Historiografi Herodotus: Bapak Sejarah

Historiografi pada masa Yunani Klasik dimulai dengan kisah-kisah mitologi dewa yang berkembang pada masa itu. Tokoh pertama, Hecateus, menciptakan tulisan dengan sentuhan pensejarahan, meskipun masih sederhana dan bercampur dengan mitologi Yunani. Perkembangan selanjutnya melibatkan Herodotus, yang mengikuti langkah Hecateus dengan karya pensejarahan yang lebih maju.

Dalam karyanya, ia menampilkan banyak ciri khas yang mencolok, menandai perkembangan Historiografi pada masa itu yang masih relevan hingga sekarang. Meneliti tokoh ini, yang dianggap sebagai bapak sejarah, menjadi hal menarik untuk diuraikan lebih lanjut.

Perkembangan dan Ciri-Ciri Historiografi Masa Yunani Klasik

Historiografi Yunani memiliki peran penting dalam perkembangan sejarah Barat. Meskipun orang Yunani dikatakan sebagai perintis karya sejarah, karya-karya sebelumnya lebih berupa sastra yang sarat mitos, dongeng, dan aspek religius, seperti dalam mitologi kuno. Walaupun demikian, orang Yunani telah menghasilkan tulisan-tulisan yang mencoba merangkai sejarah, meskipun terdapat unsur mitos dan legenda.

Pengembangan penulisan sejarah di Yunani tidak terlepas dari gaya sastra, terutama puisi yang sering mengisahkan dewa-dewi, legenda pahlawan, dan tokoh-tokoh. Ini mirip dengan karya-karya sebelumnya, seperti karya Homerus, Illiard dan Oddysey, yang berupa epos tentang Perang Troya. Selain itu, pada periode Yunani Klasik, ada tulisan-tulisan yang membahas filsafat, mempertimbangkan manusia, alam, dan kosmos.

Sebelumnya, penulisan sejarah masih kalah eksistensinya dibandingkan dengan filsafat. Namun, Hecateus dari Ionia, hidup seabad sebelum Herodotus, memulai upaya menulis yang menggabungkan unsur-unsur historiografi, meski sederhana.

Kemudian, muncullah Herodotus dengan karyanya, “The Persian Wars”. Ia membawa ciri baru dalam karyanya yang berisi elemen historiografi, terinspirasi oleh karya Hecateus. Meskipun begitu, gelar “bapak sejarah” melekat padanya dan bukan pada Hecateus. Ini disebabkan karena karya Hecateus bersifat umum dan tidak mencantumkan nama penulisnya, berbeda dengan Herodotus yang mencantumkan namanya di bukunya.

Mengenal Herodotus

Herodotus, sering dijuluki “bapak sejarah,” merupakan figur yang menarik namun memiliki sedikit catatan dari sejarah klasik. Dia lahir dalam keluarga berpengaruh di Halicarnassus, wilayah barat daya Asia Kecil, sekitar 490-480 SM. Meskipun dari keluarga terpandang, ia terusir oleh kekejaman Lygdamis, yang memaksanya meninggalkan Halicarnassus menuju pusat kebangkitan budaya Yunani, Athena.

historiografi herodotus
Herodotus. Pinterest

Herodotus mengabdikan hidupnya untuk menyelesaikan karyanya, terutama risalah tentang Perang Parsi yang memerlukan riset yang intens. Sebelum terjun ke sejarah, ia awalnya menulis karya sastra, khususnya puisi yang sering mengisahkan mitos dewa-dewi, legenda pahlawan, dan kisah ratu-ratu cantik. Diketahui bahwa ia menghasilkan sembilan buku, dengan karyanya yang paling terkenal, “The Persian Wars.”

