Sebelum dominasi Android dan iPhone, BlackBerry (BB) menjadi penguasa tak terbantahkan di dunia smartphone. Perangkatnya terkenal dengan keyboard fisiknya yang ikonik, fitur canggih push email, serta sistem keamanan yang handal. Ini membuatnya menjadi pilihan utama, terutama di kalangan profesional dan pebisnis.
Namun, seperti nasib Nokia, kejayaan BB tidak berlangsung selamanya. Kehadiran iPhone dan Android mengubah seluruh wajah industri smartphone. Sayangnya, BlackBerry kesulitan menyusul perkembangan ini, yang mengakibatkan penurunan signifikan pangsa pasarnya. Dari posisi penguasa setengah dari pasar smartphone global pada pertengahan 2000-an, turun drastis menjadi kurang dari 1 persen pada tahun 2015.
Story Guide
Research in Motion
Kisah BlackBerry dimulai pada tahun 1984, 15 tahun sebelum ponsel pintar pertamanya dirilis. Mike Lazaridis dan Douglas Fregin mendirikan Research in Motion (RIM), sebuah perusahaan yang awalnya fokus pada pengembangan jaringan nirkabel.
Dana untuk mendirikan perusahaan ini berasal dari kontrak senilai $600.000 yang diperoleh dari General Motors. Kontrak ini berhubungan dengan pengembangan teknologi barcode untuk film.
Perkembangan RIM semakin pesat setelah lulusan Harvard Business School, Jim Balsillie, bergabung pada tahun 1992. Selain menjadi bagian dari tim, ia juga menginvestasikan $125.000 untuk perusahaan yang saat itu hanya memiliki 14 karyawan.
Balsillie kemudian menjabat sebagai co-CEO yang bertanggung jawab atas penjualan dan akuntansi, sementara Lazaridis fokus pada aspek teknologi bisnis.
Kehadiran Balsillie membawa angin segar bagi perusahaan. Kemampuannya dalam pemasaran membantu pertumbuhan pesat RIM. Perusahaan ini berhasil mengubah dinamika bisnis telekomunikasi nirkabel yang sebelumnya sudah mapan.
Sejak tahun 1996, RIM mulai fokus pada pengembangan perangkat pager interaktif dua arah. Mereka menjalin kemitraan dengan Intel Corporation, RAM Mobile Data, dan Ericsson untuk mengembangkan teknologi pager.
Kolaborasi ini menghasilkan produk Inter@ctive Pager 950, yang sukses besar di pasaran dan menjadi pesaing kuat bagi pager dua arah Skytel buatan Motorola.
Inovasi terus mengalir dari RIM. Pada tahun 1999, mereka memperkenalkan pager BlackBerry 850, yang menjadi produk pertama yang mengusung merek “BlackBerry” dan menyediakan kemampuan integrasi email. Nama tersebut sendiri diambil dari kesamaan keyboardnya dengan biji buah blackberry.
Masuk ke era milenium baru, RIM memukau pasar ponsel dengan peluncuran RIM 957, yang juga dikenal sebagai smartphone pertamanya. Kecanggihan teknologi dan desainnya yang menarik membuatnya diminati oleh kalangan bankir investasi dan para profesional lainnya.
Antara tahun 1999 dan 2001, pendapatan RIM tumbuh pesat. Perusahaan ini berkembang dari 14 karyawan menjadi sekitar 18.000 karyawan dan terus mengeluarkan versi baru dari smartphone BlackBerry dengan teknologi terkini.
Dominasi BlackBerry di Industri Smartphone
Selama awal tahun 2000-an, RIM memperluas jangkauan pasarnya dengan terus merilis serangkaian smartphone baru yang disesuaikan dengan tuntutan pasar. Dimulai dengan peluncuran seri 5810 pada tahun 2002, semua produk smartphone RIM kemudian menggunakan merek dagang BlackBerry.
BlackBerry tidak hanya menargetkan pasar bisnis, tetapi juga mulai menarik perhatian pasar konsumen. Beberapa produk ikonik dirilis pada periode ini, termasuk BB Pearl, Curve, dan Bold.
BB Pearl menjadi produk pertama yang menggunakan trackball mini di tengah-tengah keyboard untuk navigasi, menggantikan track wheel sebelumnya. Ponsel ini hadir dengan layar resolusi 240×260 piksel dan kamera 2 megapiksel.
Pada tahun 2007, BlackBerry Curve membawa upgrade dari perangkat sebelumnya, menampilkan resolusi yang lebih tinggi dan dilengkapi dengan keyboard QWERTY lengkap.
Seri Bold melengkapi jajaran smartphone ikonik BB. Dirilis pada 2008, model ini memiliki bentuk lebih lebar dari Curve, lengkap dengan QWERTY dan trackball khasnya. Kehadiran Bold membuat antusiasme penggemar BB meluap. Perangkat ini bahkan dianggap perangkat paling ikonik yang pernah diproduksi BB.
Kesuksesan peluncuran ketiga smartphone flagship ini membuat harga saham BlackBerry terus meningkat, bahkan mencapai puncak tertinggi sepanjang masa pada pertengahan 2008, di angka $147 per lembar sahamnya.
Namun, ancaman nyata bagi dominasi BlackBerry sudah muncul setahun sebelumnya dengan hadirnya iPhone dari Apple. iPhone membawa revolusi dalam industri dengan layar sentuhnya, yang memungkinkan pengguna untuk menjelajahi internet melalui browser Safari Apple.
Peluncuran App Store pada tahun 2008 juga mendefinisikan ulang kebutuhan pasar ponsel cerdas tahap awal dengan menawarkan platform untuk aplikasi pihak ketiga.
Awalnya, BlackBerry tidak menganggap kehadiran iPhone sebagai ancaman serius. Mereka percaya bahwa fitur yang ditawarkan oleh iPhone lebih cocok untuk konsumen yang lebih muda.
Namun, iPhone ternyata juga menarik perhatian dari kalangan pebisnis. Kesuksesan generasi pertama iPhone pun menjadi sinyal awal dari keruntuhan BB.
Untuk bersaing dengan iPhone, BlackBerry memperkenalkan seri Storm pada tahun 2008 sebagai perangkat layar sentuh pertama mereka. Meskipun awalnya berhasil dalam penjualannya, banyak konsumen yang kecewa dengan kinerja perangkat tersebut.
Sejumlah pengguna mengeluhkan kurangnya responsifitas layar sentuh Storm. Sementara kritikus lainnya merasa bahwa sistem operasi BB masih kalah dibandingkan dengan yang dikembangkan oleh Apple. Kegagalan Storm menjadi pemicu kekhawatiran bagi para investor, analis, dan media akan masa depan bisnis BB.
Runtuhnya Dominasi BlackBerry
Pada September 2010, produk ponsel RIM masih mendominasi sekitar 37,3% pasar smartphone di Amerika, dengan basis pengguna global mencapai 41 juta orang. Namun, itu menjadi puncak perolehan pasar RIM di AS, karena setelahnya pangsa pasarnya terus menyusut akibat pesatnya pertumbuhan pengguna iPhone dan Android.
Untuk mengejar ketertinggalan dari para pesaingnya, RIM berusaha memperbaiki keluhan yang disampaikan pengguna Storm melalui rilis BlackBerry Torch, yang menggabungkan layar sentuh dengan keyboard QWERTY.
Awalnya, produk ini menunjukkan harapan dengan penjualan 150.000 perangkat dalam tiga hari pertama. Namun, penjualan Torch tidak mampu menyaingi penjualan iPhone dan Android.
Seiring berjalannya waktu, pangsa pasar BlackBerry khususnya di Amerika Serikat terus menyusut. Pada 2012, pangsa pasar BB di AS menurun drastis menjadi hanya 7,3%, sedangkan Android dan iPhone masing-masing menguasai 53,7% dan 35% pangsa pasar.
Baca juga: Yahoo!: Kisah Perjalanan sang Raja Internet Menuju Keruntuhan
Meskipun demikian, penurunan di pasar lokal berhasil diimbangi oleh kesuksesan ekspansi global. Pada kuartal terakhir 2012, BlackBerry melaporkan memiliki 77 juta pengguna di seluruh dunia. Kondisi kontras antara kerugian di pasar lokal dan keberhasilan di pasar global menyebabkan harga saham BB mengalami volatilitas tinggi.
Tahun 2011 menjadi tahun terburuk karena harga saham BlackBerry turun sekitar 80%. Peristiwa penurunan harga saham diikuti dengan mundurnya dua pendiri utama perusahaan, Balsillie dan Lazaridis, yang mengundurkan diri sebagai co-CEO RIM pada tahun 2012.
Setelah itu, BlackBerry terus menghadapi kendala. Pada kuartal pertama 2014, perusahaan mengalami kerugian besar, mencapai $84 juta. Pengumuman ini diikuti dengan penurunan harga saham BlackBerry sebesar 30%.
Upaya untuk Comeback
Kepemimpinan RIM kemudian diambil alih oleh Thorsten Heins, yang sudah bergabung dalam direksi sejak 2007. Di bawah kendalinya, perubahan besar terjadi, termasuk perubahan nama perusahaan menjadi BlackBerry pada 2013.
Perubahan nama ini menandakan semangat perusahaan untuk memulai kembali dengan mereposisi merek yang sudah dikenal luas. Selain rebranding, BB meluncurkan sistem operasi BlackBerry 10 dan ponsel flagship Z10 serta Q10 yang sebelumnya tertunda.
Meskipun ada peningkatan besar pada sistem operasi dan perangkat yang diluncurkan, BlackBerry masih menghadapi kesulitan dalam bersaing di pasar yang dikuasai Android (52,5%) dan iPhone (34,4%).
Heins akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri pada November 2013, dan posisinya diambil alih oleh John Chen, seorang eksekutif veteran dari Silicon Valley.
Kegagalan demi kegagalan yang dialami membuat BlackBerry memutuskan mencari jalan lain dengan merilis smartphone yang menggunakan sistem operasi pihak ketiga. Pada 2015, perusahaan merilis Blackberry Priv, smartphone pertama BB yang menggunakan sistem operasi Android. Meskipun memiliki desain yang futuristik, performa smartphone tersebut tidak bisa dibilang bagus.
Pada tahun yang sama, BlackBerry juga mengakuisisi salah satu pesaing utamanya, Good Technology, perusahaan manajemen mobile enterprise, dengan nilai US$425 juta. Akuisisi ini menandai pergeseran fokus perusahaan ke pengembangan perangkat lunak keamanan perusahaan.
Baca juga: Nokia: Kisah di Balik Keruntuhan Raksasa Teknologi Dunia
Komitmen BlackBerry untuk beralih fokus terbukti dengan akuisisi Cylance, perusahaan keamanan siber dan kecerdasan buatan, pada November 2018 dengan nilai US$1,4 miliar. Ini menjadi salah satu investasi terbesar perusahaan dalam beberapa tahun terakhir.
Pada 4 Januari 2022, BlackBerry menghentikan layanan untuk OS BB 7.1, BB 10, BB Playbook OS 2.1, dan perangkat lunak sebelumnya. Penghentian layanan ini menandai fokus perusahaan yang lebih mendalam di bidang keamanan siber, menunjukkan peralihan strategi mereka ke arah keamanan data.
Referensi
Eisner, A., Nazir, S., Korn, H., & Baugher, D. (2018). BLACKBERRY LIMITED: IS THERE A PATH TO RECOVERY?. Global Journal of Business Pedagogy (GJBP), 2(1).
Herman, A., & Manzerolle, V. (2014). The Rise, Fall and Future of BlackBerry™ Capitalism. In Theories of the Mobile Internet (pp. 105-133). Routledge.
Krajci, I., Cummings, D., Krajci, I., & Cummings, D. (2013). History and Evolution of the Android OS. Android on x86: An Introduction to Optimizing for Intel® Architecture, 1-8.
Langsner, J., & McQuown, P. Mobile Communication and Computing Technological Convergence and the Rise of the Research in Motion.
Morrissey, S. (2010). History of Apple Mobile Devices. In iOS Forensic Analysis for iPhone, iPad, and iPod touch (pp. 1-23). Berkeley, CA: Apress.
Sweeny, A. (2009). BlackBerry Planet: The story of research in motion and the little device that took the world by storm. John Wiley & Sons.