar umat seagama seringkali diposisikan sebagai sumber konflik utama.[6]
Salah satu tokoh pribumi terkenal yang masuk organisasi Teosofi adalah Dr. Radjiman Wedyoningrat. Suasana kebudayaan yang tampak terombang-ambing telah membawa Radjiman memasuki perkumpulan Teosofi. Ia kemudian mendirikan organisasi yang menandai kebangkitan nasional yaitu Budi Utomo. Ajaran teosofi banyak mempengaruhi BO, banyak anggota BO yang berlatar belakang Teosofi. Antara lain Radjiman Wedyoningrat yang menjabat sebagai ketua, Mangkunegara VII, Cipto Mangunkusumo dll. BO sendiri adalah organisasi yang bersifat Teosofis dan agnostik.[7]
Dari BO kemudian lahir tokoh-tokoh nasional radikal seperti Cipto Mangunkusumo dan Soewardi yang tidak puas dengan arah gerakan BO, akhirnya mereka bergabung dengan Idische Partij yang dibentuk oleh Douwes Dekker yang juga anggota gerakan Teosofi.
Munculnya Nasionalisme dapat dikaitkan dengan gerakan Teosofi. Dalam gerakan Teosofi tampak ada upaya untuk menyerap nilai-nilai budaya barat demi mengangkat budaya asli yang tidak bisa ditinggalkan, meskipun keduanya tidak dapat disamakan. Sehingga timbul sikap saling menghargai dan menghormati. Paduan keduanya itulah yang pada akhirnya menimbulkan sesuatu yang baru, dimana salah satunya bermuara pada munculnya Nasionalisme.[8] Watak Nasionalis ini pada masanya menimbulkan ide menciptakan lembaga tandingan yang mengarah pada gerakan nasionalisme nonkooperatif. Salah satunya lahirnya PNI.
Pamor, posisi dan pengaruh organisasi Partai Nasional Indonesia yang dipimpin Ir.Soekarno tampak semakin besar tersebar ke seluruh Indonesia, organisasi Nasionalis ini mulai merebut pengaruh yang besar di kalangan masyarakat. Berkat propaganda-propaganda gencar yang berisi keinginan untuk memperoleh kemerdekaan dengan usaha sendiri. Ini telah memperkuat opini publik terhadap tujuan PNI yang dirasa dapat membawa suatu zaman baru dalam pikiran dan perasaan orang jawa.
Menghubungkan gerakan Teosofi dengan PNI ini antara lain anggapan bahwa keduanya sama-sama memiliki anggota yang berasal dari kaum priyayi dan intelektual Jawa masa itu. Diketahui bahwa beberapa anggota PNI juga berasal dari lingkungan teosofi. Sehingga ketika pada 1929 gerakan Teosofi berada dalam masa puncak perpecahanya, sementara kandidat PNI telah berjumlah 10.000 orang. Kemungkinan pada saat itu banya anggota NITV, yang menyebar ke organisasi politik tersebut.[9]
Gerakan Teosofi di Indonesia mengalami kemunduran pada tahun 1930an. Hal ini dipicu oleh berdirinya organisasi-organisasi nasionalis. Situasi pergerakan pada masa itu mengisyaratkan hanya organisasi yang bersifat politiklah yang lebih relevan. Sebagai organisasi yang bersifat sosial budaya, gerakan Teosofi harus menerima kenyataan ini. Terlihat adanya kecenderungan makin konservatif akibat sikap paternalistik yang kian tak adapat diterima. Sehingga banyak priyayi yang lari dari organisasi bercorak asosiasi ini dan bergabung dengan organisasi yang lebih bercorak nasionalisme Indonesia.[10]
Hubungan Gerakan Teosofi dan Ir.Soekarno
Jika menilik sepak terjang Soekarno pada masa pergerakan Nasional dapat kita hubungkan dengan gerakan Gerakan Teosofi. Soekarno bukan merupakan anggota gerakan Teosofi, namun berkat keterlibatan ayahnya yang merupakan anggota gerakan tersebut, ia dapat menempa keintelektualannya lewat gerakan Teosofi. Soekarno menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan Theosophical Society dimana ia memperoleh akses karena keanggotaan ayahnya. Disanalah ia bergumul dengan pemikiran tokoh-tokoh politik termasyhur dalam sejarah.[11]
Pendirian Partai Nasional Indonesia juga tidak dapat dilepaskan dari ajaran Teosofi. Nasionalisme inilah yang menjadi salah satu dasar pendirian PNI. Karena gerakan Nasionalisme seperti yang disebutkan sebelumnya, memang berasal dari ajaran Teosofi sehingga. Diketahui juga bahwa beberapa anggota PNI juga berasal dari lingkungan teosofi. Karena banyak anggota teosofi yang memutuskan pindah ke organisasi bercorak nasionalis ini, dikarenakan perpecahan di dalam tubuh gerakan Teosofi ini sendiri.
Hubungan dekat Ir.Soekarno dengan Teosofi semakin terlihat jelas saat pelarangan Organisasi Secret Society Freemansonry dan beberapa organisasi serupa pada 1961, pada saat itu Freemasonry dilarang karena dianggap tidak sesuai dengan identitas nasional. Namun Organisasi Teosofi yang sebenarnya juga sejenis tidak ikut dilarang.[12] Meskipun demikian organisasi Teosofi ini sendiri perlahan hilang ditelan oleh waktu, di negara asalnya, istilah teosofi sendiri sudah tidak terdengar gaungnya lagi. Kiprah organisasi ini sendiri di era sekarang sudah digantikan oleh lembaga-lembaga yang menganut ideologi Pluralisme.
BIBLIOGRAFI
Nugraha, Iskandar P. 2011. Teosofi, Elite Modern & Nasionalisme Indonesia. Depok: Komunitas Bambu.
Paul W. van der Veur. 2012. Freemasonry di Indonesia. Jakarta: Ufuk Press.
Setelah saya membaca artikel bpk rifai saya merasa bahwa apa yang saya ketahui selama ini belumlah seberapa, trimkasih bpk rifai, artikel nya very good, go on sir….