Di Athena, Herodotus mengumpulkan data dan menjelajahi negara-negara di sepanjang Laut Mediterania untuk menyelesaikan karyanya, “Sejarah Perang Parsi.” Penelitiannya kemudian diceritakan dalam acara di Yunani, yang sangat suka mendengar cerita tentang peperangan, kepahlawanan, dan mitologi dewa-dewi. Karyanya mengenai Sejarah Perang Parsi yang akurat membawanya meraih gelar “bapak sejarah,” yang diberikan oleh Cicero, seorang orator Romawi terkenal, dan pengakuan ini bertahan hingga sekarang. Herodotus meninggal sekitar tahun 424 SM di Thurii atau Athena, tak lama setelah Perang Peloponnesian meletus.

Historiografi Herodotus

Herodotus, pada permulaan sejarahnya, menghadapi keterbatasan sumber historis, sesuai dengan keterbatasan teknologi dan metode pada masa Yunani Klasik. Meskipun Perang Parsi yang menjadi fokus karyanya terjadi saat dia masih muda, Herodotus bergantung pada sumber-sumber lisan, karena keterbatasan sumber tertulis.

Ia melakukan perjalanan ke berbagai kota seperti Euxine, Babylonia, Phonesia, Cyrene, dan Mesir antara tahun 454 dan 444 SM untuk mengumpulkan data bagi karyanya. Kecerdasannya tidak mengizinkan Herodotus untuk sepenuhnya menerima sumber-sumber lisan tanpa pertimbangan kritis.

Karyanya, “Sejarah Perang Parsi,” terbagi menjadi beberapa bagian: pertama, tentang kebangkitan Kerajaan Parsi; kedua, pertempuran antara Parsi dan Yunani; ketiga, kemenangan Yunani atas Parsi. Herodotus juga membahas aspek geografisnya serta terinspirasi oleh puisi Homer seperti Iliad dan Odessey, yang mempengaruhi narasi, gaya bahasa, dan motif dalam karyanya. Namun, ia mencoba menghindari keterlaluan penggunaan mitologi dan lebih memusatkan pada peristiwa dan penyebabnya.

Keahliannya dalam menggabungkan kronologi, etnologi, geografi, dan sastra menciptakan karya yang menarik sekaligus bermanfaat sebagai sumber informasi. Kemampuannya meramu legenda menjadi catatan sejarah menegaskan gelar “bapak sejarah” yang diberikan kepadanya. Ia terbukti saintifik dan karya-karyanya mencerminkan ciri-ciri modern seperti penelitiannya yang saintifik, fokus pada manusia daripada mitos, serta peningkatan pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri.

Dalam penulisannya, ia menunjukkan ketertarikan pada fakta dan peristiwa serta mencerminkan sisi ilmiah dalam menceritakan perang Yunani-Persia. Ia hanya mencatat apa yang disampaikan oleh saksi-saksi yang dia temui, berusaha tidak berpihak secara subyektif. Meskipun berasal dari Yunani, ia tidak menunjukkan sikap prasangka terhadap Persia dalam karya-karyanya. Herodotus juga mengungkapkan sikap hati-hati dalam mencari dan menilai informasi serta berusaha menampilkan sejarah secara objektif.

Dalam penyampaiannya, Herodotus menonjolkan sejarah nyata dibandingkan dengan legenda kuno, menjadikannya sumber motivasi. Meskipun karyanya menampilkan unsur mitologi, ia tidak menggambarkannya sebesar dalam mitologi Yunani kuno.

BIBLIOGRAFI

Cavanaugh, Gerald J. and Peter Gay. 1972. Historians at Work: Volume 1. New York: Harper and Row.

Collingwood.R. G. 1956. The Idea of History. London: Oxford University Press.

Ibrahim Yusuf, Muh dan Mahayudin Haji Yahaya. 1988. Sejarawan dan Pensejarahan: Ketokohan dan Karya. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia.

Perry, Marvin. 2014. Peradaban Barat: Dari Zaman Kuno sampai Zaman Peradaban. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

2 Comments

  1. Terimakasih kak 🙂 Sangat membantu, semoga menjadi amal jariyah. oia BTW, saya cari buku-bukunya diperpus belum ada e ka …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *